• Manisan •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kembali ke area resort. Berita tentang Izumi dan Na yang hilang sudah dikabarkan ke pihak resort. Rencananya setelah badai mereda baru akan mencarinya. Jika keluar sekarang pun juga akan membahayakan tim pencarian yang itu juga bisa menghambat proses pencarian dan memperpanjang masalah.

Makoto terus berusaha menghibur Haruna yang masih merasa bersalah. Gadis itu duduk memeluk lututnya di sofa yang ada di ruangan tersebut. Beberapa teman Haruna dan Na pun juga mencoba menghibur Haruna agar tidak terus merasa bersalah. Bahkan membujuk dengan puding kesukaan Haruna, memang Haruna akan bergeming dengan itu, tapi detik kemudian ia kembali pundung di tempat.

Beralih ke sisi lain dari area resort. Sekarang ada Kia yang sedang rebutan biskuit dari tangan Hinata. Lebih tepatnya Kia yang berusaha mengambil kembali biskuit miliknya dari tangan Hinata.

Sebelumnya, Kia memesan secangkir coklat panas dan setoples kecil biskuit sebagai teman minum coklat panas. Setelah mendapat pesanannya dan tempat duduk yang posisinya dekat dengan Yuuta dan Otsuka, Kia pun ingin mencicipi biskuit tersebut. Sayangnya, baru saja ia ingin mengambil sebuah biskuit, tiba-tiba sebuah tangan lebih dulu mengambil toples miliknya yang ternyata pelakunya adalah Hinata. Akhirnya terjadilah aksi rebut-rebuatan seperti sekarang.

"Hinata-kun! Itu punyaku!" ucap Kia yang masih berusaha keras merebut toples biskuit miliknya.

"Hehe, cobalah untuk menangkapnya!" balas Hinata.

Hinata yang melihat Kia berusaha keras itu tertawa jahil. Dengan bakat akrobatiknya ia mengalihkan toples biskuit itu dari satu tangan ke tangan yang lain hingga Kia kewalahan untuk merebutnya.

Kia memasang wajah cemberut. Bisa-bisanya dengan perbedaan tinggi mereka yang bisa dibilang tidak begitu jauh, ia masih kesulitan. Lagipula kebiasaan Hinata sering jahil dimanapun membuat Kia kewalahan. Namun kali ini ia tidak ingin menyerah, ia harus bisa mengambil toples kue tersebut. Kemudian dengan langkah tiba-tiba, ia langsung meraih toples tersebut. Sementara Hinata yang cukup terkejut dengan aksi Kia pun reflek melangkah mundur.

Terjadilah aksi kejar-kejaran yang menjadi sorotan beberapa orang. Terutama Yuuta yang memang sejak awal rebut-rebutan itu terjadi, ia sudah menontonnya bersama Otsuka. Seperti melihat tontonan gratis di tengah makan malam.

"Kelihatannya aniki mu tidak berniat untuk berhenti," ucap Otsuka.

"Hinata-kun akan berhenti jika merasa puas dengan ekspresi Kia-san,"

Otsuka mengangguk paham

"HINATA-KUN!"

"Pfftt.... Hahahaha! Ha'i ha'i, nih,"

Hinata yang sudah merasa puas dengan ekspresi Kia yang cemberut pun tertawa. Menjahili partnernya ada keseruan tersendiri. Terutama ketika melihat wajah Kia yang frustasi karena tidak pernah berhasil. Menurutnya itu menggemaskan.

"Mana― hmp!"

Entah kapan Hinata melakukannya, satu biskuit pun kini masuk ke dalam mulut Kia. Reflek langsung menggigit biskuit tersebut, kemudian mengambil sisanya yang tidak masuk ke mulut dan mulai marah pada Hinata, "Uhuk... Ku hampir tersedak tahu,"

"Coklat panasku sekarang sudah dingin pasti," gumam Kia.

"Gomen gomen, aku traktir untuk ganti coklat panasnya," ucap Hinata sembari mengacak surai Kia dengan gemas hingga gadis itu kembali protes.

"HINATA-KUN!"

Kejadian kejar-kejaran itu kembali terjadi. Sementara Yuuta dan Otsuka yang menjadi penonton kembali menikmati mie cup mereka. Nonton acara kejar-kejaran Hinata dan Kia sembari makan mie cup itu lumayan enak. Terutama Yuuta yang kelihatan antusias dengan mie super pedas miliknya. Kuahnya saja sudah merah pekat. Mungkin hanya ada rasa cabai pada mie itu.

Lain lagi dengan Yuna dan Yuki yang kini jadi babu untuk beberapa orang. Ada Hatsu, Leo, Wawa, Koga, Aira, Tsumugi, Shu, Miko, dan Kizuna.

"APAAN SIH?! KOK AKU JADI BABU?!" seru Yuna yang tidak terima. Terutama karena ekspresi mengejek yang jelas ditunjukkan oleh Hatsu. Pokoknya Hatsu sudah masuk dalam daftar teratas orang yang paling ingin Yuna mutilasi.

"Hush! Buchou nggak boleh gitu," ucap Kizuna.

Yuna mendengus, kalau jadi babunya Aira sih dia siap sedia. Tapi sampai kapanpun dia tidak akan pernah mau jadi babunya Hatsu. Menurut Yuna, lebih cocok Hatsu yang jadi babunya daripada dirinya yang jadi babu Hatsu.

"Asep kok diem aja sih?!" tanya Yuki yang melihat Yuna malah enak-enakan diam sementara dia harus mijitin kaki Kizuna dan Miko gantian.

"Ku dari tadi nggak ada istirahat tau!"

"Asep yang bikin kita berdua kalah!"

"Kan kamu yang menghindar mulu!"

Sebelumnya terjadi perang salju hari kedua yang dilakukan oleh mereka yang dendam dengan perang salju hari pertama. Tidak ada tim, tapi hanya dilihat dari benteng siapa yang rusak lebih dulu.

Karena serangan yang beruntun, akhirnya Yuki sendiri yang ketakutan dan menghindar terus menerus. Sementara Yuna mencoba melawan tapi selalu terganggu dengan Yuki yang malah menjadikan Yuna tameng.

Sebenarnya yang jadi tuannya juga cuma Hatsu, Leo, Koga, dan Wawa. Kalau Kizuna, ya kalian tahu sendiri gimana di part sebelumnya dia bahkan babuin Tami dan Haruna. Menurutnya, kalau ada yang bisa dibabuin selain Yuzuru kenapa tidak. Lalu untuk Miko dan Shu, itu hukuman karena Yuki dan Yuna merusak Keestetikan minuman yang mereka pesan.

"Yuki-chan daijoubu?" tanya Mademoiselle, bonekanya Shu.

"TIDAAAAAAKKK JANGAN BICARA PADAKU!"

Yuki yang memang pada dasarnya paling anti dengan yang namanya boneka langsung kicep dan ngacir dari hadapan Miko yang memang duduk di sebelah Shu. Mencari perlindungan dari Mademoiselle yang tiba-tiba bicara dengannya.

"Heh! Apaan gelantungan dibadanku Yuki!" Hatsu mendorong badan Yuki yang seenak jidat langsung bergelantungan di tubuhnya. Tolong ya, badan Yuki itu besar, nggak kayak Na yang loli. Ini tubuh Hatsu bisa encok kalau di gelantungin Yuki.

Harap maklum, Hatsu itu remaja jompo /heh.

――――――――

Kembali dengan Izumi dan Na yang masih terjebak di bawah jurang. Kali ini dengan Izumi yang kini sudah mendapatkan tempat perlindungan untuk sementara. Pemuda itu tanpa sengaja menemukan sebuah rumah kayu kecil di tempat yang memang agak jauh dari posisi mereka jatuh. Awalnya Izumi mengira ada seseorang yang menempati rumah kayu itu, tapi nyatanya rumah itu kosong tak berpenghuni. Dilihat dari kondisi di luarnya seperti rumah yang sudah cukup lama ditinggal dan ketika masuk, rumah itu benar-benar kosong. Bahkan tidak ada ruangan apapun di dalamnya. Hanya satu ruangan terbentang dan satu pintu belakang yang saat dibuka itu ternyata adalah toilet.

Izumi tidak memikirkan hal itu, yang terpenting adalah gadis dalam gendongannya ini berhenti menggigil. Sebuah keberuntungan juga ketika Izumi menemukan beberapa sisa kayu bakar yang masih bisa dipakai. Tidak banyak, tapi sepertinya itu cukup sampai besok pagi.

Izumi melepas setelan celana dan jaket ski nya. Untuk celana, Izumi lipat dengan rapi sebagai bantalan untuk Na. Sementara jaketnya ia jadikan selimut untuk Na. Gadis itu kini berbaring di lantai kayu rumah tersebut.

Jangan salah, Izumi masih memakai setelan lengkap di dalamnya. Pemuda itu masih mengenakan sweater turtleneck dan celana panjang yang cukup hangat. Tapi mungkin tidak sehangat sebelumnya. Setidaknya masih ada api unggun yang menghangatkan di tempat ini.

Sekarang Izumi tengah duduk bersandar di sebelah Na yang sudah tertidur. Sebelumnya gadis itu terus menggigil dengan wajah yang begitu pucat. Sampai ketika Izumi melepas sarung tangan Na dan memegang tangan gadis itu pun ia bisa merasakan tangan Na yang begitu dingin.

Dalam hati ia peduli, tapi tetap saja akan bergumam dengan sendirinya untuk mengelak, "Hanya karena kamu partnerku di acara ini,"

Izumi melihat kakinya yang terlihat membengkak. Tentu saja karena ia memaksakan dirinya berjalan dengan cepat dan membawa beberapa beban. Padahal sudah jelas kakinya belum diobati sama sekali. Tapi Izumi tidak mempedulikan hal itu untuk saat ini. Lagipula tidak ada live ataupun pemotretan untuk beberapa waktu kedepan. Setidaknya ia tidak perlu terlalu memusingkan bagaimana permorfamanya di panggung dan di depan kamera untuk saat ini.

Tiba-tiba Izumi merasakan sebuah tarikan dari ujung pakaiannya. Netra birunya melirik ke arah Na yang ternyata terbangun dan menatapnya dengan tatapan polos.

"Izumi daijoubu?" tanya Na lirih.

"Tidak usah mempedulikanku," jawab Izumi cuek.

Na melepaskan jemarinya yang menarik ujung sweater Izumi. Perlahan mengangkat sedikit tubuhnya dan menatap pemuda itu, "Izumi tiduran disini juga ayo!" ajak Na.

Bukan apa-apa, Na hanya merasa kasihan melihat Izumi yang duduk hanya dengan pakaian seperti itu. Sementara dirinya memakai setelan tebal dan ditambah lagi dengan jaket Izumi.

Izumi yang mendengar ajakan Na itu sontak menoleh dengan rona tipis di wajahnya, "Kamu tidak berpikir maksud dari ucapanmu hah?!"

Na melihat ke sekelilingnya, "Memangnya kenapa? Na hanya tidak mau Izumi kedinginan," ucap Na.

"Diamlah, aku tidak memerlukannya," ucap Izumi.

"Izumi menggigil juga kok,"

"Nggak!"

"Menggigil!"

"Nggak!"

"Menggigil!"

"Nggak!"

"Menggigil"

"Ck chou uzai! Diamlah!"

Muak mendengar celotehan Na yang ia yakini tidak akan selesai. Ia mengambil posisi berbaring di sebelah Na. Tapi kepalanya sama sekali tidak ia alaskan dengan bantalan yang ia buat untuk gadis itu. Lagipula, jarak posisi mereka mungkin sekitar satu meter.

"Izumi kalau disana gimana Na bagi selimutnya?" tanya Na.

"Bisakah tidak perlu mengurusiku terlalu banyak?" sarkas Izumi.

Na menunduk lesu ketika mendengar balasan Izumi. Walau hatinya merasa nyaman saat Izumi terus mengomelinya dengan nada yang terkesan kasar. Tapi ingatlah bahwa Na suka diperlakukan seperti itu. Masokis memang.

Ok, anggap saja Izumi lelah dengan Na yang terus merengek. Mau tidak mau Izumi menuruti kemauan gadis itu. Mendekat dengan wajahnya yang sama sekali tidak berniat untuk menoleh ke Na.

"Hehe.. Na tau Izumi paling baik," ucap Na yang sudah pasti di dengar oleh pemuda pemilik surai perak tersebut.

――――――――

Up Next

Keduanya akhirnya ditemukan dengan selamat. Beberapa memanfaatkannya untuk mengabadikan moment langka yang nyaris tidak akan terjadi untuk kedua kalinya.

Sementara itu sebuah adegan manis lainnya datang dengan tiba-tiba.

――――――――

Author Note

Ada yang masih nungguin book ini nggak sih? Hshshshs.. Hampir sebulan aku nggak up nih book, bosen nunggu kali ya.

Cuma mau kasih tahu, mungkin sebagian besar juga sudah tahu kalau pertengahan Februari ini aku bakal left dari WP. Sebelumnya sudah bulat mau hapus akun ini. Tapi mendadak beberapa hari ini jadi ragu mau hapus akun atau tidak.

Yang jelas mulai petengahan Februari, semua book nggak akan aku up, beberapa book juga akan ku unpublish. Dan untuk itu aku minta maaf sebesar-besarnya untuk yang nungguin up book ku yang lain. Karena sebagian akan aku hapus, diantaranya Coffee Talk dan beberapa book project.

Ya, terima kasih yang sudah nunggu aku up, aku usahain question 5 selesai sebelum aku left :'

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro