⸙ it's fourteen.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ini keempat harinya [Full Name] ke pasar dari rumah orang tuanya. Gadis itu benar-benar tidak kembali lagi ke apartemen Iwaizumi Hajime bahkan untuk mengambil sesuatu. Toh, bukankah ini yang mereka harapkan juga agar bisa terjadi? Kembali menjadi orang asing.

Di pasar, [Name] membantu kenalannya seperti biasa. Dia sama sekali tidak memikirkan konfliknya dengan Hajime lagi.

Sedang membuat rangkuman dari hasil data pendapatan ekonomi rata-rata pedagang di pasar ini pada suatu tempat duduk yang lebih sepi, [Name] dihampiri oleh tiga orang laki-laki yang sudah sejak tadi mengamatinya.

Kaget dengan kedatangan tiga orang asing tersebut, [Name] langsung menutup bukunya dan berdiri. Tiba-tiba ingatan pada saat ia diganggu oleh dua pria hingga terlibat perkelahian yang ramai itu kembali berputar dibenaknya dan itu membuatnya takut.

Maka, untuk mengantisipasi kejadian itu, [Name] memutuskan untuk buru-buru pergi dari sana ketika salah satu di antara mereka mulai menyapanya.

Di sisi lain, dua orang pria dengan helai agak pink dan brown sedang menanyakan suatu nama beserta sebuah pass foto pria cukup tua kepada salah satu pedagang di pasar sana.

Mereka Hanamaki Takahiro dan Matsukawa Issei, lantas kembali berjalan ketika info sudah didapatinya sedikit demi sedikit mengenai orang yang mereka cari. Siapa lagi kalau bukan target penagihan hutang berikutnya.

Tepat ketika mereka berdua berjalan untuk menghampiri sebuah toko, Matsukawa yang aktif bercelinguk menemukan siluet familiar di balik beberapa pria. Ketika pria-pria berkerumun tersebut bubar satu persatu sambil menarik pergelangan seseorang, Matsukawa refleks menarik rambut Hanamaki dari belakang. Menyebabkan empunya meringis kencang.

"Hei, kau anjing ya!"

Matsukawa membungkam protesan Hanamaki melalui arah tunjukannya pada seorang gadis di antara para pria tersebut. Sepersekian detik setelah mengenali gadis itu, Hanamaki langsung melebarkan mata. Mereka langsung mengejar kemana keempat pria membawa [Full Name] itu pergi. Berikutnya tambah kaget ketika melihat [Name] dibekap dan dibuat pingsan.

Dengan kapasitas otak yang lebih dapat bergerak cepat, Matsukawa langsung menelpon Iwaizumi Hajime yang kini sedang tidak bersama mereka karena hari ini hanya merupakan pencarian alamat.

Namun, seberapakali pun Matsukawa menelpon, Hajime tak menjawab-jawabnya. Begitupun ketika Hanamaki mencoba menelpon. Hingga mereka kemudian melihat [Full Name] yang tak sadarkan diri dibawa ke dalam mobil. Baik Hanamaki Takahiro dan Matsukawa Issei saling memukul bahu karna panik.

***

Iwaizumi Hajime menatap panggilan dengan nomor asing ditelponnya, dia baru saja menyelesaikan urusan dengan ayahnya di salah satu kantor lain. Memang lelah jadi calon penerus satu-satunya. Bahkan meskipun ia sudah pernah bilang bahwa tak mau memegang satu kantor manapun.

Menekan tombol jawab pada getar panggilan yang tak kunjung henti, Hajime tempelkan ponselnya ke telinga. Matanya membelalak saat itu juga begitu suara asing menyampaikan ancaman sambil membawa-bawa nama [Name].

Langsung saja ia menutup telepon tersebut dan mencari nomor Hanamaki dalam kontaknya tanpa menyadari bahwa sudah ada berpuluh-puluh panggilan di riwayat telponnya. Hingga tepat sesaat sambungan terhubungkan, suara Hanamaki langsung masuk menyerobot.

"Kau cepat ke sini! [Name] diculik dan tak sadarkan diri!"

***

Sesampainya di tempat, Iwaizumi Hajime, Matsukawa Issei dan Hanamaki Takahiro yang sudah bergabung langsung di hadapkan dengan lima orang laki-laki. Empat di antara mereka sudah pernah Hajime, Matsukawa, dan Hanamaki kenali. Mereka tidak lain adalah salah satu dari kelompok yang menyimpan dendam. Yang waktu lalu mengejar Hajime dan kedua rekannya dengan membawa senjata berupa kapak, tongkat besi dan lain-lain.

Yang Hajime berhasil bubarkan hanya dengan ancaman dua kali tembakan pistol.

"Kenapa kalian sampai menculik orang begitu, sih?" Ujar Hajime. Seperti biasa, dia suka memainkan kalimat pada musuhnya sendiri, "lama-lama tindakan kalian makin konyol, tau."

Tidak membiarkan Hajime kembali bercakap, tiga orang di antara mereka langsung teriak untuk menyerang. Namun patut Hajime hargai. Dibanding waktu lalu, mereka kini menyerang tanpa menggunakan senjata.

Oleh karena itu Hajime menyambut serangan mereka semua. Hanamaki dan Matsukawa awalnya hanya melawan satu orang, namun kedua sisanya ternyata jadi tergerak untuk menyerang mereka.

Hajime sendiri jadi terbilang agak santai karena hanya melawan satu orang. Tapi ia tidak bisa sesantai itu karena kedua rekannya tampak mulai kewalahan. Akhirnya membawa jatuh tubuh lawannya lebih dulu, Hajime langsung menarik satu orang lain yang menyerang Matsukawa.

Mereka pernah setidaknya 3 kali berurusan dengan orang-orang ini sebelumnya. Sekarang, mereka mencari gara-gara lagi dengan membawa [Name] dan Hajime tidak bisa membiarkan mereka hanya sekedar bubar lagi nantinya.

Di saat Matsukawa dan Hanamaki mulai kehabisan tenaga, Hajime membiarkan dirinya terus menariki lawan agar menyerang ke arahnya. Dua orang sudah tumbang dan tersisa tiga. Karena dua musuhnya sedang berhadapan dengan Hajime dan satu orang lagi masih ditangani Hanamaki, Matsukawa yang sedang menarik napas diteriaki oleh Hajime.

"Matsukawa, [Name]!!"

Lantas dengan itu Matsukawa memaksakan dirinya berlari menghampiri mobil di mana [Name] berada.

Tapi alangkah kagetnya Hajime saat salah satu musuhnya tiba-tiba mengeluarkan sebuah pistol.

"Ini untuk balasan yang waktu itu."

Hajime menendang kerasa salah satu lawannya hingga tersungkur. Ia lalu berhenti bergerak karena satu lagi musuh di hadapannya sedang menodongkan pistol ke arahnya.

Dalam kerut marah pada wajahnya, diam-diam Hajime merasa sangat kesal.

Ia tak sedang membawa pistolnya.

Lebih tepatnya, sejak [Name] memarahinya untuk jangan membawa benda berbahaya, Iwaizumi Hajime jadi tak pernah lagi membawanya.

Dan Hajime sekarang menyesali itu semua. Ia marah kenapa tak membawa pistol, marah karena [Name] melarangnya, dan marah karena dirinya malah menuruti hal bodoh tersebut.

"Katakan saja apa maumu selama ini," Ucap Hajime.

"Mauku? Gak ada yang aku mau," Jawab laki-laki itu, "tapi memangnya kamu gak ingat apa yang udah kamu lakuin ke salah satu rekanku waktu lalu?"

"Menusuknya dengan pisau? Heh, toh siapa suruh membawa pisau dan mengacungkannya padaku," Balas Hajime tak kalah berani.

"Kalau begitu apa kau akan menodongkan pistol padaku karena aku sedang menodongkan pistol padamu?"

Hajime terdiam. Kemudian ia dapati laki-laki itu melukiskan seringai.

"IWAIZUMI!!!"

DOR!!!

Hajime melebarkan matanya saat melihat Hanamaki menubruk tubuh pria itu dari belakang hingga tembakan pistolnya hanya menggores pipinya.

Hanamaki langsung mengunci lengan pria tersebut. Hajime juga buru-buru menghampiri dan menendang kepala pria itu. Mereka terus melayangkan pukulan agar laki-laki tersebut tidak berdaya.

"Iwaizumi!"

Hajime kembali menoleh, ia kini mendapati Matsukawa sudah menggendong [Name] di belakang punggungnya.

Lebih mementingkan hal tersebut, akhirnya Hajime langsung menghampiri lalu menyuruh Hanamaki di belakang untuk berhenti dan segera menyusulnya dan Matsukawa.

Namun karena itu, Hajime lupa satu kebiasaan yang harus ia lakukan ketika menghadapi musuh yang menggunakan senjata.

Yaitu menyita senjatanya.

DOR!!!

Hajime hari ini sampai membelalak dua kali akibat suara tembakan. Tetapi kali ini, jantungnya terasa ikut berhenti berdetak.

Tepat di hadapannya, baju di sekitar bahu [Name] perlahan berubah menjadi warna merah.

Hanamaki yang masih berada di belakang lantas jadi yang tergerak untuk mengamankan pistol tersebut. Sambil terus menghabisi pria yang menembakkan pelurunya ke arah [Name].

Matsukawa yang mengetahui hal tersebut mempercepat jalannya menuju mobil Hajime, ia lalu membuka pintu belakang dan menyerahkan [Name] ke tangan Hajime yang bergetar. Sambil memutar ke tempat mengemudi, Matsukawa melemparkan kunci mobilnya ke tanah dan meminta Hanamaki agar menyusulnya dengan mobil itu setelah orang-orang tergeletak itu berhasil diberesi.

Di dalam mobil tersebut, suasana berat menyelimuti. [Name] yang dibuat tak sadar dengan bius saja bahkan sampai meringis di bahu Hajime. Membuat laki-laki itu tak dapat membayangkan sesakit apa rasanya bagi gadis yang selama ini tak pernah terlibat dalam hal-hal membahayakan seperti dipukuli, ditonjok, digores, maupun ditikam seperti keseharian Iwaizumi Hajime yang sangat bertolak belakang dengan [Full Name].

.

.

.

continue.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro