[4/5]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

MALU-MALU KOCHENG.

Di SMA, Chifuyu ikut dua klub. Satu klub belajar yang isinya Manjiro, Keisuke, Takemichi, Draken, Pachin, dan yang lain. Oh tentu saja nilai dia bukannya naik malah makin mirip telur mata ayam. Yang niatnya biar makin pinter padahal otak gitu-gitu aja, ini makin ancur gara-gara belajarnya sama anak modelan mereka.

Satu lagi ekskul gelut. Kerjaannya jadi samsak Baji Keisuke. Gak ada ekskul kayak gini di sekolah kalian? Oh iya, berani berbeda. Tentu saja di sekolah Tokyo Jamet ada ekskul begini. Disediakan khusus untuk Mas Bajingan, tapi hapus ngannya.

Malam ini, Chifuyu mengikuti kelas belajar tambahan. Belum lagi makanan kucingnya telah habis. Tak ingin membuat buna kesayangannya kelelahan ke toko, Chifuyu memilih menyempatkan diri untuk mampir.

"Udah jam sepuluh. Tumben juga ya tokonya masih buka."

Kantong berisi makanan kucing dipegang di tangan kiri. Kemudian ia yang telah sampai di depan pintu apartemen menggerakkan gagangnya.

Melangkah masuk, menyapu pandang ruangan dengan lampu yang masih menyala.

Atensi berpusat pada seorang wanita, yang kini tertidur di atas sofa. Agak tak nyaman, terlihat dari raut wajahnya.

"Peke J! Ssst!"

Chifuyu menatap khawatir sang ibu, yang kini melenguh pelan ketika dirinya terganggu dengan cahaya lampu serta kucing yang menggongong.

Pemuda tersebut menghela napasnya pelan. Kemudian melepas sepatu dan menaruhnya di atas rak. Beralih, lengannya sibuk menumpahkan makanan ke dalam mangkuk Peke J.

"Nah, makan ya. Jangan berisik. Nanti Bunaku bangun."

Setelah yakin Peke J sudah anteng dengan makanannya, Chifuyu tersenyum lebar. Berjalan ke arah dapur guna mencuci tangan sebelum akhirnya dilap.

Kini, melangkah menuju sofa dimana sang ibu berada. Melihat televisi yang menyala dengan volume kecil, dapat dipastikan (Name) ketiduran.

Mengingat (Name) adalah single parent dan membesarkannya seorang diri, Chifuyu benar-benar menghargai serta menyayanginya. Untuk masalah ayah, pria tersebut kabur setelah kalah judi dengan anak SMA. Untungnya, anak SMA tersebut tidak menargetkan mereka, dan langsung turun tangan mengejar ayah tak bergunanya.

"Buna pasti capek ya. Udah kerja, masak buat kita, ditambah beresin rumah."

Sang anak menatap sendu wajah ibunya. Padahal masih berusia tiga puluh sembilan, tapi kantung matanya benar-benar tebal. Masih tampak cantik, meski kini eloknya mulai dimakan usia.

Chifuyu mengelus pipi ibunya, kemudian tersenyum tipis.

"Bobo di sini sakit badan. Chifuyu pindahin Buna ke kamarnya ya."

•••

Sesuai dengan yang dikatakan Chifuyu, pemuda ini benar-benar membopong ibunya. Meski agak sulit sebab sang ibu agak berat.

Selimut menutupi hingga dada. Disusul bagian ranjang memberat pada bagian bibir, dimana Chifuyu mendudukkan diri. Memandangi rupa (Name) yang tengah tertidur.

Pura-pura tidur sih sebenarnya. (Name) sudah bangun sejak Chifuyu masuk ke dalam rumah. Namun, siapa memangnya yang menolak diperlakukan lembut begini oleh anak sendiri? Yakali nolak. Jadinya (Name) pura-pura saja.

"Uh ... Buna, Buna udah tidur kan?"

(Nane) masih memejamkan matanya. Namun menajamkan indra pendengaran, guna menangkap nada gugup serta napas sang anak yang mendekat.

Lah, lah? Ini anak mau ngapain?

"Uhh."

Dengan ragu, sebuah kecupan mendarat di kening sang ibu. Membuat (Name) rasakan jantungnya mendadak berhenti berdetak.

"M-malam Buna!"

Dan setelahnya, Chifuyu langsung ngacir kabur.

Meninggalkan wanita yang kini menyentuh keningnya dengan mata terbelalak lebar. Chifuyu jarang menciumnya. Selalu menolak dengan seribu satu alasan.

Ada angin apa ini??

•••

Omake

"Pagi Chifuyuu! Cium Buna lagi dongg!"

"Pagi Bun—eh??? Buna gak tidur kemarin?!"

"Ya ampun, mukanya merah! Anak siapa ini? Imut bangett!"

•••

1 September 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro