Break Up

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kamu dimana?"

"Sebentar lagi. Aku di gerbang utama."

Utahime sedikit berdecak ketika mendengar ucapan Gojo dari seberang telepon, "Cepet."

Sore ini merupakan hari liburnya. Awalnya Utahime hanya ingin menikmatinya sendiri, tapi Gojo merusak rencananya dan mengajak Utahime kencan. 

Ya, seperti yang ditulis tadi. Mereka kencan. Gojo dan Utahime adalah sepasang kekasih bukan menjadi rahasia lagi. Bahkan murid-murid mereka mengira kalau Utahime dan Gojo sudah menikah. Tak heran karena kedekatan mereka layaknya pasutri.

"Halo!" suara berat dengan nada riang itu memasuki indra pendengaran Utahime. Ia menoleh kepalanya ke kanan, menemukan laki-laki berambut putih itu melambaikan tangan kepadanya. 

"Lama," ucap Utahime. 

"Milih-milih baju dulu tadi, makanya lama," jawab Gojo santai. Tangannya mulai merangkul pundak Utahime. 

"Kamu kayak cewek. Padahal cuma keluar biasa," ucap Utahime lagi. 

"Gapapa. Kita jarang kencan berdua gini," ucap Gojo, "Kamu juga hari ini rapi banget. Cantik," lanjutnya memuji Utahime.

Utahime sedikit merona mendengarnya. Syukurlah waktu yang ia buang untuk sekedar memilih pakaian cocok tidak terbuang sia-sia. 

"Sekarang, mau kemana dulu?" tanya Gojo kepada Utahime. 

"Kemana ya? Nonton baseball yuk," ucap Utahime. Gojo seketika menatap sang kekasih dengan tatapan sedikit memprotes. 

"Kita dandan cakep-cakep gini masa nonton baseball si? Enggak ah," ucap Gojo menolak.

"Ya kenapa memang. Kita nonton doang, bukan main," jawab Utahime santai. Tangan Gojo yang ada di pundaknya diraih, berpindah posisi menjadi di genggamannya. 

"No. Kita udah sering date nonton baseball sekali-sekali date yang berkelas sedikit," ucap Gojo.

"Terus kamu pikir nonton baseball gak berkelas gitu?" 

"Gak gitu, sayang. Kita keliling kota aja gimana?" usul Gojo.

"Kalau kakiku pegel-pegel nanti, kamu tanggung jawab," ucap Utahime.

"Aku gendong." 

Mereka kembali berjalan, sambil menoleh kanan kiri menatap hiruk pikuk kota sore hari. Lumayan ramai, apalagi di hari sibuk seperti ini. 

Gojo mempererat genggamannya ketika mereka menyebrang jalan. Tak jarang juga banyak mata yang menatap keduanya dengan tatapan kagum. 

"Agaknya kamu terlalu mencolok deh. Aku ngerasain banyak banget mata yang menatap kamu sangar," bisik Utahime. 

"Bersyukurlah kamu, punya pacar kayak aku," ucap Gojo. Utahime menatapnya kesal, selalu saja kalau di puji malah besar kepala. 

"Ada kedai tuh, ayo mampir," ajak Gojo. Utahime belum menyetujui, tapi Gojo sudah menarik gadisnya menuju kedai beraneka macam minuman. 

"Saya pesan original dengan extra sugarnya satu dan less sugarnya satu," ucap Gojo kepada pelayan kedai tersebut. Sang pelayan mengangguk, "Baik tuan. Di mohon tunggu sebentar."

"Kamu gak takut diabetes banyak banyak gula gitu?" tanya Utahime. 

"Akhir-akhir ini aku lagi nyoba kurangin konsumsi gula," jawab Gojo, "Ya walau akhirnya gagal juga," lanjutnya. 

"Coba lagi. Gak baik banyak-banyak gula," ucap Utahime.

"Tapi tanpa gula juga aku udah diabetes setiap hari," ucap Gojo.

"Kok bisa?"

"Kamu manis banget. Bikin diabetes," ucap Gojo terkekeh. 

Seketika pipi Utahime berubah kemerahan, beruntung blush on yang ia pakai hari ini sedikit tebal jadi dapat menutupi rona malu tersebut. Ya, walau percuma jika di depan sang kekasih. 

"Mulai recehnya," ucap Utahime.

"Kamu sukakan tapi? Haha," ucap Gojo. Utahime mengangguk pelan. Duh, Gojo menahan sekuat hati untuk tidak memeluk sang kekasih dihadapannya sekarang. 

"Pesanannya, Tuan," panggilan dari pelayan menginterupsi keduanya. Gojo segera mengeluarkan uang cash dari kantongnya dan membayar kedua minuman itu. 

"Less sugar untuk Utahime," ucap Gojo menyerahkan minuman dengan less sugar ke Utahime. Utahime menerima minuman itu sambil berkata terima kasih.

Mereka kembali berjalan menelusuri ramainya taman kota. Langit sudah sedikit berubah yang tadinya biru menjadi orange. 

"Kita udah lama juga ya pacaran," ucap Gojo. 

Utahime menoleh ke Gojo, "Memang kenapa?" 

"Ya enggak. Gak kerasa aja, padahal dulu kamu kayaknya benci banget sama seorang Gojo Satoru," jawab Gojo.

"Memang," jawab Utahime cepat.

"Seenggaknya ngelak sedikit gitu," ucap Gojo sambil mencibirkan bibirnya tanda pura-pura ngambek.

"Buat apa, kan fakta," ucap Utahime.

Berhenti berjalan, Gojo dan Utahime menepi dan duduk di kursi taman yang menghadap langsung ke pancuran air. Keduanya masih sibuk masing-masing dengan minumannya. 

"Putus aja yuk." 

Utahime seketika membeku mendengar ucapan yang terlontar dari mulut laki-laki di sampingnya, "Jangan bercanda. Gak lucu." 

"Aku gak bercanda." 

Melihat wajah Gojo yang terlihat serius, dada Utahime seketika sesak. Tapi, mengapa? Apakah Gojo sudah tidak menyukainya? Tapi kenapa.

"...Gak." ucap Utahime dengan suara kecil. 

Gojo menoleh ke arah Utahime. Matanya membola melihat Utahime yang menahan isakan. Seketika ia merasa bersalah mengatakan kata putus tadi. 

"Kenapa? Aku ada salah ya?" tanya Utahime, "Kamu capek ya menghadapi aku yang begini ya? Maaf.." lanjutnya. Air matanya sukses turun meninggalkan jejak di pipinya. 

Gojo langsung menarik Utahime kedalam pelukannya, menenangkan Utahime yang mulai terisak itu. Duh, padahal rencananya tidak seperti ini.

"Maaf. Maaf. Maaf," ucap Utahime tak henti-henti. 

"Ssut. Udah, udah gapapa. Sini lihat aku dulu," ucap Gojo. 

Utahime menatap iris biru berlian itu, tatapan yang selalu menenangkan. 

"Sebelumnya maaf udah bikin kamu nangis gini, maaf ya?" ucap Gojo, ia merogoh sakunya mengambil sesuatu, "Putus maksudku bukan yang kamu maksud." 

"Aku ingin kita putus di hubungan main-main ini, dan lanjut ke hubungan lebih serius," ucap Gojo sambil mengeluarkan cincin dari kantongnya. 

"Jadi?" 

Bukannya menjawab, Utahime malah mengejutkan Gojo dengan pelukannya, "Bego. Satoru Bego." 

"Kan ada cara biasa, kenapa harus bikin aku nangis si?! Bego," ucap Utahime. Gojo terkekeh, membalas pelukan Utahime.

"Maaf. Salahin Suguru yang nyaranin begini," ucap Gojo. 

Utahime melepas pelukannya, menatap Gojo dengan tatapan kesal. Gojo menangkupkan wajah Utahime, menghapus jejak air mata yang ada di pipi Utahime, "Maaf ya."

"Ya." 

"Jadi gimana? Diterima gak?" ucap Gojo. 

"Gatau aku masih kesel," berbanding balik dengan ucapannya Utahime menunjukkan jari manisnya ke Gojo. Gojo dengan bahagia memakaikan cincin itu ke jari manis Utahime.

"Maaf dong, kan gak bermaksud," ucap Gojo. 

"Ya."

Wajah Utahime kembali ditangkupkan. Jarak diantara mereka menipis, dan sedetik kemudian Gojo berhasil mencuri kecupan dari bibir manis Utahime. 

Lihat, sekarang Utahime sudah menjadi sepenuhnya tomat merah. 

"Hehehehehe."

"Jangan ketawa! Malu!" 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro