005

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"InI cukuP bagUS,"

"Hei, menanam mereka itu tidak mudah, dan kamu hanya bilang 'lumayan' ?"

"JiKA maU, akU akaN mengambilNYA daRI istaNA,"

"Kalau gitu, nggak usah minta padaku,"

---

"Natsume sudah kubilang untuk tidak terlalu sibuk dengan ramuan mu itu bukan!"

"JangaN banyAK bicaRA, kepalaKU pusiNG,"

BLETAK

"Salah sendiri!"

"IyA iyA,"

---

"SudAH banguN ?"

"AkU tidAK tidUR,"

"Tapi kamu terlihat pulas sebelumnya,"

"PerasaanMU aJA,"

---

"Natsume!"

---

"Natsume!"

---

"Natsume!"

--

"Natsume-san!"

Netra kuning keemasan itu tiba-tiba terbuka. Menampilkan ekspresi terkejut seperti baru melihat sesuatu yang mengajutkan.

"Natsume-san!"

Ia menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Sosok (name) tengah duduk menatapnya dengan perasaan cemas kini ada di matanya. Apa yang terjadi padanya?

Natsume mengubah posisinya menjadi duduk. (Name) pun turut membantunya karena ia pikir baru siuman pasti akan merasa pusing. Namun Natsume menepis tangan (name) untuk tidak menyentuhnya.

Netranya mencoba memperhatikan sekitar. Ini di klinik sekolah, tapi kenapa bisa ada disini?

Untuk sesaat ia melupakan bagaimana tubuhnya terasa rasa sakit yang luar biasa hingga ia hampir tidak bisa bergerak. Apa mungkin ia tidak sadarkan diri setelah itu?

Jika dilihat dari keadaan sekarang. Harusnya memang seperti itu.

"Apa ada yang tidak nyaman?"

Natsume melirik ke arah gadis itu. Terlihat sangat familiar.

Tunggu

Wajah itu

Surai itu

Ekspresi nya.

"Ugh"

"A-ada apa?"

Natsume memegang kepalanya yang terasa berdenyut sekarang. Lagi-lagi rasa sakit yang sama menyerangnya membuat ia merasa tersiksa. Satu tangannya meremas rambut merahnya, sementara satu tangannya lagi meremas selimut yang ia kenakan.

(Name) panik melihat keadaan Natsume sekarang. Tapi hari sudah hampir gelap, Jin sensei sudah pulang lebih dulu. Walaupun masih ada murid di gedung ini karena jadwal latihan, tapi tidak mungkin memanggilnya sekarang. Jaraknya cukup jauh.

Gadis itu menggenggam pergelangan tangan Natsume yang sedang meremas rambutnya. Tangannya yang satu lagi merangkul tubuh Natsume.

Tak berapa lama kemudian Natsume perlahan semakin tenang. Remasan Natsume pada rambut dan selimut itu pun juga perlahan melonggar.

Natsume menatap ke arah gadis itu. Memperhatikan netra (e/c) yang menunjukan kecemasan yang dalam.

"KaMU..."

"Ya ?"

"(Surname) (name) ?"

"A-ada apa ?"

Natsume menggeleng pelan, "TidAK apA-apA, bisA tinggalKAN akU sendiRI duLU ?"

"Tapi..."

"CepatLAH,"

(Name) beranjak dari tempat duduknya dengan perasaan ragu. Tidak mungkin meninggalkan Natsume di klinik sendirian. Apalagi tadi baru saja laki-laki itu terlihat sangat kesakitan. Khawatir akan terjadi sesuatu saat ia keluar.

"A-aku akan menunggu di depan, kalau butuh apa-apa, panggil saja," Ucap (name) sebelum meninggalkan Natsume di ruangan itu.

Setelah (name) keluar, Natsume menghela nafas kasar. Ia memijit pelipisnya pelan. Hampir saja ia tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri.

Semua yang ia lihat selama ini bukanlah mimpi ataupun ramalan. Ini nyata.

Itu adalah sebuah ingatan.

Ingatan yang sudah lama terpendam dalam alam bawah sadarnya. Tapi mungkin tidak seperti itu. Tidak mungkin ingatan masa lalu dari kehidupan yang lain bisa muncul.

Kecuali jika jiwanya yang kembali.

Sebelumnya ia ingat dirinya mati setelah mengirim jiwa gadis itu ke tempat lain.

Sekarang.

"LaMA tidaK berteMU, (name)"

---

Natsume keluar dari klinik setelah dirasa cukup baginya untuk berpikir panjang di dalam sana. Mengingat semua kejadian dan menyambungkannya dengan sesuatu, ia akhirnya memahami itu.

Tepat saat ia membuka pintu, ia dikejutkan dengan sosok gadis yang tertidur dengan posisi duduk di lantai.

"ApA yanG diA lakukAN disiNI?"

Natsume tersenyum. Tidak ada yang berubah dari gadis ini. Masih saja suka melakukan hal tak terduga.

"HarusNYA tidaK bukAN,"

Natsume menggendong tubuh gadis itu. Membawanya ke suatu tempat yang entah tidak ada yang tahu.

Mereka tak menyadari jika sebuah ruby mulai mengawasi dan bersiap untuk sebuah langkah besar.

---

Dia yang murni perlu dilindungi. Sang ruby tak bisa diam menatap yang murni. Menunggu untuk menodai.

__________

April, 2021
Naomi / Himari

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro