،ꫂ̽᭠ᩬ' [4/7]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

I'll protect that smile
That's is a promise

---

،ꫂ̽᭠ᩬ' ρяє¢ισυѕ ѕмιℓє ꫂ҉ 


"Nee-chan, kita akan kemana?" tanya Makoto sembari menatap sekeliling. Sekarang, mereka tengah berada di pepohonan rimbun. Keduanya baru saja selesai melewati pelindung yang menjadi pembatas antara tempat para kitsune dan dunia luar.

Haruna menurunkan Makoto sebentar dari gendongannya kemudian menatap sekeliling. Rasanya sudah lama sekali sejak dirinya terakhir kali ia menginjak dunia luar.

Haruna menghirup napas dalam, mengusir seluruh rasa gundah sekaligus bayangan pria yang terus bermunculan di benaknya. Maniknya kemudian melirik ke arah Makoto yang tengah duduk di rerumputan sembari bermain dengan kelinci kecil yang entah sejak kapan ada disana.

Tunggu.. kelinci? Haruna menatap lekat kelinci tersebut. Sampai akhirnya, maniknya menemukan beberapa bulu hitam bercampur ungu yang ada pada kelinci tersebut.

Haruna segera mengangkat kelinci tersebut, menjauhkannya dari jangkauan Makoto.

"Nee-chan?" Makoto mengerjap bingung sembari menatap kelinci yang dipegang Haruna.

"Makko, tutup mata dan telingamu. Jangan buka sampai Haru suruh" Makoto mengangguk patuh kemudian melakukan apa yang disuruh oleh Haruna.

"Hah.. pergilah dasar roh hutan menyebalkan" Haruna membakar kelinci tersebut menggunakan apinya.

Setelah memastikan situasi aman, Haruna segera menepuk kepala Makoto pelan. Mengisyaratkan bahwa Makoto bisa membuka mata dan tangannya.

"Sudah aman, ayo pergi" kata Haruna kemudian menggendong tubuh mungil Makoto. Makoto kembali mengangguk patuh.

---

"Kita sampai" kata Haruna saat mereka telah tiba di pintu masuk sebuah kota kecil.

Makoto menatap takjub sekeliling. Sebuah jembatan yang terbuat dari batu berdiri kokoh di hadapannya dan Haruna. Di bawahnya, terdapat sebuah sungai kecil yang nampak sangat jernih. Makoto bahkan bisa melihat beberapa ikan yang berenang di sungai tersebut.

Haruna tertawa pelan sembari menurunkan Makoto dari gendongannya. Dia lebih memilih membawa Makoto berjalan jalan sambil mengandengnya daripada terus terussan menggendong anak kecil tersebut.

"Ayo masuk, Makko" Haruna mulai melangkah memasuki desa. Langkahnya tidak terlalu lebar, membuat Makoto tidak terlalu sulit menyejajarkan langkah dengan kaki mungilnya.

Makoto kembali menatap takjub sekeliling. Beberapa orang nampak sibuk melakukan aktivitasnya masing masing. Makoto bahkan bisa melihat kereta kuda yang sesekali melintas.

Selama di desa kitsune, Makoto tidak pernah diizinkan keluar oleh Haruna. Dia tidak tau alasannya, tapi Rey dan Arfael sering mengatakan bahwa berbahaya baginya untuk keluar dari kediaman.

"Nee-chan- Ada kudaa!!" sru Makoto sembari menunjuk seekor kuda cokelat yang tengah dituntun oleh seorang pria paruh baya.

"Hahaha, apa kamu mau mencoba menaikinya?"

"Boleh..?" Makoto menatap Haruna, meminta izin dari kitsune tersebut. Haruna mengangguk mengizinkan.

"Hanya sebentar" kata Haruna. Makoto tersenyum cerah mendengarnya kemudian melangkah mendekati sang kuda.

Pria paruh baya tersebut tertawa geli. Dia kemudian mengangkat Makoto dan mendudukkannya di pelana sang kuda.

Mereka berjalan jalan sebentar menyusuri kota. Selama perjalanan, Makoto terus tersenyum cerah. Saking cerahnya, semua orang yang dilewatinya ikut tersenyum gemas melihat tingkah Makoto. 

Haruna tersenyum tipis. Makoto tampak begitu senang. Di detik itu juga, Haruna berjanji akan menjaga senyuman Makoto sampai dia menemukan rumahnya kembali.

"Nah, ojou-chan saya hanya bisa mengantar sampai disini. Setelah ini saya harus ke ladang" kata sang pria paruh baya sembari menurunkan Makoto dari kudanya.

"Tidak apa apa, terima kasih sudah mengantar kami sejauh ini" Haruna menunduk sebentar kemudian menggandeng tangan Makoto.

"Makko, bilang terima kasih pada oji-san"

"Terima kasih banyak sudah mengizinkanku naik ke kuda oji-san. Aku sangat menikmatinya" kata Makoto sembari ikut membungkuk sebentar.

"Sama sama. Saat sudah besar, jaga nee-chan mu dengan baik ya?" Makoto mengangguk mengerti. Mereka pun melangkah memasuki area pasar yang berada di pusat kota.

"Nee-chan.. itu apa?" tanya Makoto sembari menunjuk salah satu stan yang menjual jajanan.

"A'a.., itu takoyaki.. Kebetulan sekali, Haru sudah lama tidak memakannya.. Makko mau?" Makoto mengangguk cepat. Keduanya melangkah mendekati stan tersebut.

"Konnichiwa ojou-san, ada yang bisa saya bantu?" tanya sang penjual ramah.

"Konnichiwa, Takoyakinya..7 bungkus"

"Baiklah, tunggu sebentar ojou-san"

"Nee-chan, pesanannya tidak kebanyakan...?" tanya Makoto.

"Buat yang di rumah juga" jawab Haruna sembari memberikan beberapa dua koin emas pada sang penjual.

"Ojou-san..ini terlalu banyak"

"Ambil saja kembaliannya" Haruna tersenyum tipis sembari mengambil pesanannya. Sang penjual berterima kasih.

"Nee-chan, uangnya nggak sayang?" tanya Makoto ketika mereka sudah meninggalkan stan tersebut.

"Tidak.. Sesekali bantu orang lain.. Makko juga harus bisa bantu orang ya. Tidak perlu sering sering, sesekali saja. Juga, orang yang mau dibantu harus diperhatiin" jelas Haruna. Makoto mengangguk ngangguk kecil walaupun sebenarnya, dia tidak sepenunya paham apa yang dikatakan oleh Haruna.

"Makko mau permen apel?" tanya Haruna ketika maniknya tidak sengaja menemukan keberadaan stan yang menjual permen apel.

"Mau!" Makoto mengangguk semangat. Akhirnya, keduanya malah berburu jajanan dan sempat melupakan tujuan mereka kemari.

----------------
---------
---

Revisi: 28 Oktober 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro