• Memalukan •

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelum mulai, aku cuma ingin menyampaikan, kalau misalnya ada nama yang kutulis di data sebelumnya ada yang salah, bisa langsung kasih tau aku di DM atau WA (bagi yang punya). Karena nama yang kutulis di data club, kelas, dan kamar di part-part sebelumnya kutulis dengan nama kecil, bukan marga.

Jadi kalau misalnya aku salah nulis kayak "ini harusnya marga, bukan panggilan". Ya kalian bisa beritahu aku di DM.

Nanti aku akan buat catatan ralatnya di part berikutnya.

Baiklah selamat membaca episode kali ini!

――――――――

――――――――

Malam hari yang begitu tenang. Di dalam sebuah ruangan kosong yang hampir tidak ada benda apapun di dalamnya. Seharusnya seperti itu. Tapi entah datang darimana kursi-kursi dan meja yang biasa digunakan di kelas itu ada di ruangan tersebut dan bertumpuk di belakang pintu. Mencegah orang untuk membuka pintu tersebut.

Ruangan yang begitu luas, tentu saja menampung banyak orang. Sekitar seperempat siswi nampak sedang berkumpul di ruangan tersebut.

"Baiklah, mari kita mulai rapat lingkaran 'anti dandan dandan club' ini," ucap Hatsu yang duduknya paling depan sambil memegang sebuah lilin yang menyala.

Pencahayaan di ruangan ini hanya mengandalkan lilin yang dipegang oleh Hatsu dan Keiko yang sama-sama duduk paling depan. Lagipula tidak ada yang perlu di catat atau gimana. Semua hanya perlu ingatan masing-masing. Juga, sesuai judul lingkarannya, pasti sudah tahu apa yang akan di bahas mereka.

"Langsung saja, apa ada yang punya pendapat tentang ide untuk melarikan diri ini?" tanya Hatsu.

Sudah pasti akan membahas bagaimana melarikan diri dari kejaran club royal garden dan Ji Ah pada hari H nanti. Ini harus direncanakan sejak hari ini, agar semuanya berjalan mulus.

Setidaknya itu yang mereka pikirkan.

"Aku!"

Suara yang cukup tegas membuat sekelompok orang itu menatap terkejut. Bukan karena ada setan atau semacamnya. Tapi sosok yang baru saja mengangkat tangannya itu.

"Lho Rin?" ucap Hatsu kaget dengan kemunculan Rin disini. Bagaimana ia bisa tidak sadar jika Rin sejak tadi duduk di barisan paling depan.

Atau mungkin memang karena Rin duduk paling pinggir di samping dinding. Sementara Hatsu duduk hadapan mereka dengan menghadap ke barisan tengah. Makanya jadi tidak sadar keberadaan Rin.

Dan juga Hatsu tahu Rin juga bukan orang yang mau berurusan dengan riasan. Hanya saja ia tidak akan berpikir bahwa sosok "anak teladan" bisa ikut dalam rapat lingkaran aneh seperti ini.

"Jangan terkejut seperti itu, hanya kali ini saja," ucap Rin. Tentu saja, kalau bukan karena hal tentang riasan itu begitu membuatnya merasa risih, ia juga tidak ingin ikut hap seperti ini.

"Baiklah apa pendapa―"

"Sebelum itu aku ingin menanyakan apa cukup meyakinkan dengan rencana ini? Ji Ah eonnie seperti bukan orang yang mudah di tipu," ucap Rin.

Walau baru beberapa hari, tapi dari apa yang Rin perhatikan. Meski Ji Ah memiliki tingkah laku yang ceria dan sedikit pecicilan, tapi untuk beberapa hal dia memiliki sorot mata yang dapat menganalisis hal-hal kecil. Jika tidak teliti, maka orang berpikir bahwa dia tipikal orang yang mudah ditipu.

"Kanjeng jangan buat semua jadi pesimis," ucap Keiko.

"Loh?"

Rin memperhatikan sekitar. Benar saja beberapa orang langsung pundung mendengar kalimat Rin tadi. Sepertinya ia lupa bahwa sebagian besar siswi yang berkumpul disini bukan tipe bisa diajak analisis secara serius. Lagipula hanya rencana melarikan diri, bukan rencana menangkap penjahat tingkat S.

"Aa― baiklah lanjutkan," ucap Rin yang langsung duduk kembali tenang. Sepertinya baru saja ia salah bicara.

"Jadi rencananya kita akan mengurung Ji Ah eonnie di malam H-1 sebelum acara, apa semua setuju dengan ini?" tanya Hatsu.

"Setuju!" seru mereka, kecuali Rin. Seketika ia merasa bodoh untuk ikut kesini.

"Tapi bukankah aneki ku ada di kamarmu, bagaimana melarikan dirinya?" tanya Cansa sedikit mengejek. Miko yang merupakan ketua club royal garden, pasti akan sulit untuk mengelak.

Hatsu heran, kenapa sebagian adik kelasnya sama sekali tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan "senpai". Seenak jidat main manggil langsung dengan nama. Nggak kelas 1 nggak kelas 2, ada aja yang begitu. Untung beberapa masih ada yang memanggilnya dengan "senpai" walaupun kelakuannya tetap aja minus.

"Soal itu biar aku yang urus diri sendiri," ucap Hatsu yang bingung bagaimana harus melakukannya. Mencari langkah untuk melarikan diri tanpa membuat Miko terkena sesuatu apapun. Karena walaupun Cansa menghindari Miko karena masalah dandan ini, tetap saja masalah "jangan macam-macam ke anekiku" Itu tetap berlaku.

"Aku tidak yakin ini akan baik-baik saja, Misaki-senpai," ucap Otsuka yang duduk di samping Rin.

"Biarkan saja, aku juga ingin menghindari acara dandan ini walaupun rasanya aneh ikut rapat seperti ini," ucap Rin yang bahkan bingung kenapa bisa ikut hal seperti ini.

Otsuka mengangguk, untuk saat ini mungkin hanya bisa mencoba ide ngadi-ngadi ini.

Mendadak semua cahaya padam begitu saja. Termasuk lilin yang dipegang oleh Keiko dan Hatsu pun langsung padam. Seolah-olah baru saja tertiup angin dari luar. Padahal sudah jelas-jelas ruangan ini tertutup dengan rapat. Darimana angin berhembus ini berbunyi.

"AAAAAA― hmmphh!"

"Bodoh, kok malah teriak sih," ucap Cansa yang langsung membungkan mulut Na yang malah seenak jidat teriak.

"Ge-gelap..." udap Na yang langsung gemetaran takut. Orang masokis seperti Na ternyata bisa takut kegelapan seperti ini ya.

Mungkin ada yang heran kenapa Na ada disini, padahal jelas-jelas dia anak club royal garden. Jawabannya sih―

"Sebenarnya aku tidak masalah jika harus didandani, aku ikut ini cuma pengen kena hukumannya,"

Tenang, Na nggak bakal kasih tahu anak club royal garden yang lain. Lagipula kalau nanti ia jujur, pasti hukumannya akan diringankan. Sementara dia ingin kena hukuman yang menyakitkan.

"Plis.. Kenapa mendadak gelap sih," ucap Seana yang langsung merangkul lengan Cansa. Ini kenapa kiri kanan Cansa pada takut gelap semua.

"Dari tadi juga gelap kan," ucap Cansa.

"Tapi cahaya di lorong ama lilinnya masih nyala, ini nggak ada yang nyala sama sekali," ucap Na yang mulai merengek.

Tak lama kemudian sebuah irama musik terdengar menggema di lorong bahkan sampai terdengar jelas di dalam ruangan tersebut. Sontak membuat sebagian orang merasa merinding.

"SUARA APA ITU!" seru Yuki langsung kaget dengan suara musik tersebut.

Suara yang memancarkan aura menyeramkan itu seolah membawa hawa-hawa mistis di sekitar mereka. Untuk yang takut sudah pasti akan merasa panik, sementara untuk yang tidak takut, masih berusaha juga untuk tetap tenang.

"AAARRRGGHHHHH!"

"GYAAAAA!"

Suara teriakan histeris yang menggelegar di ruangan tersebut langsung membuat seisi ruangan membongkar meja dan kursi yang menghalangi pintu. Kemudian lari secepat mungkin ke kamar mereka masing-masing.

Menyisakan Rin dan Cansa yang menatap mereka dengan tatapan bingung. Mungkin karena tidak takut dengan hal seperti ini, makanya masih tenang.

"Lihat yuk!" ajak Cansa pada Rin untuk melihat apa yang terjadi.

"Aku mau ngerjain laporan di kamar," ucap Rin yang langsung beranjak dari tempatnya dan kembali ke kamarnya.

"Ih nggak seru,"

――――――――

Keesokan harinya, semua berusaha untuk terlihat biasa-biasa saja. Seolah-olah tidak terjadi apapun tadi malam. Walau sebagian siswi yang masih takut dengan bayang-bayang kejadian semalam itu masih terbawa rasa panik sampai pagi ini. Membuat sebagian siswi yang tidak mengetahui apapun itu bingung sendiri.

Sementara itu di konbini asrama, ada Aiko yang sedang mencari sedikit bumbu untuk ia masak hari ini di dapur club. Mendadak ia ingin masak rendang, tapi saat ia ke dapur club, ia mendapati ada beberapa bumbu yang habis. Sementara bumbu itu sendiri tidak bisa terlewatkan sedikit pun.

"Kayaknya harus ke supermarket," gumam Aiko. Ia pun keluar dari konbini yang ada di asrama dan berjalan mencari Ji Ah untuk minta izin. Hanya saja ia bingung kemana harus Ji Ah.

"A― Lyn-senpai!" panggil Aiko pada Lyn yang kebetulan sedang lewat disekitar sana.

"Hm? Ada apa?" tanya Lyn yang langsung menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seseorang memanggilnya.

"Lihat Ji Ah eonnie nggak?" tanya Aiko.

"Ji Ah oenni ada urusan di luar,"

"Eh?"

"Aiko mau keluar kah?" tanya Lyn. Kebanyakan yang mencari Ji Ah itu pasti mau minta izin keluar. Jarang-jarang ada yang mencari Ji Ah untuk urusan lain.

"Iya, mau ke supermarket,"

"Kata Ji Ah eonnie, hari ini yang mau keluar boleh saja, tapi jangan lupa buat catatan keluar lewat absen sidik jari," ucap Lyn sambil menunjuk sebuah kotak besi yang di gantung di dekat gerbang asrama. Kotak tersebut adalah alat absen dengan sidik jari.

"Baiklah, terima kasih Lyn-senpai," ucap Aiko yang langsung bergegas keluar.

――――――――

Di supermarket, Aiko langsung mengambil kereta belanja dan masuk ke dalam supermarket untuk mencari bahan yang ia perlukan. Harus cepat karena hari keburu sudah siang. Kan dia mau makan rendangnya untuk siang ini. Ya itu kalau keburu sih.

Mulai berkeliling dari area daging-dagingan. Ia melihat ke arah deretan daging yang sudah dibungkusi dengan rapi. Karena saat ini hanya untuk dirinya, jadi ia berpikir untuk membali 1 bungkus saja. Tapi kalau dipikir-pikir masak rendang antara masak dikit dengan banyak itu sama aja repotnya.

"Kemaren dibilangin bawa bekal, apa bawa bekal rendang ya?" gumam Aiko. Bisa saja setelah masak hari ini, ia membekukan sisanya di freezer dan dipanaskan pada waktu hari H. Tapi rasany kurang fresh kalau hanya dipanaskan seperti itu. Namun disatu sisi tidak mungkin juga ia masak rendang pada hari H. Perginya nanti pasti pagi-pagi.

"Ya sudah deh, masak nya H-2 gitu," ucap Aiko sembari mengambil 1 bungkus daging potong lagi. Setidaknya stok bahan sudah harus disiapkan dulu.

Lanjut kebagian bumbu. Cabe tidak mungkin terlewatkan saat membuat rendang. Kalau nggak pakai cabe yang ada berubah jadi opor.

#PengalamanMakanRendangTanpaCabeSamaSekali

"Bawang rasanya di dapur club masih ada, terus hmm..."

Ia mencoba untuk mengingat apa lagi yang harus ia beli sembari mengingat juga apa aja yang udah ada di club. Jangan sampai udah beli, nggak taunya malah masih ada banyak di club. Atau nggak beli, ternyata di club nggak ada sama sekali.

"Oh iya kelapa dan jinten,"

Tentu saja bahan penting lainnya dari rendang ya kelapa. Jinten sendiri kalau kata orang Padang akan lebih bagus dibanyakin. Untuk apa? Hm... Baiklah author nggak ingat, kayaknya untuk kolestrol. Anggap aja begitu. Makanan orang padang kebanyakan menggunakan santan dan daging, sudah pasti bisa memicu kolestrol tinggi.

Tapi kelihatannya sedikit sulit mencari kelapa parut disini. Sedari tadi Aiko sudah berkeliling ke area bumbu dari yang basah sampai kering pun tidak menemukannya. Bahkan jinten pun hampir tidak ia temukan jika saja ia tidak teliti sebelumnya.

"Nggak mungkin nggak pakai kelapa parut," gumam Aiko. Kalau nggak pakai kelapa parut ntar jadi apa tuh rendang. Jadi gulai gitu?

Daripada pusing, akhirnya ia pun bertanya kepada salah satu pegawai supermarket.

"Maaf, disini ada kelapa parut nggak?" tanya Aiko pada seorang wanita yang mengenakan seragam karyawan supermarket.

"Oh kelapa parut, biasanya jarang ada yang cari, jadi nggak ada stok banyak, tapi hari ini baru saja sampai barangnya dan dia ada disana," ucap wanita tersebut sambil menunjuk area di pojokan yang ternyata tempatnya di dekat deretan daging.

"Baiklah, terima kasih," ucap Aiko yang langsung bergegas kesana.

――――――――――

Setelah semua yang ia perlukan didapatkan, ia pun bergegas ke kasir untuk membayarnya. Sebelumnya ia harus memastikan berapa uang yang ada di tangannya saat ini.

Tapi―

"Lho? Dompetku mana?" gumam Aiko ketika menyadari tidak ada dompetnya di sakunya.

Ia langsung merogoh kedua saku celananya dan juga jaketnya. Namun tidak ada tanda-tanda keberadaan dompetnya ataupun uang sedikit pun.

"Duh gimana nih? Mana antrian dibelakangku sudah panjang," batin Aiko yang bingung bagaimana harus membayar belanjaannya kalau dompetnya saja ketinggalan di kamar.

"Kok Bisa-bisanya lupa bawa dompet sih ?"

Ditengah kebingungannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang, membuatnya langsung terlonjak kaget  karena tepukan yang dadakan itu.

"E-eh a-apa?" tanya Aiko yang kaget dan langsung menoleh ke belakang.

"Kuro-senpai?" gumam Aiko yang melihat

"Ternyata benar, sedari tadi aku melihatmu nampak linglung," ucap Kuro yang ternyata berdiri mengantri di belakang Aiko.

"Ti-tidak apa-apa," ucap Aiko sembari mendorong keretanya maju. sekarang adalah gilirannya.

Saat Aiko akan meletakan barang terakhirnya. Tiba-tiba Kuro pun ikut meletakkan barang belanjaannya di samping barang Aiko, lalu berkata―

"Tolong bayarannya di gabung," ucap Kuro. Kasir tersebut mengangguk dan men-scan barang milik Kuro di nota yang sama.

"Tu-tunggu Kuro-senpai, ini―"

"Biar aku yang bayar, jou-chan kelihatan linglung tadi sepertinya karena ketinggalan dompet bukan?" ucap Kuro yang langsung tepat sasaran.

"Itu―"

Rasanya tidak enak banget, baru kenal beberapa hari langsung dibayarin belanjaannya. Baiklah salahkan dirinya, kenapa bisa-bisanya lupa bawa dompet seperti ini.

Setelah semua di scan, Kuro memberikan uangnya pada kasir tersebut. Kemudian kasir tersebut menerima uang Kuro dan memberikan notanya serta kembaliannya.

Beberapa orang dibelakang mereka berbisik ketika melihat interaksi Kuro dan Aiko, mungkin seperti―

"Hihi, kayaknya didepan sana pasutri baru, lihat yang perempuannya masih malu-malu,"

"Iya ya, romantis banget sih, suamiku saja tidak mau menemaniku belanja seperti itu,"

Ya kurang lebih begitu sih.

Aiko yang mendengar semuanya malah tambah malu. Sekarang Bisa-bisanya ia dikira pasutri baru dengan Kuro. Padahal cuma partner acara aja. Tapi malunya bisa begini. Dipastikan wajah Aiko pun sudah memunculkan rona merah.

"Etto... Uangnya nanti aku ganti," ucap Aiko ketika mereka sudah diluar supermarket.

"Tidak apa-apa, tidak perlu di ganti," ucap Kuro tersenyum.

"Tapi―"

"Sudahlah, jou-chan bukannya ingin memasak dengan bahan-bahan itu? Akan lebih baik pulang lebih dulu karena nanti dagingnya akan busuk jika tidak segera dimasukkan ke kulkas," ucap Kuro sebelum beranjak dari hadapan Aiko.

Rasanya jadi benar-benar nggak enak kalau sampai dibayarin begitu. Aiko pun berpikir untuk menyiapkan bekal istimewa sebagai gantinya nanti.

――――――――

Mini Story
Dibalik Musik Malam

Ji Ah : Kerja bagus Tami
/tepuk tangan

Tami : Kenapa nggak langsung pergok aja mereka?

Ji Ah : Hehe.. Aku mau lihat permainan mereka, sepertinya menarik.

Miko dan Tami : kowaii~

――――――――

Up Next

Memasuki babak ketiga. Waktunya bersiap menghadapi kencan pertama. Berbagai cara menciptakan kencan manis. Tidak lupa dengan kerusuhan yang dilakukan saat akan bersiap.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro