Day 7 | Kepingan Memori

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari ini adalah hari terakhir Todoroki berada di desa. Sebentar lagi, lelaki itu akan kembali ke kota. Ia tak lagi menaiki kereta seperti ketika dia datang, ada ayahnya yang telah menunggu dengan mobil yang terparkir di halaman luas kediaman Todoroki. Meskipun tahu akan berangkat, Todoroki nekat ingin menemuiku.

Suasana begitu canggung, mengingat kejadian kemarin di mana aku berniat melarikan diri dari kehidupan dan Todoroki yang menyelematkanku serta memarahiku panjang lebar. Meskipun aku berusaha keras melupakan itu, tetapi otakku mengelak dan tetap terus memutar reka ulangnya. Seakan-akan mengatakan, "Lihat ini ulah bodohmu."

Aku meringis, tahu aku bodoh, sampai sempat termakan bujuk rayu setan untuk terjun dari tebing ini. Tapi bisakah bayangan itu menghilang sebentar saja? Aku ingin berfokus menikmati hari terakhirku bersama Todoroki.

"Mengenai kemarin," ujarnya tiba-tiba. Membuatku menahan napas dengan degupan jantung yang berdebar kencang. Kenapa di saat-saat seperti ini dia malah kembali membahas permasalahan kemarin? Aku pasang telinga dengan benar, mencoba kembali menjadi pendengar yang baik saat Todoroki melanjutkan kalimatnya, "aku rasa.. aku sudah mengingatnya."

"Eh?"

"Aku berhasil membujuk kakek untuk menceritakan hal yang selama ini ia sembunyikan, termasuk kau juga ikut menyembunyikannya." Mataku mengerjap kaget, dan masih memandang sosoknya dengan terpaku.

"Gadis yang semenjak kecil selalu menemaniku kala aku ke mari. Kita yang dulu sama-sama kesepian, pernah saling melengkapi, dan berbagi. Aku tidak menyangka akan mengalami amnesia dan berakhir hampir tidak akan pernah lagi mengingat kenangan yang seharusnya menyenangkan itu."

"Todoroki-kun,"

"Tidak, panggil aku seperti kemarin, [Name]." Dadaku kembali bergemuruh ketika bibirnya mengucap namaku. Nama yang belum pernah aku beritahukan padanya semenjak beberapa hari lalu, di mana kami kembali bertemu setelah sekian lama. Mulutku bergetar kala berusaha membuka suara, "Shouto."

"Ah, suaramu ketika memanggilku seperti itu terdengar lebih indah dari biasanya."

Aku menepuk punggungnya cukup keras. Buah dari Todoroki yang berhasil menggodaku dengan berujar kalimat demikian. Sejak kapan Todoroki belajar menggombal? Aku jadi terkekeh, ia pun ikut.

Beberapa saat setelahnya, kami kembali hening. Membiarkan angin yang membuat daun saling bergesekan menghasilkan suara merdu. Mungkin, ini angin terakhir musim panas yang kunikmati bersamanya.

"[Full Name], jangan ulangi kebodohanmu yang kemarin."

"Iya iya."

"Terdengar tidak niat sekali kau ini eh? Pokoknya jangan."

"Kenapa sih kok jadi sewot?"

Aku terkesiap tatkala Todoroki menatapku lamat. Manik matanya memandangku begitu dalam seolah dapat menembusnya. "Soalnya kalau aku kembali kemari, pastikan dirimu baik-baik saja. Aku tidak mau mendapatimu berdiri di tebing lagi dan akan meloncat dari sana."

Baru saja aku hendak menyangga, ia sudah berbalik badan dan melenggang pergi. Aku menatap punggungnya dengan perasaan tak karuan. Senang, sedih, haru, ah, semuanya terasa bercampur aduk. Todoroki menghentikan langkah sejenak, kepalanya kembali ditengokkan ke arahku.

Dan menyunggingkan senyum indah yang baru pertama kali kulihat setelah sekian lama.

"Sampai jumpa lagi, [Name]."

Aku balas tersenyum, mengabaikan rona merah yang entah sejak kapan bersemayam di wajahku.

Aku bersyukur, kalimat terakhir yang ia ucapkan bukanlah selamat tinggal. Melainkan sampai jumpa. Itu artinya, Todoroki membolehkanku untuk menunggu lagi kan? Dari ketinggian tebing ini, ekor mataku tak pernah berhenti memandangi mobilnya yang berjalan di sepanjang jalanan berkelok. Hingga pemandangan itu menghilang dari balik bukit sebelah sana. Aku menghela napas.

Mau seberapa lama pun, aku akan tetap di sini, menunggumu, untuk bertemu kembali. Sampai jumpa lagi, Todoroki.[]

-fin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro