@pandubayu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya @pandubayu

Angin berhembus perlahan; daun kering berterbangan. Malam itu begitu kelabu, awan gelap saling memacu untuk menutupi sinar rembulan.

"Hiks ...," isak tangis terdengar.

Ridho, pemuda yang kebetulan tengah melintasi perkarangan depan pemakaman itu menghentikan langkah. Ia mengusap tengkuk, berusaha tak mengacuhkan hawa mistis yang seketika menyapanya.

Lagi, dengan keberanian yang tak terkumpul sempurna, pemuda itu menolehkan kepala. Matanya terbelalak tatkala netranya menangkap sesosok makhluk berbaju putih yang duduk di salah satu dahan pohon besar di tengah pemakaman.

Wajah terkejutnya tiba-tiba tergantikan dengan ekspresi marah; masih dengan mata yang melotot, tentunya.

"NENENG? NGAPAIN LU MANJET POHON TENGAH MALEM GINI?" 

Sosok berpakaian serba putih itu semakin menangis kencang. Di sela isakannya, dia berteriak lantang, "ABANG DHODHOOO! NENENG GAK BISA TURUN, HUWEEEE!!"

Speechless.

Ridho mendumel kesal. "Punya adek bandel banget, dah. Habis sholat bukannya pulang, malah mampir buat manjet pohon."

Dengan telekung putih yang menyelimuti tubuh kecilnya, Neneng--seorang bocah berumur tujuh tahun-- menggapai-gapai, seolah menyuruh sang abang untuk segera menurunkannya.

"Maapin Neng, Bang. Neneng khilap."

Ridho mendecak. "Khilap keseringan lu, mah."

Di tengah kesunyian pemakaman setempat itu, sepasang mata menatap datar ke arah Ridho dan Neneng. 

Iya, kalian pasti tau, 'apa' yang sedang memperhatikan mereka tersebut ....

Benar, itu Ucep. Kucing gembul yang suka hang-out di pemakaman. Maklum, kucing gahoel.

-Tamat


Angin berhembus perlahan; daun kering berterbangan. Malam itu begitu kelabu, awan gelap saling memacu untuk menutupi sinar rembulan.

"Hiks ...," isak tangis terdengar.

Ridho, pemuda yang kebetulan tengah melintasi perkarangan depan pemakaman itu menghentikan langkah. Ia mengusap tengkuk, berusaha tak mengacuhkan hawa mistis yang seketika menyapanya.

Lagi, dengan keberanian yang tak terkumpul sempurna, pemuda itu menolehkan kepala. Matanya terbelalak tatkala netranya menangkap sesosok makhluk berbaju putih yang duduk di salah satu dahan pohon besar di tengah pemakaman.

Wajah terkejutnya tiba-tiba tergantikan dengan ekspresi marah; masih dengan mata yang melotot, tentunya.

"NENENG? NGAPAIN LU MANJET POHON TENGAH MALEM GINI?" 

Sosok berpakaian serba putih itu semakin menangis kencang. Di sela isakannya, dia berteriak lantang, "ABANG DHODHOOO! NENENG GAK BISA TURUN, HUWEEEE!!"

Speechless.

Ridho mendumel kesal. "Punya adek bandel banget, dah. Habis sholat bukannya pulang, malah mampir buat manjet pohon."

Dengan mukenah putih yang menyelimuti tubuh kecilnya, Neneng--seorang bocah perempuan berumur tujuh tahun-- menggapai-gapai, seolah menyuruh sang abang untuk segera menurunkannya.

"Maapin Neng, Bang. Neneng khilap."

Ridho mendecak. "Khilap keseringan lu, mah."

Di tengah kesunyian pemakaman setempat itu, sepasang mata menatap datar ke arah Ridho dan Neneng. 

Iya, kalian pasti tau, 'apa' yang sedang memperhatikan mereka tersebut ....

Benar, itu Ucep. Kucing gembul yang suka hang-out di pemakaman. Maklum, kucing gahoel.

-Tamat-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro