⸙ it's ten.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ada hal yang aneh dari Terushima Yuuji sejak terakhir kali mereka mengunjungi rumah orang tua pemuda tersebut. Setidaknya itu yang dirasakan Terushima [Name] belakangan ini.

Yuuji masih menyebalkan, sangat. Dia masih suka menyuruh-nyuruh seenaknya, atau mengajaknya berdebat. Bahkan sekarang, rasanya [Name] seperti kembali melihat Yuuji kecil yang sangat jahil. Kadang-kadang laki-laki itu mengisengi dengan cara yang konyol.

Seperti menyenggol lengannya ketika sedang menulis sesuatu, menaruh lauk yang dibelinya dan menukarnya dengan lauk berbeda saat sedang makan bersama, tiba-tiba memainkan rambutnya saat sedang diam, atau menawarinya sesuatu tapi kembali diambil.

Hari ini bahkan lebih aneh. Yuuji yang selama ini tidak pernah memberikannya uang, tiba-tiba melakukan itu.

Dari mereka resmi menikah, alasan mengapa [Name] tak pernah mau membuatkan Yuuji makanan selain laki-laki itu menyebalkan adalah ya karena gadis itu hanya membeli bahan makanan yang cukup untuknya dari uangnya sendiri. Dengan kata lain, sebelum-sebelumnya Yuuji tidak pernah menafkahinya.

Tapi hal itu terjadi tiba-tiba sekarang. Tadi pagi, sebelum [Name] pergi ke bakery, Yuuji yang saat itu habis bertingkah menyebalkan menahan gadis itu pergi sejenak. Lalu menyodorkan uang. Katanya untuk belanja makanan. Tapi dia memberi syarat, bahwa dengan ini berarti [Name] harus membuatkannya makanan juga.

Meskipun Yuuji sangat menyebalkan dan sering membuatnya marah sampai hampir menangis, tapi melihat laki-laki itu tiba-tiba seperti ini [Name] jadi tidak bisa menolaknya. Dan itu artinya, kesepakatan mereka sudah dimulai.

Terushima [Name] mencatat hal itu baik-baik dalam ingatannya, bahwa pulang nanti ia harus membeli bahan makanan untuk makan dua orang besok.

***

Terushima Yuuji hari ini bekerja seperti biasa. Dia yang sudah mulai merasa nyaman di pekerjaan ini makin hari makin terbiasa mengantar dan bolak-balik mengambil pesanan makanan.

Rekor perharinya bahkan mengalahkan rekan deliver lainnya. Walaupun pernah ada teguran, katanya Yuuji kalau bawa motor selalu ngebut. Tapi sampai saat ini tak ada teguran lain.

Yuuji yang sudah beberapakali merestock pesanan untuk diantar dari kedai, kini sedang mengantarkan yang kesekian untuk hari ini.

Alamatnya tak jauh dari alamat sebelumnya. Dia harus mengendarai motor sedikit lagi sebelum akhirnya sampai di sebuah gedung apartemen.

Kejadian satpam pertama kali tentulah tidak dialaminya lagi karena ia juga sudah punya kartu identitas. Jadi Yuuji mengantarkan pesanan itu ke lantai 7 gedung apartemen yang cukup besar tersebut.

Seberhentinya lift dan beberapa langkah berlalu, Yuuji mendengar sebuah suara ribut-ribut. Bukan yang besar, tapi hampir sama seperti perdebatannya dengan [Name] sehari-hari.

Tadinya tak mau mengurusi dan lanjut berlalu, tapi langkahnya malah berbelok ke balik dinding saat ia sadari urutan nomor kamar yang menjadi kustomernya ada di depan dua pasangan yang sedang bertengkar tersebut.

Entah dua orang itu lah yang memesan makanan ini, atau mereka hanya menumpang ribut di depan kamar kustomernya, tapi Yuuji rasa ia tidak bisa menginterupsi di saat itu.

"Oke udah. Gak ada yang perlu kita omongin lagi."

Entah kenapa Yuuji jadi menguping perdebatan tersebut.

"Bukan gak ada. Kamunya yang gak mau dengerin omonganku dari tadi."

"Emang engga? Karna omonganmu itu cuman alibi basi yang dari dulu kamu keluarin."

Yuuji menghela napas kecil. Agaknya ini seperti pertengkaran hubungan asmara.

"Jadi kamu anggap selama ini penjelasanku cuman alesan basi yang gak perlu didengerin?"

"Iya! Emang gitu, kan?!"

Grep!

"Le-lepas!"

Pertamakalinya dalam keadaan ini Yuuji mengintip. Dan apa yang didapatinya sekarang membuat maniknya membulat.

Cewek di sana sekarang mungkin sedang berada dikondisi [Name] jika Yuuji dan gadis itu sedang bertengkar hebat. Atau mungkin lebih parah?

Karena tak seperti laki-laki bajingan di sana, meskipun sering mengusik dengan tangannya, Yuuji tidak pernah sama sekali melayangkan tamparan ke arah Terushima [Name].

"Ahem! Permisi, saya mau mengantar pesanan ke kamar 712."

Yuuji yang tiba-tiba menginterupsi, membuat pria yang sudah mengangkat tangannya itu memberhentikan diri. Kedua pasangan itu menjaga jarak. Yuuji mendekat.

"Anda pemilik kamar 712?" Tanya Yuuji pada keduanya. Tapi mereka serempak menggeleng.

Dengan santai Yuuji melewati mereka, membelah jarak mereka berdua yang berdiri di antara kamar kustomernya. Lalu berucap, "Kalau gitu jangan bertengkar di depan kamar orang lain."

Yang wanita menunduk malu, tapi yang pria malah melotot.

Apalagi Yuuji yang belum memencet bel kamar bersuara kembali, "Apalagi sampai main tangan dipublik. Sampah banget."

Mungkin karena dalam kondisi marah juga tadi, pria yang disindir Yuuji langsung mengeratkan rahang. Dia lantas mendekat, memegang bahu Yuuji.

Tapi Yuuji malah bereaksi berlebihan.

"Ah! Jangan cari gara-gara--!"

Sambil melempar makanan milik pesanannya ke wajah pria di belakangnya.

Jeda beberapa detik, Yuuji langsung sigap berlari saat pria tersebut mulai menggeram. Kecekatannya bagus, jadi dia juga ikut membawa wanita yang tadi hampir diperlakukan kasar tersebut.

Terushima Yuuji yang berlari sambil menarik perempuan menuruni tangga, meringis dalam hati. Ia dengan berat hati mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaannya yang sudah membuatnya sedikit nyaman ini. Karena, meskipun ia kabur, meskipun ia berhasil menyelamatkan wanita dari kekerasan, pria yang sudah dendam dengannya itu pasti akan melaporkan tindakannya ini ke atasannya dan menuntutnya agar dipecat.

.

.

.

continue.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro