32: Segel kutukan yang menjanjikan

Mร u nแปn
Font chแปฏ
Font size
Chiแปu cao dรฒng

Happy reading!

****

"Lepaskan aku! Apa mau mu hah?!"

Berkali-kali kalimat itu terlontar dari mulut seorang wanita berambut hitam yang rambutnya dikonde. Bahkan kimono putih yang ia pakai sudah terlihat lusuh serta kotor. Kedua tangan serta kakinya diikat dan cakra miliknya seperti tidak bisa dialirkan untuk melawan.

"Tenang saja. Aku akan melepaskan mu setelah urusan ku dengan mu sudah selesai." Seorang gadis berambut putih panjang menyahuti perkataan wanita tersebut dengan kekehan kecil diakhir sambutannya.

"Ternyata, ada untungnya aku menculik mu disaat Pain menyerang. Aku yakin, saat ini pasti Konoha sudah hancur." Gadis itu kembali tertawa, kali ini pun suara bahakannya terdengar sangat keras dan kejam.

"Ini benar-benar bukan dirimu, Azumi!"

"Azumi yang kau kenal sudah mati, Hana-sensei!"

Hana, wanita berambut hitam itu terdiam. Ia menghela nafas dan menatap mantan muridnya dengan tajam. "Apa yang kau mau dengan ku?!"

Azumi mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum miring. Kemudian ia berjalan pelan dan berdiri tepat di depan Hana yang saat ini terikat di atas kursi kayu

"Aku menginginkan kekuatan segel kutukan yang Orochimaru berikan pada mu," ujar Azumi dengan tenang.

Inilah tujuan Azumi. Ia menginginkan kekuatan lebih. Setelah kematian Orochimaru, satu hal yang baru Azumi ketahui kalau ternyata Hana adalah mantan murid Orochimaru, sama seperti Anko. Dan Hana pun mendapatkan sebuah segel kutukan yang ternyata kekuatannya sangat hebat. Bahkan lebih hebat dari miliknya.

Azumi cukup menyayangkan karena dirinya baru tahu sekarang. Namun, Azumi cukup senang saat mengetahui jika kekuatan dari segel kutukan milik Hana bisa di serap dengan sebuah ritual pelepasan. Dan kini, setelah Hana tertangkap Azumi akan memulai ritual pelepasan untuk mendapatkan kekuatan yang sangat hebat.

Mungkin, Azumi sudah bisa melampaui (Y/n) bahkan Sasuke jika ia mendapatkan kekuatan tersebut.

"Kau benar-benar tamak, Azumi!" sentak Hana sembari terus memberontak.

Sial! Ini juga salahnya karena terlalu ceroboh. Ketika (Y/n) meninggalkan dirinya, Hana sempat sendirian untuk waktu yang lama. Tapi tak lama kemudian, tiba-tiba Konoha diserang dan saat itu Hana melihat (Y/n) datang dan hendak membantunya. Namun, Hana salah. Orang yang menolongnya itu bukanlah (Y/n) melainkan Azumi yang menyamar.

Setelah itu pun pandangannya menggelap dan saat bangun dirinya sudah terikat dan tubuhnya seperti mati rasa.

"Ini juga salah mu, Hana-sensei. Dari dulu kau hanya memperhatikan (Y/n) dan Tenji yang lebih berpotensi dari pada ku. Ketika kita menjalankan misi bersama, kalian membuat diriku merasa seperti beban yang tidak berguna. Terkadang pun ketika berlatih, kau selalu menaruh perhatian mu pada (Y/n)! Kau benar-benar guru yang tidak berguna!" sentak Azumi dengan nada yang penuh penekanan.

Hana terbelalak. Ia benar-benar tidak menyangka jika Azumi akan berkata seperti ini.

"Bahkan ketika aku dan (Y/n) membunuh Tenji, kau tidak datang tepat waktu untuk menghentikan kami. Kau benar-benar sosok guru yang buruk."

Hana menghela nafas, kemudian menatap kedua bola mata hitam Azumi. "Aku memang telat untuk menghentikan pertengkaran kalian waktu itu. Tapi, perlu kau ketahui, aku tidak pernah pilih kasih kepada murid ku. Aku selalu lebih memperhatikan (Y/n) dan Tenji karena mereka memiliki potensi untuk pertahanan, dan kau, kau memiliki potensi sebagai ninja medis. Aku juga memperhatikan mu, Azumi. Apa kau lupa, aku selalu meminta rekan ku yang ahli ninjutsuย  untuk mengajari mu karena aku sendiri tidak pandai ninjutsu medis. Apa kau tidak mengingat hal itu? Aku selalu berusaha adil kepada murid ku."

Azumi terbahak, kemudian mendudukkan dirinya di kursi yang ada di hadapan Hana. Ia mengangkat satu kakinya dan meletakkannya di atas pahanya yang lain. "Bukan kah itu memang sudah kewajiban mu? Kau tidak perlu mengelak Hana-sensei. Kau itu memang guru yang buruk! Bahkan aku tidak yakin kalau menyesal untuk kematian Tenji dan pengkhianatan ku."

"Ak-"

"Sudahlah, aku tidak mau terlalu banyak basa-basi! Aku akan langsung melakukan ritual pelepasan segel mu dan setelah ritual itu berhasil, aku akan menjadi kuat dan kau akan mati."

***

(Y/n) hanya bisa diam untuk hal yang baru saja ia dengar. Dengan enggan ia mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggungnya pada reruntuhan bangunan yang ada dibelakangnya. Padahal, (Y/n) baru saja ingin beristirahat, tetapi, sesuatu hal mengejutkan berhasil membuat ia mengurungkan niatnya untuk berisitirahat.

"Apa kau mengingat ciri-ciri wanita yang menyamar sebagai ku?" tanya (Y/n), dadanya terasa berdegup sangat cepat sekali.

Seorang wanita tua yang berdiri di hadapan (Y/n) mengangguk. "Wanita itu berambut putih dan sepertinya dia seumuran dengan mu!"

(Y/n) berpikir sejenak. Setahunya, Hana tidak memiliki musuh yang berbahaya sampai-sampai ingin menculiknya dengan cara seperti ini. Keadaan desa pun masih berantakan, ini baru beberapa menit setelah keberhasilan mengalahkan Pain, tetapi, (Y/n) malah mendapatkan kabar yang mengejutkan seperti ini.

"Dan dia memakai jubah bewarna hitam dengan motif awan merah," tambah wanita tua itu lagi.

Sontak (Y/n) mendongak dan menatap bingung pada wanita itu. "Bukankah anggota Akatsuki yang perempuan hanya satu orang?"

Suasana disekitar (Y/n) tengah sunyi. Saat ini ia sedang berbicara dengan ibu Hana. Ada Tenji, Sakura, Shikamaru, dan beberapa temannya yang lain juga.

"Apa jangan-jangan itu adalah Azumi?"

Langsung saja semua orang yang ada di sana menaruh perhatian mereka pada Ino. "Hanya Azumi yang ku kenal memiliki rambut berwarna putih."

"Tapi, apa tujuan dia menculik Hana-sensei?" tanya Neji.

(Y/n) menghela nafasnya sejenak kemudian beranjak berdiri. "Ke arah mana mereka pergi saat terakhir kali kau melihatnya?" tanya (Y/n) pada ibunya Hana.

"Ke arah barat, ku mohon selamatkan anak ku!"

"Bagaimana dengan calon suami Hana-sensei? Apa dia mengetahui hal ini?" tanya Tenji.

Pasalnya Tenji ataupun (Y/n) dan yang lain pun belum pernah melihat calon suami Hana sama sekali. Jadi, terasa aneh saja ketika disituasi genting seperti ini calon suami Hana tidak ambil bagian.

Terlihat raut wajah Ibu Hana semakin sedih dan tak lama ia menangis dan terduduk begitu saja. "Aku sudah salah memilih calon suami untuk anak ku. Dia tidak peduli dengan anak ku meski kedua orang tuanya memaksanya untuk peduli."

(Y/n) mengerutkan keningnya bingung. "Apa kau menjodohkan Hana-sensei?" Wanita itu mengangguk dengan pelan.

Entahlah, (Y/n) sudah tidak mengerti lagi dengan hal ini. Padahal, barusan saja mimpi buruk berhasil ia lewati dan sekarang hal terburuk pun kembali ia dapatkan.

Hana yang malang, dia dijodohkan dengan seorang pria dari klan yang ada di desa perbatasan. Pria yang dijodohkan dengan Hana pun sebenarnya tidak setuju dengan hal ini karena ia tidak menyukai Hana.

Sementara Hana, Hana menerima hal ini dengan baik asalkan sang ibu bahagia. Namun, ini semua ... benar-benar menyedihkan.

"Ku mohon, selamatkan anak ku! Kalian muridnya kan?! Aku hanya memilikinya, tidak ada siapapun lagi! Ku mohon selamatkan dia!" Ibu Hana berseru dengan sendu.

Bahkan sampai hendak menyentuh kaki (Y/n). (Y/n) yang melihat itu kontan langsung mundur. Ia menghela nafas kemudian berjongkok di hadapan ibu Hana. Wanita tua ini terlihat sangat rapuh.

"Berdiri lah," ujar (Y/n).

Kemudian ia mengulurkan tangan kanannya kepada ibu Hana dan mereka berdiri bersama. "Ku mohon selamatkan anak ku, aku tidak mau kehilangannya!"

(Y/n) mengangguk kecil. Kemudian berbalik, saat berbalik pun ekspresi (Y/n) langsung berubah total. Yang awalnya masih berekspresi bingung, berubah menjadi tidak berekspresi.

Jika ini memang benar ulah Azumi, (Y/n) benar-benar tidak akan memaafkan gadis itu.

"Aku akan pergi mencari Hana-sensei, Shikamaru, Naruto, aku titipkan desa ini kepada kalian," ujar (Y/n). Saat ia sudah melangkah, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika Tenji menahan tangannya.

"Tangan kiri mu pat-"

"Aku tidak mau terlambat dalam menyelamatkan Hana-sensei," sela (Y/n) cepat. "Aku juga tidak mau kehilangan orang terdekat ku untuk kesekian kalinya," sambung (Y/n) dengan nada bicaranya yang pelan.

Tenji langsung membalik tubuh (Y/n). Ia memegang kedua bahu (Y/n) dengan cukup kuat. Tatapannya tajam dan cukup menghunus. "Kondisi mu belum cukup baik! Jangan terlalu terburu-buru, setidaknya kita harus memikirkan hal ini dengan matang agar kita tahu kemana tujuan kita pergi!" bentak Tenji.

Kening (Y/n) berkerut, alisnya bertaut dan matanya menatap tajam pada mata Tenji. "Apa kau mau Hana-sensei terluka?" tanya (Y/n) dengan nada bicara yang ditekan. Seketika, emosi menguasai dirinya.

"Bukan seperti itu, (Y/n). Kita belum tahu apa benar yang menculik Hana-sensei adalah Azumi atau bukan. Bisa saja orang lain," jawab Tenji masih memegang kedua bahu (Y/n).

"Tapi bagaimana jika itu memang benar Azumi?" tanya Ino.

Tenji menoleh lalu menatap tak suka pada Ino. "Azumi tidak mungkin melakukan hal itu!" bantah Tenji cepat.

(Y/n) yang mendengar hal ini semakin tidak mengerti lagi dengan kondisi yang terjadi. Semua terasa bercampur aduk. Setelah itu (Y/n) menepis kedua tangan Tenji dan berbalik. Ah! Dirinya benar-benar lelah dengan semua ini. Seperti tidak ada jedanya untuk dirinya.

"Kau mau kemana?" Shikamaru menahan tangan (Y/n) yang hendak pergi. "Jangan gegabah, kita semua harus berunding untuk hal ini."

"Kita juga belum bisa memastikan apa benar orang yang menculik Hana-sensei adalah Azumi atau tidak." Neji menambahkan.

(Y/n) menghela nafas, kemudian menepis tangan Shikamaru yang menahan tangan kanannya. Kemudian ia menyugar rambut coklatnya itu dengan frustasi. "Dasar payah!" Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

(Y/n) membutuhkan waktu untuk sendirian.

***

Malam telah tiba. (Y/n) mendudukkan dirinya di hadapan sebuah api unggun berukuran sedang yang ada di dekat tenda pengungsian. Pikirkannya benar-benar kacau. Semuanya menjadi satu. Mulai dari desa yang hancur, tangan kirinya yang terluka, dan ditambah dengan Hana yang diculik.

Sejenak (Y/n) menghela nafas dan menyandarkan kepalanya pada batang pohon yang ada dibelakangnya. Rasanya, ingin sekali (Y/n) hidup di dunia yang damai. Tidak ada hal seperti ini yang membuatnya bingung. (Y/n) sangat menginginkan hal itu terjadi.

Namun, ntah kenapa terasa sangat sulit untuk mendapatkan dunia seperti itu.

"Terus lah berjalan di jalan mu dan jangan pernah biarkan semangat api mu padam."

Perkataan terakhir Hiruzen berputar di benak (Y/n). "Kata-kata kakek tidak ada hubungannya dengan kondisi ku sekarang," gumamnya lemas.

Kemudian (Y/n) menurunkan pandangannya dan ia menatap tangan kirinya yang saat ini terbalut kain penyangga bewarna biru. Tangan kirinya pun diperban.

Jika ia memutuskan untuk mencari Hana dengan kondisi seperti ini, bukannya menemukan titik terang, tetapi, malah akan merepotkan.

"Ku harap kau baik-baik saja Hana-sensei," ujar (Y/n) pelan.

Kemudian (Y/n) kembali mendongak dan menyandarkan kepalanya pada batang pohon yang ada dibelakangnya. Ia menatap langit malam yang sepi. Hanya ada bulan di langit malam kali ini. Tidak ada bintang sama sekali.

"(Y/n)!"

(Y/n) menoleh dan mendapati Shikamaru sudah berdiri di hadapannya. "Apa?" tanya (Y/n) acuh.

"Ayo ikut aku, ayah ku dan paman Inoichi ... mereka ingin mengatakan sesuatu pada mu. Ini tentang Hana-sensei," jelas Shikamaru.

Langsung saja (Y/n) berdiri dan mengikuti langkah Shikamaru. Mereka berdua akhirnya berhenti di depan sebuah tenda besar. Lalu mereka masuk dan bertemu langsung dengan sosok Shikaku ayah Shikamaru dan Inoichi ayah Ino.

"Duduk lah," seru Shikaku mempersilahkan (Y/n) dan Shikamaru untuk duduk.

(Y/n) hanya mengangguk kecil dan kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi kosong yang ada di hadapan Inoichi. "Ada apa memanggil ku?" tanya (Y/n).

Shikaku berdehem. "Aku sudah dengar kabar penculikan Hana dan Inoichi juga sudah melacaknya. Kami menemukan tempat dimana Hana di tahan," ucap Shikaku sembari memperlihatkan sebuah peta yang sudah ia letakkan di atas meja.

Sontak (Y/n) menegapkan tubuhnya dan menaruh fokus pada peta tersebut. "Lokasi ini, bukan kah lokasi ini tidak terlalu jauh dari tempat pertarungan Sasuke dan Itachi Uchiha?" tanya (Y/n).

"Kau benar, aku pun mendapatkan kabar kalau Sasuke dan Azumi sudah bergabung dengan Akatsuki."

"Bagaimana kau mendapatkan kabar ini, paman?" tanya (Y/n) pada Shikaku.

"Sasuke berhasil menangkap Jinchuriki ekor delapan desa Kumogakure dan sekarang mereka berdua dan rekannya sudah ditetapkan sebagai Buronan Nasional," jelas Shikaku.

"Jadi, yang sudah menculik Hana-sensei adalah Azumi?" Shikaku mengangguk. (Y/n) menghela nafasnya dan tangannya spontan terkepal. Ia benar-benar tidak akan memaafkan Azumi.

"Besok, kau, Tenji, dan Shikamaru akan ku utus untuk membawa Hana Nara kembali dengan selamat. Pergilah sebelum matahari terbit, jangan menyia-nyiakan waktu," seru Shikaku.

(Y/n) memejamkan matanya kemudian mengangguk. Lantas ia berpamitan pergi dari tenda tersebut dan kembali ke dalam tenda tempat ia beristirahat. Sejenak (Y/n) larut dalam suasana heningnya.

"Badebah! Azumi sialan!" umpat (Y/n).

Ia menatap tumpukan senjata yang ada di dekat pojok tendanya. Besok, ia akan pergi untuk membawa kembali Hana dan memberi Azumi pelajaran!

****

Hiks, mo nangis gegara banyak bet utang cerita yang harus tamat sampai-sampai ibu jari mo meninggoy pas ngetik๐Ÿ™‚.

Part ini hanya imajinasi aku dan aku harap tidak terlalu cacat untuk dipikirkan.

Dah lah, intinya makasih udah baca. Big love buat kalianโค๏ธโค๏ธ

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: Truyen2U.Pro