𓃠ᝰ┆00 - Mono

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Namaku Mono, dan aku adalah seekor kucing jantan.

Buluku berwana putih dengan corak-corak hitam di berbagai bagian, bereekor panjang berwarna hitam, serta mata tajam berwarna hijau jernih.

Aku tidak terlahir dari jenis kucing yang bagus dan mahal, apalagi seperti Persia, Bengal, dan Anggora. Aku hanyalah kucing jalanan kotor yang terkadang mencari makanan lewat mengais-ngais bak sampah. Walau demikian, manusia tetap mengelus kepalaku atau mendekapku erat seolah tidak bermasalah dengan hal tersebut.

---atau lebih tepatnya, mereka tidak tahu. Hehe.

Ada satu fakta yang harus kalian ketahui. Sebuah Fakta sangat sangat sangat penting, yang bahkan warga jepang--tidak, dunia harus tahu tentangku yang satu ini.

Pertama, jangan pernah remehkan aku karena aku adalah kucing jalanan. Aku memang tidak mendapatkan perawatan terbaik seperti kucing-kucing mahal yang selalu bolak-balik ke salon tersebut.

Namun tetap saja tidak akan mengubah fakta bahwa sebenarnya aku bukan kucing biasa dan aku tidak akan kalah dengan kucing-kucing rumahan itu. Karena aku ini ...

Aku ini ...

Aku ini ....

Aku ini terlalu tampan, kucing tertampan di dunia!

Lho, kenapa? Kalian tidak senang dengan fakta itu? Kalian tidak percaya? Begini-begini, aku sudah banyak menghamili banyak betina, lho.

Bukankah berarti tandanya aku memang sangat menawan sampai kucing-kucing betina semasa kawin selalu mengejarku???

Hehe, becanda, aku hanya becanda. Aku ini kucing jantan baik-baik yang tidak akan sembarangan menghamili betina, alhasil aku pun tidak pernah kawin sebelumnya. Tetapi yang soal tampan tadi aku benar-benar serius, lho, ya!

Awas saja jika kalian berani tertawa meskipun hanya kekehan kecil saja atau meremehkanku soal ini, akan kucakar kalian dari ujung kepala hingga kaki.

Kalian penasaran berapa umurku? Jujur, aku pun tidak terlalu mengingatnya dan aku tidak pernah menghitung hari. Yang jelas, aku sudah lama sekali berkelana dari satu tempat ke tempat lain dan kini tengah menetap pada salah satu kawasan perumahan di daerah Tokyo. Aku sudah cukup lelah dengan kehidupan nomaden, alhasil aku memutuskan untuk tinggal di sana sampai mati.

Toh, orang-orangnya lumayan ramah termasuk kepada seekor kucing, mereka rutin memberiku makan sehingga aku tidak perlu sering-sering lagi mengorek tempat sampah yang baunya melebihi pupku sendiri.

Sebagai ganti dari kebaikan mereka, aku selalu membiarkan jika mereka ingin mengelus-elus tubuhku, dan tak jarang pula aku bertingkah imut untuk membuat mereka tersenyum sampai bertingkah berlebihan karena gemas.

Jujur, tak jarang aku merasa geli sendiri untuk bertingkah imut seperti itu, tetapi apa boleh buat? ini demi bertahan hidup. Kalau mau tetap makan enak, aku harus membuat mereka terus suka padaku, sehingga mereka tidak akan berhenti memberiku makan.

Ya, inilah kerasnya menjalani hidup sebagai seekor kucing. Kalau kamu tidak ingin menyantap makanan yang sangat tidak higienis dari bak sampah atau jalanan, dan kamu adalah kucing yang sangat payah sekali sehingga tidak mampu berburu burung maupun tikus, maka ada dua pilihan : kamu harus mencuri dari pasar yang menjual daging atau ikan segar, atau! membuat manusia menyukaimu lewat tingkah laku yang lucu atau absurd sekalipun, sehingga mereka tidak akan tega membiarkan kamu kelaparan.

Ketahuilah wahai Manusia, tidak hanya hidupmu yang susah, kucing pun sama, apalagi untuk makan. Aku sudah mencoba semua cara di atas untuk mengisi perut dan kelangsungan hidup.

Sewaktu masih muda, kecil dan lincah, aku sangat rajin berburu burung atau tikus. Akan tetapi seiring dewasa, rasa gesitku semakin berkurang untuk mengejar mahluk-mahluk kecil sialan tersebut sehingga aku merasa malas untuk berburu.

Pernah juga beberapa kali mencuri ikan di pasar atau di rumah seseorang, jadi tak menutup kemungkinan aku pernah didamprat memakai sapu atau koran. Rasa sakit yang tak pernah kulupakan adalah pukulan dari seorang nenek-nenek ketika aku mencoba mencuri ikan di meja makan rumahnya, dia memukul bokongku memakai pemukul lalat dan sakitnya sungguh luar biasa.

Aku masih penasaran, dari mana seorang wanita tua renta mendapatkan kekuatan sebesar gajah seperti itu? Jujur, semenjak kejadian tersebut, aku jadi agak trauma kalau bertemu manusia yang telah lanjut usia. Menyeramkan.

Mengais-ngais sampah jangan ditanya lagi, terkadang aku masih melakukannya jika terpaksa. Meski baunya sangat tidak sedap, kuakui ada beberapa makanan di dalam sana yang rasanya masih lezat dan terasa mubazir untuk tidak disantap, membuatku heran mengapa manusia sering kali membuang makanan enak ke dalam tempat sampah. Ngomong-ngomong, cara ini juga adalah cara yang aman, kau tidak akan kelelahan karena berlari dan tidak akan ada juga yang memukulmu.

Dan yang terakhir, diberi makanan secara sukarela oleh manusia. Cara mendapatkan makanan inilah yang membuat kucing merasa seperti raja, hanya dengan mengambil hati manusia lewat serangan keimutan kami, maka sang Target akan luluh dan secara senang hati memberikan makanan-makanan lezat dengan porsi yang cukup. Sampai sekarang aku memakai cara ini untuk makan dan bisa dibilang, aku memiliki beberapa Rumah Langganan.

Rumah Langganan yang kumaksud adalah beberapa rumah yang sering aku kunjungi karena mereka yang paling rajin memberiku makan, makanan dari mereka juga selalu enak-enak serta mengenyangkan. Setiap hari aku selalu mengunjungi mereka secara bergilir tergantung waktu dan perutku.

Dan Rumah-rumah langganan-ku ini lah yang ingin kusampaikan pada kalian, mereka semua adalah manusia yang kehidupannya kuamati sehari-sehari sehingga aku hafal bagaimana kondisi serta kebiasaan mereka. Menurutku, mereka semua memiliki kisah menarik untuk diceritakan satu per satu.

Jadi, apakah kamu tertarik bagaimana caraku--yang merupakan seekor kucing--melihat dan menilai isi dunia manusia dalam sehari-hari?

Kalau begitu duduklah dengan santai, siapkan cemilan enak, dan amati perjalananku mengunjungi para manusia tersebut hari ini, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro