会う|| meet

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi menjelang, wajah mengantuk terlukis samar.

"Ohayou gozaimasu, Hime-sama," suara Mirai lah yang pertama kali ditangkap pendengaran Mikoto.

"Ohayou, Mirai," lirih suara mengantuk Mikoto.

Mirai tersenyum, mengangkat kedua tangan dan mulai membuat simpul untuk mengikat rambut panjangnya, "Sebaiknya Hime-sama cepat bersiap, agar kita bisa melanjutkan perjalanan,"

"Hm, baiklah," Mikoto menoleh kearah nampan makanan tak jauh dari futon.

"Hime-sama ...,"

"Mirai," tukas Mikoto menghentikan kegiatan menyumpit makanan sejenak demi memfokuskan atensi.

"Eh, iya Hime-sama? Ada ...,"

"Selama perjalanan ini, panggil aku Mikoto saja, secara aku bukanlah siapa-siapa tak lebih dari rakyat biasa saat ini," kata Mikoto serius.

Mirai mengedipkan manik beberapa kali, sejujurnya agak keberatan, namun akhirnya diri berkata, "Baiklah jika itu keinginan anda, Mikoto-san ... Begitu?" kata Mirai canggung.

Mikoto mengangguk puas, kembali memainkan sumpit lihai, "Ya, seperti itu,"

"Baiklah, aku sudah selesai, setelah ini kita akan kemana Mirai?"

Pelayan pribadi sang Putri sejak bertahun lalu itu tersenyum, "Apakah Mikoto-san tertarik melihat kerajaan Azuma?"

Manik Mikoto sontak melebar, "Kita akan kesana?"

Mirai tersenyum manis, mengangguk, "Kalau Mikoto-san tertarik, aku bisa membawamu kesana," katanya.

"Baiklah, kita akan kesana!" Mikoto bergumam semangat.

"Perjalanan yang sudah ditakdirkan ...."

—»«—

"Anoo, Mikoto-san, apakah tak apa kalau melewati hutan?" suara Mirai meminta pendapat.

Mikoto mengangguk singkat, "Kelihatannya menarik," seulas senyum terlihat disana.

"Baiklah, ikuti saya."

"Dor!!!" suara pistol terdengar nyaring.

Mirai menarik tali kekang, membuat kuda berhenti melangkah.

Mendongak, angin hutan membuat surai panjang gadis itu melambai lembut, "Itu seperti tembakan peringatan." Gumamnya.

Mikoto ikut mendongak, "Ada apa Mirai? Ada sesuatu yang berbahaya, kah?" cemas nada sang Putri.

Mirai meraba pisau di sisi pinggang kiri, "Tak apa, kita lanjutkan, kali ini perhatikan sekitarmu Mikoto-san." Intruksi Mirai.

"Baiklah,"

2 menit... 3 menit... 5 menit....

Tak ada suatu yang berarti. Ya, hingga suara derap kaki kuda selain milik dua gadis itu terdengar.

Mirai kembali menarik kekang, memelankan laju kuda, menarik belati dari sisi.

"Hime-sama, tetap dibelakangku." Lirihnya.

Mikoto hendak protes saat panggilan 'Hime-sama' kembali keluar dari Mirai. Namun menyadari situasi saat ini Mikoto paham, sebagai pelayan, Mirai sesungguhnya tidak hanya diajari bagaimana menjadi pemenuh kebutuhan seorang Putri Raja, melainkan juga secara tidak langsung menjadi pengawal terdekat yang harus sedia kapanpun melindungi penerus kerajaan Kuga ini.

Tak lama, derap kuda itu menampakkan wujud aslinya. Dengan seorang pria berjubah dan bertudung bersih diatas kudanya.

Mikoto terpaku, tatkala kedua manik bertemu. Bibir bungkam entah kenapa. Sosok memesona didepan sana dapat mencuri perhatian seorang Mikoto sepenuhnya. Walau belum sepenuhnya terlihat wajahnya, Mikoto segera tahu dari aura yang terpancar disana. Kharisma yang membuai begitu kuat.

Suara logam ditarik memekakan telinga dalam hutan yang sunyi, "Siapa kau?!" suara Mirai.

Entah hanya perasaan atau apa, nampaknya pria itu terkejut, tudungnya jatuh.

"Mirai?" suara dari sana terdengar.

"Ah, Ouji-sama?!" lebih terkejut lagi yang disebelah sini.

Mikoto mengerutkan kening. Oke, dia benar-benar tak mengerti apa yang tengah terjadi di sini. Kini dapat ia tangkap Mirai turun dari kudanya, menghampiri pria disana.

Membungkuk takzim, "Sebuah kehormatan bertemu anda lagi, Ouji-sama," sepertinya akibat hutan yang terlalu sunyi, Mikoto dapat mendengar suara sang pelayan yang bergetar disana.

"Angkat kepalamu Mirai, jangan seperti itu." Tersenyum, pria itu tersenyum, lantas turun dari kuda putihnya.

"Ah, Hime-sama!" Mirai melambaikan tangan, memberi kode agar Putri turun dan mendekat.

Mikoto tersadar, cepat turun dan menghampiri dua orang itu dengan penuh tanya.

"Perkenalkan,"

"Hime-sama, ini Azuma Natsuhiko Ouji-sama, putra mahkota kerajaan Azuma, Ouji-sama, ini Kuga Mikoto Hime-sama, Putri mahkota kerajaan kami, kerajaan Kuga." Mirai dengan fasih memperkenalkan satu sama lain.

Mendengar kata 'Ouji-sama' sontak membuat Mikoto mengangkat ujung gaun sederhananya. Sudah menjadi kebiasaan seorang Putri memberi penghormatan pada Pangeran kerajaan lain, tepatnya Sakuya. Dilain pihak Natsuhiko menaruh tangan kanan di dada, membungkuk.

"Senang bertemu dengan anda, Ouji-sama." Ujar Mikoto pelan.

"Begitu pula dengan saya, akhirnya pertemuan kita datang juga, Hime-sama," Natsuhiko memandang manik Mikoto dalam.

Jantung Mikoto berdegup kencang, "Takdir...?"



»Ohayou Gozaimasu: selamat pagi
»Ouji-sama: Pangeran

NEXT—»

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro