⸙ it's ten.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi hari di kediaman besar keluarga Iwaizumi. Anak semata wayang mereka sedang melakukan rutinitas sehabis sarapannya, yaitu melakukan olahraga. Dia tadi sudah melakukan beberapa fitness di gym, sekarang begitu kembali ke kamar malah melanjutkan fitnessnya lagi di bench press.

Sementara itu, ketika beberapa waktu sudah berlalu. [Full Name] memasuki kamar Hajime. Dilihatnya Hajime itu sedang berolahraga dengan mengenakan kaos putih yang sudah dibasahi peluh.

"Bajumu yang ini kotor?"

Hajime menghentikan kegiatannya, lantas ia menoleh. [Name] sedang memegang jaket yang pemuda itu tadi pakai untuk sarapan. Agak terheran dengan tindakan [Name] hari ini, namun Hajime tetap menjawabnya, "Engga. Yang itu baru dipakai tadi pagi."

"Rompimu yang ini?" Tanya [Name] lagi. Kini mengangkat rompi cokelat yang tergeletak tak jauh di sisi kasur.

"Nanti mau aku pakai lagi," Jawab Hajime sambil kembali melakukan aktivitasnya.

"Lalu mana bajumu yang kotor? Bi Mina lagi bersiap untuk mencuci. Biar sekalian jadi gak terlalu merepotkannya," Runtut gadis tersebut.

"Ck," Hajime mendecak. Terlepas dari tingkah aneh [Name] pagi ini yang tiba-tiba mengurusi pakaiannya, ternyata gadis itu masih merepotkan.

Akhirnya kembali menghentikan kegiatannya, Hajime lantas mendekat. Di hadapan [Full Name], laki-laki berumur 28 tahun tersebut membuka kaos putihnya hingga menampilkan dada bidangnya yang penuh kilau karna keringat.

"Ah-k-kau-?!"

[Name] menutup mata. Tapi Hajime langsung melempari dengan kaosnya sendiri hingga menutupi kepalanya.

"Sebentar, kau mau aku membuka celanaku di sini atau-"

"Di kamar mandi!!!"

"Heh."

Dengan dengusan geli Hajime lalu meninggalkan [Name] yang masih menutupi matanya. Ia meraih handuk di gantungan baju, lalu berjalan ke kamar mandi. Senyum ejekan dan tatapannya tak pernah lepas dari [Full Name] yang masih menutupi matanya hingga pintu kamar mandi tertutup.

***

"Eh? Cheese cake-nya jadi selembut ini?!"

Saat ini dapur keluarga Iwaizumi cukup ramai. Dua bibi Hajime yang lain sudah datang tadi pagi dan mereka kini sedang mencoba memasak sesuatu.

"Kan? Menantuku ini bisa masak apa saja," Mama Iwaizumi tersenyum bangga sambil menyentuh bahu sang gadis, "pantas saja Hajime gak lagi pilih-pilih makanan."

Terlepas dari pujiannya yang membawa-bawa nama Hajime, [Name] tetap tersenyum malu-malu karena melihat bibi-bibi Hajime itu menyoba hasil cheese cake buatannya dengan senyuman puas.

"Aku gak bisa, loh, membuat cheese cake selembut ini," Ujar salah satunya.

"Ini sih seperti dessert di restoran bintang lima yang pernah aku kunjungi!"

Mama Iwaizumi hanya bisa tertawa mendengarnya, sementara [Name] merendahkan diri karena pujian yang berlebihan tersebut.

Di tengah-tengah hal itu, salah satu bibi Iwaizumi tiba-tiba memanggil, "Hajime!"

"Wah, betapa beruntungnya kamu dapat istri yang jago masak," Goda bibi Iwaizumi pada Hajime yang sedang berjalan melewati mereka.

"Ya, ya, lanjutkan saja buat menu restorannya," Balas Hajime dengan cuek sambil melanjutkan langkahnya.

"Dasar, malu-malu! Aku culik [Name]mu pasti kamu ngerengek."

"Iya, bawa aja."

Bibi Iwaizumi mendecih tak senang begitu dilihatnya Hajime hanya berlalu sambil melambaikan tangannya. Padahal niatnya mungkin untuk menggoda keponakannya sebagai pasangan suami istri baru.

[Full Name] menghabisi harinya dengan terus membantu keluarga Iwaizumi. Dari memasak, membuatkan para paman kopi, sampai membantu Bi Mina mencuci dan menjemur. Membuatnya seharian ini tidak melihat Hajime selain tadi ketika di dapur dan makan malam.

Sehabis makan malam pun, Hajime kembali tak terlihat. Sementara [Name] diajak mengobrol oleh bibi-bibinya. Mereka membicarakan hal apapun, pekerjaan sehari-hari gadis itu, bahkan sampai di tawari kerja yang tentu saja ditolak karena tidak mau terlalu dalam ikut masuk ke dalam keluarga Iwaizumi. Meskipun apa yang dilakukannya saat ini, termasuk mendapatkan pujian dan kebanggaan sudah merupakan hal yang terlalu dalam juga karena mungkin nantinya akan membuat sulit jika mereka berpisah.

[Name] adalah gadis yang benar-benar lurus. Bahkan jam tidurnya saja bertolak belakang dengan Hajime. Maka, di saat sudah memasuki waktu larut tidurnya, [Name] pamit dengan sopan pada bibi-bibinya yang tampak tak mau berhenti berbincang.

Di kamar Hajime, seperti biasa, laki-laki itu ada di sana. Kali ini dibalkon, sedang memunggunginya entah melakukan apa.

Dengan tak banyak bicara, [Name] kembali menutup pintu kamar Hajime. Lalu melangkah ke sofa pojok kamar yang masih terdapat selimut juga bantal bekas kemarin malam. Gadis itu lalu merebahkan diri. Dengan lampu yang masih menyala karena Hajime sendiri masih terbangun, [Full Name] memejamkan matanya.

***

[Full Name] terbangun begitu merasakan hawa pagi merasukinya. Ia mengerjapkan matanya pelan lalu mengaktifkan kesadaran. Alangkah kagetnya ia saat ternyata terbangun di atas kasur. Sebelahnya kosong, maka [Name] langsung melabuhkan atensi ke sofa di pojok ruangan.

Iwaizumi Hajime ada di sana. Tertidur di sofa tanpa menggunakan selimut. Mungkin karna selimutnya sendiri sedang gadis itu pakai, tapi seharusnya Hajime mencari selimut yang lain.

[Name] bangun. Tak lupa merapikan kasurnya. Namun, selimut yang dipakainya malah ia bawa dan melangkah mendekati Hajime yang masih tertidur. Lalu dengan sangat perlahan, gadis itu selimuti tubuh Hajime.

[Name] tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba terbangun di atas kasur dan Hajime yang di sofa. Tapi, patut ia katakan, tidur di sofa kemarin memang tak senyaman tidur di kasur hari ini. Makanya ia mencoba membuat Hajime nyaman dengan memasangkan selimut.

Saat mendapati wajah tertidur Hajime, [Name] terhenti. Pantas laki-laki itu terlihat menyeramkan jika sedang marah, rahangnya sangat tegas, dan alis matanya berpotongan tajam. Namun, jika dilihat tanpa adanya emosi seperti ini, Hajime tampak lebih tenang.

"!?"

"Sedang apa kau?"

"A-i-itu ... K-kau sudah bangun?" Tanya [Name] panik. Jantungnya terasa lompat begitu saja saat dengan tiba-tiba sekali Hajime membuka mata dan memergokinya tengah menatap laki-laki itu.

"Belum aku masih tertidur," Hajime lalu kembali memejamkan matanya. Suasananya kembali senyap. Hajime benar-benar seperti tidur kembali.

Mendapati itu, entah Hajime benar-benar tidur lagi atau tidak, [Name] buru-buru pergi dari sana.

Meninggalkan Sang Pemuda yang semenit berikutnya kembali membuka mata, ia kemudian menutupi kedua mata dengan lengannya, lalu bergumam, "Ahh sial, tidur di sofa tidak nyaman. Semalaman aku tidak bisa tidur."

Dari balik lengan laki-laki itu, nampak segurat merah tipis pada pipinya.

.

.

.

continue.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro