~18~

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kita lanjut di kasur ya sayang~"

.

.

.

SMUT WARNING!

Sesuai judulnya bab 18, ini isinya nganu, nge-wee.... Alias 18+. Jadi kalo ga suka silahkan skip dan kalo ngotot dosa tanggung sendiri, karena Azu juga nanggung sendiri nghokey?

.

.

.

.

.

.

"Sa-Sanemi-san! Berat tau badanmu, jangan nindih. Ini mau ngapain?", berontak (Name) dengan wajah memerah.

"Kan kita mau malam pertama....", jawab Sanemi enteng.

Wajah (Name) langsung memerah padam.

"I-Iiyadaa! Kata teman-temanku rasanya sakit. Aku tidak ma–", pekikan (Name) dibungkam oleh ciuman Sanemi. Menyesap manisnya bibir ceri (Name).

"Mmphhh~....", lenguh (Name).

Dirasa (Name) tidak memberinya akses untuk lidahnya masuk, Sanemi meremas dada kiri (Name), membuat (Name) terkejut dan membuka mulutnya. Sanemi langsung memasukkan lidahnya ke mulut (Name), mengeksplorasi isi mulutnya.

Lama-kelamaan, (Name) tidak lagi berontak dan menutup matanya menikmati ciuman panasnya dengan Sanemi. Lidah keduanya berpagut mesra, saling menjelajahi isi mulut dan saling memperebutkan dominasi, meskipun (Name) akhirnya kalah dengan Sanemi dan memukul dada Sanemi karena ia mulai sulit bernapas. Dengan berat hati akhirnya ia melepaskan tautannya dengan (Name). Benang saliva teruntai di antara bibir mereka yang hanya berjarak lima senti.

"Hhh...hhh...", napas (Name) terengah-engah sedangkan wajahnya memerah kurang udara.

"Jadi mau kan? Malam pertama kita?", tanya Sanemi mengelus pipi (Name) dan mengecupnya.

"T-Tapi..... nanti sakit", kata (Name).

"Memang sakit awalnya..... tapi percaya padaku, setelah itu kau tidak merasakan sakit terlalu banyak", Sanemi tersenyum lembut dan menghujani wajah (Name) dengan kecupan kecil.

"U-Umm.... Baiklah, t-tapi janji pelan-pelan", balas (Name).

"Aku tidak janji", Sanemi tersenyum puas dan langsung mencium (Name) untuk membungkamnya sebelum ia mengomel lagi. Tangannya bergerilya menurunkan gaun (Name) sehingga (Name) hanya memakai celana dalamnya saja. Tangannya yang satu lagi mengelus pelan selangka (Name), membuat (Name) berjengit kaget karena sentuhan Sanemi yang tiba-tiba.

Bibir Sanemi menelusuri pipi, rahang dan leher jenjang (Name). Menjilatnya dan memberikan tanda kepemilikan disana.

"Unnghh~~.... Sanemi-san~~", lenguh (Name) merasakan sedikit perih di lehernya.

Sanemi menyeringai dan memberikan tanda semakin banyak di setiap inci leher (Name), bahkan ke bahunya juga. Tangan kanannya memijat dada (Name) dan memainkan putingnya. Membuat (Name) mendesah pelan karena belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.

"Dadamu besar ya....", goda Sanemi sambil terus memijat dada (Name).

Mulut Sanemi turun ke dada (Name), menghisap putingnya seperti kelaparan. Kedua tangan (Name) meremas rambut Sanemi gemas. Jemari Sanemi mengelus kedua paha dalam (Name) yang mulus.

"Annhh~..... D-Damee~~....", (Name) berusaha menahan tangan Sanemi, tapi karena terlanjur lemas ia hanya bisa melenguh pelan. Tubuhnya sudah lemas karena sentuhan Sanemi.

Kedua tangan Sanemi menurunkan celana dalam (Name) dan membuangnya ke sembarang arah, sekarang (Name) tak menggunakan sehelai benang pun di tubuhnya. (Name) kaget dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya dengan wajah memerah malu.

"Kenapa kau menutupinya hnn?? Kau istriku sekarang", tanya Sanemi.

"A-Aku malu.....", jawab (Name).

"Kau tidak perlu malu... nanti kau juga akan melihat seluruh tubuhku", balas Sanemi lalu mencium (Name) sambil membuka bajunya sehingga sekarang ia bertelanjang dada, menampakkan dada bidangnya dengan beberapa bekas luka disana.

"Aku tau ini pertama kalinya untukmu. Jadi aku akan berusaha pelan-pelan", kata Sanemi setelah melepas ciumannya.

"Ha-Ha'i....", cicit (Name) malu karena ia melihat Sanemi tanpa baju.

"Arigatou, (Name)....", Sanemi mengelus surai merah (Name) dan menciumnya lagi. Jarinya menelusuri bagian intim (Name), menemukan lipatan diantara paha (Name) dan memasukkan jari tengahnya ke dalam lalu bergerak perlahan disana.

" A-Ahh~~~.... ", (Name) mendesah kala jemari panjang Sanemi menerobos masuk ke lubangnya.

"Istriku sudah basah rupanya? Nakal sekali, aku baru bermain sebentar dan kau sudah basah", seringai Sanemi terlihat jelas di mata (Name).

"Anhh....anghh... ya-yamette, rasanya tidak nyaman", desah (Name).

"Iie.... Aku tidak mau" –Sanemi

Makin lama gerakan Sanemi menjadi acak dan menambahkan jari telunjuknya disana. Membuat punggung (Name) melengkung menahan nikmat. Bibir Sanemi terus bergerak menelusuri leher jenjang yang sebelumnya sudah ia beri tanda.

"Ne-Nemii... ahhh~", desah (Name) setelah akhirnya mencapai orgasme pertamanya.

Sanemi mengeluarkan kedua jarinya dari lubang (Name) dan menjilati cairan (Name) tanpa rasa jijik.

"Ke-Kenapa dijilat? I-Itu kotorrr", (Name) merinding.

"Tapi rasanya enak, dan aku mau lagi", kepala Sanemi kini tepat berada di hadapan lubang (Name) dan lidahnya menerobos masuk, menjilati dan menghisap cairan yang keluar dari milik (Name) tadi. Kedua tangannya menahan paha (Name) agar tidak menutup.

"Nghhh~~~.... Unnhh... Ja-Jangan disituu.... Hnnhhh", lenguh (Name) tidak karuan sambil meremas kuat rambut Sanemi.

"Sa-Sanemi-san.... ahh... a-ada yang mau keluar", desah (Name).

"Ahh~!", akhirnya (Name) mencapai puncak keduanya. Napasnya menjadi tidak teratur karena sedari tadi ia sulit mengatur napasnya.

Sanemi menengadahkan kepalanya dan tertawa kecil melihat kondisi (Name) sekarang. Mata yang berkabut dan tertutup setengah, wajah memerah dan saliva yang mengalir tipis dari tepi bibirnya. Bagian celananya terasa sangat ketat dan akhirnya ia melepas celananya. Menampakkan miliknya yang sudah tegang karena mendengar desahan (Name).

'I-Itu besar.... Me-memangnya akan muat?', batin (Name) setelah melihat ukuran Sanemi yang ia rasa sangat besar.

"Sesuai kata-kataku.... Aku akan memakanmu dan aku tidak akan bersikap manja malam ini", Sanemi menatap (Name) lapar.

Wajah (Name) kembali memerah setelah sadar maksud Sanemi.

"Adikku membesar karenamu, jadi kau tanggung jawab", bisik Sanemi tepat di telinga (Name) dan menjilati daun telinganya, membuat (Name) semakin merinding geli.

"Cakar saja punggungku kalau kau merasa sakit", kata Sanemi dan (Name) akhirnya mengangguk lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Sanemi.

Sanemi mencoba masuk ke milik (Name), bergerak maju mundur.

"Pe-Pelan-pelan....", lirih (Name) saat milik Sanemi berhasil masuk sedikit.

'Sugee! Miliknya sangat rapat', batin Sanemi berusaha menembus milik (Name).

"Kyaaahh!!! Ittai yoo!! Hiksss!", (Name) menangis karena miliknya serasa dirobek. Jari-jarinya mencakar punggung Sanemi sampai lecet. Bersamaan dengan itu, sedikit darah mengalir dari miliknya menandakan ia tidak perawan lagi.

"Sanemi-sann.... Ittai, aku tidak kuatt hikss...hikss...ittai...", racau (Name) sambil tetap menangis.

"Gomen.... Milikmu sangat rapat, aku agak susah tadi", Sanemi menghapus air mata (Name) dengan kedua ibu jarinya lalu mencium (Name) berharap rasa sakit (Name) sedikit berkurang.

Setelah punggung (Name) sedikit rileks, ia melepas ciumannya.

"Sudah mendingan?", tanya Sanemi memastikan.

"Hnn...", (Name) mengangguk.

"Apa kita berhenti saja? Kau terlihat kesakitan", tanya Sanemi lagi.

"I-Iie.... Teruskan saja. Kau bisa bergerak, Sanemi-san...", mendapat lampu hijau dari (Name), Sanemi mengangguk dan perlahan menggoyangkan pinggulnya agar (Name) terbiasa dulu.

"Anhh... nggh....", lenguh (Name).

"Kuso.... Kau sangat rapat dibawah, (Name)...", kata Sanemi mulai mempercepat tempo permainannya.

"Ahh! Nhh! Aghh!", desah (Name) saat Sanemi mengangkat kaki kanannya ke bahu Sanemi, kakinya terasa sedikit kebas.

"Sanemi-san... motto hayaku ahhh~", pinta (Name).

"Sesuai keinginanmu...", gerakan Sanemi kini semakin cepat dengan kecepatan acak. Hingga akhirnya miliknya menemukan sweet spot (Name).

"Kyaaaahh~~!!! Anhh!", kaki (Name) gemetar dan tangannya memeluk tengkuk Sanemi erat. Seluruh tubuhnya terasa sangat sensitif sekarang.

Sanemi tersenyum senang berhasil menemukan titik tersensitif (Name) dan bergerak semakin cepat dibawah sana, sementara itu tangannya bertumpu di kasur agar ia tidak jatuh.

"Sa-Sanemiii~..... ahh ahh annghh...", desah (Name).

"Enak kan?" –Sanemi

"Ha-Ha'i.... umm lebih cepatt~.... Aku mau sampaii ah ah owhh aahhhh~~~!" –(Name)

"Jangan salahkan aku kalau kau susah jalan besok pagi" –Sanemi

Sanemi bergerak semakin cepat, membuat ranjang berderit kencang. Ruangan kamar kini terisi dengan suara desahan dan bunyi derit ranjang.

"Sa-Sanemi-saann!! Ah ahhh.... A-aku mau sampaii unghhh hyaaaahh!!!"

"Tahan sebentar.... Aku juga mau sampai, (Name)"

"Ta-tapi aku tidak tahan... nghhhhh~!!!"

"Keluarkan sekarang! Aku juga mau keluarr... ahh (Name)~~"

Keduanya berciuman dan sampai di puncaknya bersamaan. Keringat membanjiri tubuh keduanya. Sanemi melepas miliknya dan membalikkan tubuh (Name) agar ia menungging. (Name) sudah pasrah sekarang karena ia benar-benar lemas.

Sanemi melakukan penetrasinya dari belakang, membuat air mata (Name) keluar lagi karena rasanya sedikit lebih sakit dari belakang.

"Anhh.... I-ittaii~...." –(Name)

"Tahan sebentar ya, (Name).... Nanti juga enak", Sanemi mulai bergerak lagi dan gerakannya menjadi cepat.

"Kyaaa~~!!!!... Ne-Nemiii! Nemii! Anhhh... ahhh ahhh~! Ngghhh~~!!!", desah (Name) menenggalamkan kepalanya ke bantal dan meremas bantal sekuat mungkin menahan nikmat.

"(Name)~..... milikmu masih rapattt... padahal aku sudah menembusnya tadii", racau Sanemi menambah kecepatannya.

"A-Aku mau sampai, ahh le-lebih dalam... onegaii~~~", kini (Name) memohon agar Sanemi lebih dalam.

"Aku juga mau sampai ungghhh~... tahan ya (Name) sayang~", Sanemi bergerak semakin dalam dan cepat. Bibirnya memberi tanda di sekujur punggung (Name) dan meremas dada (Name) dari belakang.

"Sa-Sanemiii-sann~... aku keluar aaahh ahh nghhh~~~", (Name) mendesah kencang diiringi keluarnya cairan dari miliknya.

Sanemi semakin menggempur (Name), kedua tangannya memegang erat pinggang ramping (Name) dan akhirnya ia sampai di puncaknya juga.

"Aaahh~", desah Sanemi saat ia mencapai klimaksnya.

Perlahan mengeluarkan miliknya dari lubang (Name), cairannya merembes sampai ke paha (Name) dan ke kasur.

(Name) langsung lemas dan telungkup di kasur, begitu juga Sanemi yang berbaring di samping (Name). Napas keduanya terengah-engah setelah melakukan kegiatan panas mereka.

Sanemi mendekat ke arah (Name), memeluknya lalu mencium keningnya.

"Arigatou, (Name).... Aishiteru", kata Sanemi mengelus pipi (Name) sambil tersenyum.

"Umm... Aishiteru, Sanemi-san", (Name) juga tersenyum manis dan menangkup wajah Sanemi dengan kedua tangannya, mencium kening Sanemi juga.

"Nee, ayo kita istirahat.... Kau terlihat lelah", Sanemi mengambil selimut dan menyelimuti badan mereka.

"Umm... aku memang lelah, oyasumi... anata", kata (Name) terkikik kecil sebelum menutup matanya menuju alam mimpi.

"Oyasumi, (Name)", balas Sanemi merapikan anak rambut (Name) yang terlihat berantakan dan ikut terlelap.

.
.
.
.
.
Jam setengah 4 pagi, udara terasa sangat dingin bagi Sanemi... Apalagi pria itu tidak menggunakan sehelai benang pun setelah aktivitas panasnya dengan (Name) semalam.

Pikiran Sanemi mengingat malam pertamanya. Aah, (Name) sangat seksi semalam, batinnya.

Kejantanannya menegang... Karena udara dingin dan ingatannya semalam. Sanemi perlahan membangunkan (Name) yang masih tertidur pulas.

"(Name) ~~... "

"Zzzzzzzz", rupanya pulas sekali tidurnya.

" (Name)... Sayang... Bangun dong~~~", pinta Sanemi menggoyangkan bahu (Name).

"Unghhh~~~~", lenguh (Name) yang merasa sedikit terganggu karena tidurnya tidak nyenyak.

" Nani... Sanemi-san? Hmm?", tanyanya sambil bangun dan mengucek matanya yang masih buram.

"Nee.... Kita lanjut yok yang semalem... Belom selesai", ajak Sanemi.

Seketika mata (Name) membelalak.

Baru semalam aku digempur, lanjut lagi nih pagi??? , batin (Name).

"Hee~~? Kan baru semalam....", selimut yang awalnya menutupi tubuh (Name) bergeser sehingga tanpa (Name) sadari bagian dadanya terlihat jelas di mata Sanemi.

" Tapi lagi pingin..... Udara sekarang dingin juga, kan enak kalo anget anget" -Sanemi

Melihat mata Sanemi, akhirnya (Name) luluh.

"Ya-yaudah... Tapi nanti gendong ga mau tau!", kata (Name).

Sanemi tersenyum puas dan langsung menindih (Name) lagi.

" Ha'i~.... Ittadakimasu~~"

Dan permainan mereka berlanjut sampai matahari terbit.

***

Selamat untuk (Name), ga jalan besoknya akibat kakinya gemeter T^T

Azu ilang berapa lama ya ampe nganggurin semuanyaaa 😭😭😭😭😭😭😭 pengen nanges nih

~Azu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro