Warm and Cozy - @galaxygjrl

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karya @galaxygjrl

Aira berjalan menyusuri koridor sekolahnya dengan wajah masam. Tidak biasanya wajah Aira menakutkan seperti itu.

Aira langsung menuju kelas XI MIA 4, tanpa berniat untuk menaruh tasnya di kelas sebelah.

"Eh, Aira. Nya--"

"MANA RAVI?" potongnya. Putra--cowok yang tadi menegurnya seketika membeku di tempat.

"T-tuh."

Aira langsung mendekati seorang laki-laki yang asyik membaca komik. Ditariknya komik itu dengan kasar.

"LO NINGGALIN GUE!"

Suara Aira terdengar menakutkan. Seluruh siswa XI MIA 4 langsung kabur dari lokasi kejadian. Meninggalkan dua sejoli yang tengah berdebat itu.

"Ih, Aira. Kok panggilnya lo-gue, sih? Kita, kan, udah pacaran. Pake aku-kamu, dong."

"GUE LAGI GA BECANDA, VI!" Aira semakin naik darah. "Untung tadi abang gue nawarin tumpangan, kalo enggak, mati membusuk gue nungguin lo!"

Ravi tersenyum kecil. "Duduk, deh. Terus, lanjutin marah kamu. Enggak enak diliatin orang-orang, Ai."

Aira akhirnya duduk di samping Ravi. Ditumpahkannya segala kekesalan yang ia rasakan pada pacarnya itu. Ravi mendengarkan, sambil sesekali tersenyum melihat ekspresi Aira yang terlihat lucu di matanya.

"Udah selesai?" tanya Ravi. Aira mengangguk. "Mau aku lanjutin lagi, hah?"

Ravi terkekeh, lalu menggenggam jemari gadis itu dengan erat.

"Maaf, ya. Ban motorku pecah, jadi aku nebeng sama tetanggaku. Maunya ngabarin kamu tapi enggak ada kuota dan pulsa. Sampe di sekolah, aku ke kelasmu, kamunya belum dateng. Aku langsung on pake wi-fisekolah trus nge-chat kamu, deh. Pasti belum kamu baca, ya?"

Aira langsung mengecek ponselnya. Benar saja, ada banyak pesan masuk dari Ravi. Ditatapnya laki-laki itu dengan pandangan menyesal.

"Hey, it's okay. Muka kamu jangan ngenes gitu, dong."

"Maaf, Vi. Aku ga tau kamu udah kirim pesan. Aduh, jadi malu tadi udah marah-marah."

Ravi lalu merangkul pundak Aira sambil mengacak-acak rambutnya pelan. "It's okay. Tapi diliatin orang-orang, tuh. Hahaha."

Aira memukul dada Ravi pelan, kemudian tersenyum hangat. Berada di pelukan Ravi seperti ini terasa nyaman. Kalau begitu, besok ia akan marah-marah lagi supaya dipeluk seperti ini.

"Segitu doang marahannya?" celetuk Putra dari depan kelas.

"PUTRA! GAUSAH GANGGU!" seru mereka serempak.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro