[1/5]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

CHIFUYU KALAU DIBANGUNIN ITU, HARUS ADA TRIKNYA.

"Sayang."

Tangannya dengan halus menyapa permukaan wajah. Dielus perlahan tatkala sang empu mulai membuka mata. Tidak beranjak duduk, melainkan memeluk lengan yang kini terulur.

Senyum terukir pada wajah sang wanita.

"Bangun yuk, jagoannya Buna. Katanya mau sekolah."

"Males, Chifuyu bolos sehari ya."

(Name) menggelengkan kepalanya. Lantas terkekeh dan kemudian tersenyum dengan jahil.

Dalam batin bertanya, apakah Chifuyu dalam menolak bila ia bertanya dengan membawa nama idola.

"Yakin?"

"Hmm. Buna mending tidur aja yuk. Temenin Chifuyu."

"Padahal Baji Keisuke lagi nungguin kamu di ruang makan."

Chifuyu langsung bangkit dari ranjang.

•••

Surai hitam panjangnya melambai tatkala angin dari jendela merangsek masuk. Menari liar bersama helai, sementara kelopak menyipit—tak kuasa pandangi luar dengan angin kencang.

Keisuke kemudian menoleh, menatap wanita yang kini keluar dari kamar.

"Tante, Chifuyu masih tidur?"

Netra sang puan beralih, menatap pemuda rupawan yang menutup jendela, kemudian berjalan mendekat. Wajahnya sedikit pucat—tampaknya ia terlalu lama berdiri di depan jendela.

"Nggak. Dia lagi siap-siap. Keisuke jangan memanggilku Tante," senyum tak nyaman terukir. "Aku masih tiga puluhan."

Keisuke terdiam sesaat. Tanpa sadar memperhatikan wanita dengan surai hitam panjang di hadapan. Wajahnya memang tidak terlihat begitu tua. Bila ada yang mengatakan bahwa ia adalah kakak Chifuyu, mungkin Keisuke akan percaya—seandainya tidak mengetahui fakta bahwa (Name) adalah ibunya.

"Kalau gitu (Name)-san saja."

"Buna aja gimana?"

"Emang boleh?"

Kurva terukir pada wajah sang puan. (Name) mengangguk, mengiyakan pertanyaan Keisuke tanpa banyak kata.

Muda sekali, pikirnya. Dari fisik, mungkin (Name) sekitar tiga puluh lima tahunan. Tinggal dan merawat anak seorang diri pasti tidak mudah.

Keisuke diam-diam memuji (Name).

"Bunaa! Sabunnya habiss!!"

Keduanya tersentak dikala teriakkan menggelegar ke seluruh penjuru rumah. (Name) tertawa renyah saat tahu anaknya yang berteriak.

"Maaf ya Keisuke. Sebentar."

Melangkah menuju sebuah rak, (Name) mengambil sebuah benda dan menuju kamar mandi.

"Chifuyu, ini sabunnya!"

"Iya—BUNAAA, INI MAH RINSOO!!"

"HAH?! BUNA SALAH AMBILKAH?!"

"INI RINSO—AAHHH MATA CHIFUYU KEMASUKKAN SABUNN!!"

"SABUNNYA GAK APA-APA??"

"..."

"..."

"BUNA MAAHH!!!"

Keisuke sebagai saksi menggelengkan kepala. Tidak tahu bahwa keseharian keluarga Matsuno sebegini absurdnya.

•••

Chifuyu menggosok matanya beberapa. Tampak merah dan dilapisi air. Mungkin efek kemasukan sabun, masih terasa perih hingga sekarang.

"Maaf, masih perih?"

"Nggak."

Surai pirangnya jatuh mengikuti gravitasi. Masih basah, tetesannya sesekali jatuh mengenai meja berbahan kayu.

Keisuke lantas tertawa. Memamerkan gigi taring yang selalu menjadi pesona.

"Kalian lucu!" matanya menyipit tatkala senyum kian melebar. "Buna sangat baik, ditambah Chifuyu begitu imut!"

Chifuyu sebenarnya agak tidak setuju—mengingat (Name) dan peliharaannya adalah satu-satunya yang dia punya, Chifuyu agaknya takut ditikung Keisuke sendiri. Melihat sang idola akrab dengan ibunya begitu cepat ... Chiduyu sedikit tidak rela.

(Name) ikut tertawa. Dirinya melambaikan tangan, tanda penolakkan.

"Haish, Keisuke. Apa maksudmu sih?"

"Aku serius!"

Namun setelah beberapa saat dan keduanya merasakan adanya respon dari Chifuyu, (Name) memutar kepalanya. Namun kini pupil menyusut, disusul wajahnya yang memucat. Perlahan bibirnya bergetar tatkala saksikan putra semata wajangnya yang merona.

"..."

Anaknya ... tidak belok kan?

•••

Omake

"Oh ya, rambutmu lebih bagus begitu loh."

"Serius, Baji-san?!"

"Buna setuju."

"Uwaah, memang rambutku yang dulu kenapa?"

"Norak."

"Kayak jamet."

Dan Chifuyu pundung seabad.

•••

12 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro