Guess 🌼

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.

Treasure In My Life
By: Monica
.
.
.

Happy Reading 🌟


"Riku aku pergi dulu ya!" Seru seseorang cukup keras supaya suaranya dapat dijangkau oleh indra pendengar adiknya yang berada di dalam kamar.

Tidak mendapat sahutan maupun respon, bahkan ia tidak mendapati sosok sang adik. Pemuda dengan surai merah muda itu melangkahkan kaki menuju kamar, mencari tau apa yang dilakukan adiknya sehingga tidak merespon.

Tenn menampilkan senyum kala pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sosok adiknya yang tertidur dengan menjadikan kedua lengan yang berada di atas bantal sebagai sandaran kepalanya.

"Pantas saja tidak ada jawaban dan tidak menghampiriku seperti biasa" Gumam Tenn mendudukkan diri di tepi kasur.

Tenn membelai surai merah Riku yang nampak berantakan lantas ia berganti mengusap punggung Riku yang terlapisi baju.

Tenn menatap wajah tidur adiknya beberapa saat "Ja~ Tenn-nii berangkat ya" Ucapnya pelan agar tak membangunkan tidur nyenyak adiknya itu. Lalu ia mengecup kening Riku singkat.

❥ ‑‑‑‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑

(Sc: Pinterest)

"Arigatou Gozaimasu" Ucap Tenn berada di ambang pintu masuk mobil, sembari membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Mengucapkan Terimakasih juga karena telah diantar, Gaku menyusul Tenn yang sudah duluan berjalan dan meninggalkannya "Oi Tenn!"

"Nani?" Balas Tenn dengan nada ketus.

"Apa-apaan nada bicaramu bocah?! Udah nyelonong duluan!" Ujar Gaku tidak terima.

"Emang apa punya kewajiban untuk menunggumu?" Balas Tenn tak mau kalah.

"Oi! Bocah kau benar-benar kurang ajar!"

"Emang masalah buatmu? Aku memang begini. Dasar Sobaman!"

"Apa?! Ha! Omongan kasarmu tidak pernah berubah dasar bocah!"

"Kalau bicara halus bukan Tenn namanya"

"Benar juga— akh! Gataulah! Males debat ama bocah Tenshi!"

"Kan situ duluan yang ngajak debat!"

"Tenn, Gaku... mouuu" Ryuu berlari kecil menyusul kedua rekannya yang sudah berjalan duluan dengan diiringi perdebatan.

"Jangan bertengkar dong" Pinta Ryuu dengan nada memelas— jujur dia sudah cape ngadepin dua orang yang kerjaannya debat mulu ...// plak

"Huh! Ryuu bocah ini nyebelin pake banget. Kan aku cuman mau tanya apa dia baik baik saja" Kata Gaku mengomel.

"Memang ada apa denganku?" Balas Tenn bertanya.

"Aku khawati— enggak! Maksutku kau terlihat tidak— ... seperti biasa" Jawab Gaku mengalihkan pandangan mata kala ia hampir keceplosan mengatakan 'khawatir'

"Aku tidak seperti biasa?" Balas Tenn yang masih tidak paham maksut leadernya.

"Tenn, kami mengkhawatirkanmu. Kau terlihat sedikit pucat Tenn" Jelas Ryuu mengartikan maksut perkataan Gaku yang setengah-setengah. Dasar Gaku tsun² // ditampol

"Kau bilang pucat? Apa aku terlihat begitu?"

"Oi Tenn. Seharusnya kau yang paling mengetahui kondisi tubuhmu sendiri. Jadi tidak perlu memaksakan diri" Ujar Gaku berusaha tidak menunjukkan kekhawatirannya secara langsung.

"Tapi aku baik baik saja" Ucap Tenn.

"Tenn... jangan berlebihan. Jika kurang enak badan, istirahatlah" Kata Ryuu khawatir.

'Aku hanya sedikit pusing... itu saja... aku baik baik saja' Benak Tenn. Menyiratkan senyum kecil center Trigger itu menatap Gaku dan Ryuu bergantian "Aku baik baik saja—"

"A-Arigatou"

"Hm? Are... barusan kau bilang apa bocah? Ga kedengeran" Gaku-

"Tenn keraskan sedikit suaramu" Ryuu-

"Kubilang 'Arigatou' karena sudah mengkhawatirkanku!" Sahut Tenn yang nampak semburat merah tipis di kedua pipinya.

Ealah,, situ juga tsun² toh— // dikeplak

...

Melihat senyuman kecil di wajah sang center beserta tatapan mata yang tidak ingin dibantah, Gaku dan Ryuu hanya bisa meng-iya-kan perkataan Tenn. Namun mereka berdua berharap jika perkataan sang center benar adanya.

'Semoga Tenn memang benar baik-baik saja'

❥ ‑‑‑‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑ ‑

*Uhuk uhuk

Suara batuk terdengar beberapa kali membuat si manik crimson merasa cemas. Berjalan dari arah dapur, Riku menghampiri sang kakak yang sedang duduk bersandar di sofa, sembari ia membawakan secangkir teh hangat.

Tenn menyentuh lehernya merasakan tenggorokannya yang terasa kering. Lantas ia menolehkan kepala menyadari kehadiran sang adik "Arigatou Riku" Ucapnya mengambil cangkir teh itu.

Cangkir berisikan teh itu berpindah tangan dari Riku kepada Tenn. Mendudukkan diri di samping kakaknya, raut wajah Riku nampak menampilkan kekhawatiran "Tenn-nii baik-baik saja kan?" Tanyanya sedari tadi. Entah sudah berapa kali Tenn mendengar pertanyaan yang sama.

"Ini hanya flu biasa, jangan khawatir Riku" Jawab Tenn menampilkan senyum.

"Tenn-nii selalu bilang baik-baik saja dan jangan khawatir. Katakan yang sejujurnya, apa Tenn-nii sungguh baik-baik saja?" Ucap Riku mengintrogasi.

"Riku sudah kubilang ini hanya flu biasa. Sebentar juga akan sembuh kok" Balas Tenn.

Mempoutkan bibir Riku mendekatkan wajahnya pada wajah Tenn "Beneran?"

"Riku wajahmu terlalu dekat" Ucap Tenn menjauhkan wajahnya "Aku tidak ingin flu ku menular padamu"

"Jangan bergerak Tenn-nii! Dan aku tidak akan tertular" Ucap Riku memegang tangan Tenn dan menempelkan dahinya pada dahi kakaknya untuk mengetahui suhu tubuh Tenn.

"...Masih normal...kurasa?"

"Hora... Riku saja kan yang terlalu khawatir. Sudah kukatakan ini flu biasa"

'Tapi aku tetap saja merasa sangat khawatir' benak Riku memandangi wajah kakaknya yang nampak sedikit pucat.

.
.

Riku yang terbangun karena mendengar suara ringisan, kini tengah mengusap bulir-bulir keringat yang memenuhi wajah kakaknya. Riku sungguh terkejut kala saat ia terbangun ia mendapati sang kakak yang meringis kesakitan disertai nafas yang tersengal.

"Jelas tadi badan Tenn-nii tidak demam tapi—" Riku menaruh punggung tanganna di atas kening Tenn "Sekarang suhu tubuhnya meningkat"

Riku menempelkan plester demam pada dahi kakaknya "Semoga demamnya cepat turun" Riku yang duduk di tepi kasur kini sedang menatap wajah Tenn dengan khawatir.

Dapat Riku lihat bulir air yang berada di pucuk mata Tenn yang terpejam, juga samar-samar ia mendengar suara lirih yang mengatakan "Jangan tinggalkan aku, kumohon..."

'Tenn-nii...'

Riku memandang wajah Tenn sembari menyiratkan senyum kecil, ia meraih telapak tangan Tenn dan menggenggamnya dengan kedua telapak tangan miliknya.

"Tenn-nii tidak sendirian— karena sementara....."

"Riku akan berada di samping Tenn-nii"

...

'Satu hal yang pasti... Aku tidak boleh terlalu menikmati saat-saat ini. Karena pada dasarnya aku sudah tiada'

'Alasan mengapa aku berada di dunia ini... Apa mungkin... Karena Tenn-nii tidak bisa melepaskanku?'

"Tapi suatu saat Tenn-nii harus melepaskanku dari dunia ini" Ujar Riku tanpa sadar air mata mengalir keluar dari kedua matanya.

"Kehidupanku ini memiliki bayaran"

'Aku sangat yakin dengan opini itu. Terlebih melihat situasi beberapa hari ini. Awalnya tidak ada masalah namun kini terasa semakin aneh'

'Aku baik-baik saja. Di hari kehidupan baruku hingga saat ini aku tidak sakit ataupun kambuh— Seakan tubuhku menjadi sehat'

'Namun sebaliknya'

Riku menempelkan genggaman tangan Tenn pada keningnya 'Tenn-nii...'

'Apa jangan-jangan bayaran pengganti nyawaku saat ini adalah... Tenn-nii?'

"Aku tidak tau"

"Kuharap semuanya baik-baik saja"

.
.

-To be continued-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro