۪۫ ✿ ུ۪۪16. See you later Uki...

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

You can count on me
Everytime!

- Key -

-----------------------------------

۪۫ ✿ ཻུ۪۪⸙ Mყ Lσʋҽ Sƚσɾყ‧₊˚✧

"Kalian sama saja" Key sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tidak heran kalian melupakannya" gumam Key sangat pelan hingga tak terdengar.

"Kau mengatakan sesuatu Key?" Uki mengerutkan kening.

"Tidak ada tuh" Key kembali berguling guling di atas karpet.

"Benarkah? Tapi aku merasa mendengar sesuatu. Hanya tidak jelas" Uki bergumam.

"Woah jangan jangan itu hantu? Uki bisa mendengar hantu!" kata Key antusias.

"TUAN HANTU....BICARA PADAKU JUGA DONGG" Semenit kemudian, sebuah botol melayang ke arah Key dengan kecepatan tinggi.

PAK

Tepat mengenai bahu Key.

"Kamu berisik Key. Diamlah!" perintah Yura sambil menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan.

Uki mengangguk menyetujui. Kemudian ia menyandarkan dirinya. Menyusul Yura ke alam mimpi.

"Are are? Kalian tertidur?" Key menatap kedua temannya tersebut.

"Yah sudahlah. Kalian tampak sangat lelah. Oyasumi Uki...Yura" gumam Key pelan lalu meraih bantal yang sengaja di simpannya.

"Aku tau kamu akan berguna suatu hari nanti" gumam Key sambil merebahkan kepalanya di atas bantal.

"Tidur ah...." Key pun ikut menyusul ke alam mimpi.

•◦❆ ◦•

Tok tok tok

"Ah sepertinya saya mengganggu waktu istirahat kalian" seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu.

"Tidak masalah Miss" Uki menjawab. Ia lebih dahulu terjaga. Yura yang kedua, ia mengangguk sambil mengusap matanya.

"Maaf, tapi ada yang harus saya bicarakan dengan kalian" kata Miss Lana sambil melangkah masuk ke dalam ruangan. Ia juga menghindari tubuh Key yang masih terlelap.

"Akan saya bangunkan Key" Miss Lana menggeleng.

"Sebaiknya tidak usah. Dia tampak begitu lelah. Lagipula, saya hanya ingin berbicara dengan kalian berdua" kata Miss Lana sambil menunjuk Key yang sedang mengigau.

"Jadi apakah semua sudah siap?" tanya Miss Lana. Uki dan Yura mengangguk sebagai jawaban.

"Apa dia mengetahuinya?" Miss Lana menunjuk Key.

"Belum Miss. Kami sengaja tidak memberitahunya" Yura menjawab hati hati. Takut suaranya membuat Key terbangun.

"Baguslah. Saya mengandalkan kalian berdua" Uki dan Yura mengangguk sebagai jawaban. Miss Lana pun melangkah keluar dari ruangan tersebut.

"Kamu yakin ini akan berhasil?" gumam Yura. Uki mengangguk.

"Miss Lana mengandalkan kita untuk membuatnya senang. Kita harus melakukanyang terbaik. Untuknya juga" Uki menunjuk Key.

"Dia terlihat manis saat tertidur" gumam Yura.

Cekrek

Ting!

Yura membuka ponselnya yang berdering.

"EH?" Ia menatap Uki, meminta penjelasan.

"Sayang kalau momen seperti ini dilewatkan kan? Aku akan merahasiakannya dari Key. Tenang saja" Uki menjawab. Wajah Yura agak menghangat.

"Awas saja kalau kau membongkarnya" Uki terkekeh sembari mengangguk mengerti.

•◦❆ ◦•

"Hoam...." Key menguap pelan sembari mengusap matanya. Key mendudukkan dirinya, mencoba untuk mengumpulkan sisa sisa jiwanya.

"Ehm...? Aku sendiri?" Key bergumam pelan. Menatap meja yang tadi ditempati kedua temannya.

"Owh...hmm..."

"Eh tunggu, AKU SENDIRI?!"  Key terlonjak kaget. Ia melempar bantalnya sembarang arah lalu berdiri cepat.

"UKII...? YURA...? KALIAN DIMANAA?" teriaknya panik sambil celingak celinguk.

"HEY APA KALIAN MENINGGALKANKU?!" teriak Key lagi sambil berlari keluar ruangan.

Dan benar saja, kampus telah sepi. Sebagian besar mahasiswa serta dosen pasti sudah pulang. Mengingat waktu pulang telah lewat.

"Yak kenapa kalian tidak membangunkanku?!" kata Key sebal sambil berlari menyusuri koridor. Mungkin saja Yura ada di kelasnya.

Tetapi nihil, ia tidak menemukan Yura. Bahkan ia sudah memeriksa tiap sudut kelas dua kali.

Key kembali menyusuri koridor, dengan gesit menuruni anak tangga lalu berlari menuju ruang dosen. Mungkin saja kalau ada yang melihat ini, mereka pasti sudah mengira Key seorang atlet.

"Uki?! Kau ada disini?" Key membuka pintu kasar. Namun, seorang dosen yang seharusnya masih ada di kampus tidak ditemuinya. Key mengacak rambut frustasi.

"Mungkin di taman" gumamnya cepat. Segera ia kembali menyusuri koridor.

Lima belas menit kemudian...

Key menghela napas berat. Perasaan lelah, kesal dan kecewa bercampur aduk menjadi satu. Ia sudah mengecek di taman, tetapi tidak membuahkan hasil. Ia juga sudah mengecek di setiap bilik toilet, kecuali toilet wanita tentunya.

"Aku masih tidak percaya mereka meninggalkanku" gumamnya pelan sambil menenteng tas punggungnya.

"Lebih baik aku pulang saja..." gumamnya lagi sambil melangkah menuju gerbang.

"Tunggu, ini kan?" Key menatap buku bersampul hijau yang tergeletak di depannya. Ia meraihnya lalu membuka halamannya satu per satu.

"Ini buku Yura" Key menutup cepat buku tersebut lalu melemparnya ke semak semak. Agak panik dan merinding tepatnya. Bagaimana buku diary Yura berada di tempat ini?

Masuk akal sih kalau ia tidak sengaja menjatuhkannya. Tapi tetap saja, itu hal yang mustahil karena Yura selalu mengecek barangnya sebelum melangkahkan kaki keluar gerbang.

"Menyeramkan" gumam Key. Ia melangkah mendekati semak semak. Mencari buku tersebut.

"Bingo" Key meraih buku tersebut. Ia harus mengembalikannya, juga menjelaskan situasinya agar Yura tidak menendangnya seperti tadi pagi.

"Lebih baik kusimpan dalam tas" gumamnya sambil memasukkan buku tersebut ke dalam tas.

Dua puluh menit kemudian...

Key melangkah menuruni tangga bis. Beruntung terdapat halte bis di dekat bangunan apartemen yang ditinggalinya bersama Uki.

Ia melangkah pelan sambil menerawang. Ah betapa sialnya nasibnya hari ini. Punggung sakit, tugas berlimpah, ditinggal sendiri, dan juga dilupakan.

"Aku masih tidak percaya Uki dan Yura melupakannya" gumamnya.

Ia telah tiba di depan pintu apartemen. Ia menghela napas berat. Semenit kemudian, ia memasang wajah seceria mungkin. Tidak mungkin ia bertemu Uki dengan wajah kusut kan?

"Uki...Aku pulang~" katanya sambil mendorong pintu apartemen.

Gelap. Itu yang pertama kali dilihat Key. Jangan bilang, Uki belum pulang?!

Key meraba raba sekitar. Mencoba mencari keberadaan saklar lampu.

Tak

"HAPPY BIRTHDAY KEY" suara terompet memenuhi ruangan.

"Eh?" Key menatap sekeliling ruangan. Ruangan tersebut penuh dengan wajah wajah yang dikenalinya. Tunggu jadi dia tidak dilupakan sama sekali kan?

Buk

"Tiup lilin cepat. Tanganku sakit terus terussan memegang kue ini" Yura menendang kaki Key sembari menyodorkan kue ulang tahun.

Key meringis sambil terkekeh gugup. Ia kemudian meniup lilin sambil merapalkan doa dalam hati.

"Happy birthday Key" Uki menepuk pundak Key.

"HUWAA UKI! AKU TAHU KAU TIDAK AKAN MELUPAKANKU!" Key membentangkan tangannya. Namun malah disambut dengan jitakan di kening.

"Tidak ada peluk pelukkan" kata Uki cepat sambil menjauhkan diri.

"UKI KEJAM!" Key mengerucutkan bibirnya.

"Happy birthday dear" suara wanita paruh baya mengalihkan pandangan Key.

"Bunda? Bunda disini? Kapan datang? Kenapa bunda tidak memberitahuku kalau bunda datang?" Key mengajukan pertanyaan sekaligus.

Tak

"Bertanya satu per satu. Kau membuat bunda bingung" Yura menjitak kening Key.

"Eh eh? Sejak kapan Yura memanggil bunda dengan sebutan bunda?" Pertanyaan kembali meluncur dari bibir Key.

"Siapapun yang di dekat jendela, tolong buka jendelanya sekarang!" kata Yura sambil meremas kerah baju Key.

"Okay" Theo yang kebetulan berada di dekat jendela melaksanakan perintah Yura.

"HEY YURA! KAU TIDAK BERENCANA MELEMPARKU KELUAR JENDELA KAN!" Key berteriak panik.

"Tentu saja tidak. Aku hanya ingin membuatmu merasakan rasanya terbang di udara" jawab Yura sambil menyeret Key.

"Uki tolong aku!" Uki mengangkat bahu. Tidak berniat ikut capur.

•◦❆ ◦•

Akhirnya, setelah pesta yang melelahkan. Disini lah mereka sekarang. Key dan Uki di ruang tamu sedangkan Bunda dan Yura berada di dapur. Mencuci beberapa piring kotor.

"Yura benar benar kejam" keluh Key. Ia membaringkan diri di karpet sambil mengguling gulingkan dirinya.

"Aku hampir saja dilempar keluar jendela" Key kembali mengeluh.

"Aku bisa mendengarmu" kata Yura sambil mendudukkan dirinya di sofa single.

"Tetap saja! Teganya kau mau melempar teman baikmu ini keluar jendela!" protes Key.

"Hmm..." Yura bergumam.

"Lho dear, kenapa kamu berbaring disana? Bukankah kamu bisa berbaring di kamar?" Bunda Key menatap putranya yang sedang berbaring di karpet.

"Disini nyaman bunda. Key suka disini" Key menjawab.

"Ah berarti mulai sekarang kamu tidur disini saja. Kamu menyukainya kan?" kata Yura. Key menggeleng tegas.

"Aku juga suka tidur di kamar" katanya cepat.

"Lalu bunda tidur dimana?" tanya Yura. Key tersadar.

"Bunda tidur di kamar Key saja ya. Key bisa tidur di kamar Uki kok. Benarkan Uki?" Key menatap Uki yang sibuk dengan ponselnya.

"Ya, selama kau tidur di lantai" jawab Uki.

"Uki kejam! Kamu tega membiarkanku tidur di lantai?!" protes Key.

"Apa masalahnya? Bukankah kamu juga sering tidur di lantai ruangan kita?"

"Ya tetap saja!"

"Bunda menginap di rumah Yura dear" Bunda melerai.

"EH TIDAK TIDAK! Bunda menginap disini saja. Key bisa tidur di kamar Uki kok. Lagipula, rumah Yura jauh dari sini. Kenapa bunda mau menginap di rumah Yura?"

"Apa salahnya? Lagipula aku tidak keberatan bunda menginap di rumahku" Yura menjawab dan dihadiahi lemparan bantal oleh Key.

"Nope! Key tidak setuju!" Key menggeleng tegas. Tetap kekeuh dengan keputusannya.

"Dear, bunda mau bertemu dengan teman lama bunda. Dan kebetulan, rumah teman bunda berada di dekat rumah Yura" jelas Bunda.

"Hm.." Key menatap bundanya serius. Ini mencu---

Buk

"Rasakan" gumam Yura ketika bantal tersebut mengenai wajah Key.

"Yura!" protes Key sambil menyingkirkan bantal dari wajahnya.

"Mau perang?" kata Yura dengan nada menantang.

"Siapa takut!" Key membalas.

Sementara itu, Bunda dan Uki hanya menatap perang bantal tersebut.

•◦❆ ◦•

Seminggu kemudian...

"HUWAA UKI! KAU BENAR BENAR AKAN PERGI? TIDAK BISAKAH KAU TINGGAL LEBIH LAMA" teriak Key lebay.

Tak

"Jangan mempermalukan kita" Yura mengetuk kepala Key. Membuat si empu meringis.

Mereka berempat sedang berada di bandara. Mengantar kepergian Uki yang akan kembali ke negeri asalnya.

"Berhati hatilah di jalan Kazu. Jangan lupa untuk berkunjung ke rumah bunda ya" Bunda memberikan bingkisan berisi kue sebagai oleh oleh.

"Benar! Uki kau harus kembali saat hari kelulusan!" Yura kembali mengetuk kepala Key.

"Jangan memaksanya" gumamnya.

"Ta-tapi tidak akan seru kalau Uki tidak ada disana!" Key mengerucutkan bibirnya.

"Hati hati di jalan Kazu" kata Yura sambil menyerahkan bungkusan.

"Aku membeli beberapa cemilan untuk perjalanan" jelasnya sebelum Uki bertanya.

"Nih! Bawa Pika bersamamu! Jaga dia dengan baik mengerti!" Key menyerahkan bantal kesayangannya ke Uki.

Uki mengangkat alis sambil menatap Key. Key memberikan tatapan 'aku yakin. Jadi bawa pergi itu sebelum aku berubah pikiran'

Begitulah artinya.

"Terima kasih banyak bunda, Yura, kau juga Key. Aku akan kembali nanti" kata Uki.

"Dan aku akan menjaga Pika dengan baik. Lebih baik daripada pemiliknya" lanjut Uki. Key mendengus.

"Jadi kita berpisah disini?" gumam Yura. Uki mengangguk.

"Bunda akan merindukanmu Kazu" Bunda bergumam.

"Hubungi aku kalau butuh bantuan okay. Aku akan siap kapanpun itu" Key menepuk bahu Uki.

"The Belin-Tokyo line flight immediately took off. We requested that passengers on this route take their seats on the plane immediately. Thank you very much" suara pengumuman memenuhi bandara.

"Sepertinya aku harus segera pergi. Terima kasih atas semuanya" Uki membungkuk sedikit lalu menegakkan badannya kembali.

Ia meraih kopernya lalu berjalan memasuki bangunan bandara. Sementara itu, bunda, Yura dan Key menatap punggungnya hingga menghilang di balik kerumunan.

"Kita akan bertemu dengannya lagi kan?" gumam Yura. Ah dua tahun berlalu begitu cepat.

"Tentu saja. Uki tidak mungkin melupakan kita" Key menepuk bahu Yura.

-----------------------------------
---

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro