ʻ phoney | f. kenji

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebuah garis lengkung terkembang di wajah [Name] saat sesosok pemuda berjalan menghampirinya. Sosok yang sedari tadi ia nantikan, pemuda itu mengenakan jersey klub bola voli sekolah.

Futakuchi Kenji menghampiri sang kekasih usai menyelesaikan latihan rutinnya. Berbeda dengan gadis di hadapan pemuda itu sekarang, yang menyambutnya dengan wajah cerah dan mengembangkan senyum. Kenji justru mengangkat kedua alis, bibirnya juga mengerucut tak senang.

"Kau datang menungguiku latihan lagi?" tanyanya sinis. [Name] mengangguk, masih tersenyum. Tak menggubris nada tidak enak yang keluar dari bibir Kenji.

Mereka berdua kini berjalan pulang beriringan. Hanya hening yang menyelimuti, keduanya tak saling membuka suara.

Angin sore hari berembus pelan, menenangkan diri [Name] dari berbagai kecamuk pikiran. Baru akhir-akhir ini dia kembali rajin menunggu latihan Kenji untuk pulang bersama. Kegiatan yang seharusnya wajar dilakukan oleh sepasang kekasih.

[Name] mencoba memecah keheningan dengan berujar, "Besok ada ulangan Fisika. Sepulang ini kuharap kamu istirahat yang cukup dan jangan lupa belajar, ya."

Kenji sontak menghentikan langkah kaki. "[Name]," panggil pemuda itu. "Apa maksud semua ini?"

"Apanya?" Alis [Name] tertukik heran. Tidak paham dengan pertanyaan yang dilontarkan sang kekasih.

"Jangan sok tidak tahu," cibir Kenji. "Semua perhatianmu padaku akhir-akhir ini membuatku muak."

Bibir [Name] bergetar. "Kenapa? Apa salahnya perhatian sama pacar sendiri?"

"[Name], apa kamu nggak ingat kita ini hanya berpura-pura?"

Kalimat yang diloloskan Kenji menjadi halilintar di siang bolong yang menyambar [Name]. Meski kenyataannya hari sudah sore, hangatnya senja mendadak membuat [Name] merasakan sensasi yang kontras. Tubuhnya menjadi dingin. Peluh tiba-tiba menetes dari kening.

Kalimat tersebut selalu menjadi momok baginya. [Name] jadi harus ditampik lagi oleh realita.

Gadis itu masih ingat semua. Tak ada secuil detil pun yang ia lupakan. Bahwa faktanya, hubungan dirinya dengan sosok Futakuchi Kenji hanya sebuah kepura-puraan belaka.

"Maaf. Aku hanya--"

Pemuda berambut cokelat tidak menggubris. Dengan acuh tak acuh, ia kembali melangkahkan kaki terlebih dahulu, meninggalkan [Name] di persimpangan jalan yang terdiam oleh perasaan yang tak keruan.

Futakuchi Kenji dikenal sebagai pemuda yang kerap melontarkan carut-marut. Asinnya melebihi garam, hingga membuat orang-orang sekitar jadi segan.

Maka, tidak heran jika dia yang sering ditemui tak menyaring perkataannya itu menimbulkan korban.

[Name] salah satunya. Sedari awal mereka tidak pernah kenal begitu dekat. Hanya sebatas teman sekelas. Hingga akhirnya gadis itu mempermasalahkan perlakuan Kenji padanya. Ia merasa pemuda tersebut agak keterlaluan.

Keduanya berakhir di ruangan guru konseling. Diceramahi habis-habisan.

"Kalau kalian berdua tidak berbaikan, kalian sama-sama akan menerima sanksi!"

Ultimatum tersebut terbukti ampuh membuat keduanya memutar otak.

[Name] masih tidak terima. Dia korban bully, dan Kenji adalah pelakunya. Bagaimana bisa dia juga diancam terkena sanksi?

Guna mengatasi kepelikan tersebut, mereka berdua janjian bertemu di atap gedung sekolah. Saat itu siang hari begitu terik, tapi langit biru yang cerah memanjakan mata. Di permulaan, perdebatan kecil tak terelakkan dari keduanya.

"Kau kira hanya aku yang melontarkan kalimat-kalimat keji tentangmu? Di luar sana, banyak sekali yang membincangkanmu dari belakang. Hanya aku yang mungkin berani frontal. Mereka terlalu pengecut."

"Memang, siapa juga yang tidak tahu? Tapi kau, Futakuchi, kau itu definisi dari 'keterlaluan'!"

"Baiklah, baiklah. Aku minta maaf." Kenji mengerang frustrasi. Ide gila sekilas terbesit di benaknya. "Hei [Name], ayo buat kesepakatan."

Jeda sejenak, pemuda itu berdeham. "Jadilah pacarku. Hanya pura-pura tentunya. Dengan begitu kau akan berhenti diperbincangkan, baik dari belakang ataupun bully terang-terangan. Mereka akan segan dengan diriku yang populer. Dan aku--aku bisa memanfaatkan statusmu untuk menghindari berbagai permasalahan."

"Kau gila ya?"

"Terdengar cukup adil bukan?"

Semenjak hari itu, semua yang terjadi di hari-hari esok menjadi tidak masuk akal. Hari saat kegilaan dimulai, yang sepertinya merupakan sebuah kesalahan terbesar [Name] yang akan ia sesali.

"Serasa deja vu ya, Kenji," ujar [Name] saat keduanya tiba di atap gedung sekolah di jam istirahat siang.

Kenji hanya menggumam kecil, mencoba mencerna suasana ketika kekasih pura-puranya itu mendadak menarik tangannya keluar kelas.

[Name] menoleh ke arah pemuda di sebelahnya. Senyum yang diulas Kenji saat balas menggandengnya di sepanjang koridor, telah lenyap digantikan wajah datar begitu mereka berdua tiba di atap gedung yang sepi.

Dada gadis itu merasakan sesuatu seolah menusuknya menyakitkan. "Hari ini sama cerahnya dengan siang hari waktu itu. Dimana semuanya bermula."

Kenji menghela napas. "Katakan apa perlumu menyeretku kemari, [Name]."

"Kau masih ingat syarat yang kau ajukan padaku atas hubungan gila ini?" Pemuda itu mengangguk pelan, tidak mengalihkan atensi barang sesenti ke eksistensi gadis di sampingnya.

"Jangan ada yang terbawa perasaan," timpal Kenji.

"Aku melanggarnya."

Kalimat singkat [Name] tersebut sukses membuat Kenji menoleh terkejut. Mata cokelat sang pemuda membulat tak percaya.

Si gadis tertawa renyah. Menertawakan dirinya yang payah. "Bodoh sekali aku, Kenji. Seiring berlalunya waktu, dengan bodohnya aku menaruh harapan bahwa seandainya semua ini nyata."

"Kau--"

"Semua perlakuan yang kau berikan padaku di tengah berlangsungnya hubungan ini. Padahal semua itu hanya pura-pura tapi ...," [Name] menahan agar air matanya tidak lolos, "... tapi tetap saja, aku malah tidak tahan untuk tidak menaruh hati."

Futakuchi Kenji geming seribu bahasa. Ia tidak tahu harus bereaksi apa. Matanya hanya mengejap, memandang raut wajah [Name] yang sendu.

Sedari awal, seharusnya gadis itu sadar, bahwa selama ini Kenji hanya menjalankan perannya. Peran dari drama yang Kenji buat sendiri. Tidak ada improvisasi. [Name] lah yang melakukannya, berangan seolah-olah semuanya nyata.

Pada akhirnya, gadis itu terjerembab dalam lubang hisap yang bernama perasaan, di saat ia sedang melakukan permainan hati.

Futakuchi Kenji pemuda yang brengsek dan menyebalkan. Dia itu keterlaluan. [Name] tahu semua, tapi tetap saja, ia terjatuh padanya.

Apa arti Kenji bagi hidup gadis itu?

Apa makna dari hubungan tak masuk akal itu bagi dirinya?

Ia sendiri tidak tahu. Pemuda itu seolah menjadi puzzle yang membuat hidup [Name] semakin kompleks.

Memang benar semenjak hubungan tersebut berlangsung, [Name] tidak pernah lagi dibully. Orang-orang segan membincangkannya sebab telah bersandingan dengan sosok sepopuler Kenji.

Dari sisi pemuda itu, hubungan tersebut berhasil menjauhkannya dari gangguan para gadis penggemar yang menyebalkan. Sama-sama diuntungkan, sebenarnya.

Namun, waktu yang berlalu membuat satu-satunya yang kemudian merasa merugi adalah [Name].

"Langsung saja, aku menanyaimu apa yang kau mau saat ini?"

"Aku ingin mengakhirinya."

"Kau yakin?"

[Name] mengangguk mantap. Irisnya menerawang gumpalan awan di langit. "Kalau memang kesempatan perasaanku berbalas itu nihil, maka aku seratus persen yakin."

"Baiklah kalau begitu, [Name]. Sedari awal memang tidak ada jaminan hubungan ini bertahan lama, 'kan? Suatu saat akan berakhir, dan inilah saatnya." Kenji menegakkan badan. Kepala dirotasikan, matanya memicing tajam dengan raut muka serius. "Maka, akan kukatakan ini padamu; perasaanmu hanyalah sebuah bias. Itu semua tidaklah nyata."

Futakuchi Kenji membalikkan badan, hendak beranjak dari tempat tersebut. "Terima kasih lima bulannya [Surname] [Name]."

Gadis itu tak menjawab. Air mata yang sedari tadi dibendung berhasil lolos dari pelupuknya. [Name] terisak dalam diam.

"Setiap momen yang kita lalui begitu indah. Kau juga, kau adalah sosok yang juga indah, yang menorehkan secercah keindahan di kehidupanku, meskipun semuanya hanyalah bias." []

halo, saya kembali setelah struggle menghadapi akhir semester. semangat yang masih ujian, yang dah libur, yuk janlup produktif! ;))

[04/06/2020]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro