12. Breathe

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mereka bertiga seolah dibekukan oleh waktu saat saling berpandangan. Rara melihat wajah gadis di hadapan mereka sambil berpikir-pikir. Dia merasa sering melihat wajah itu. Ketika gadis itu berpaling dan menatapnya dengan mata hitam kelam, tiba-tiba saja dia teringat.

"Sayaka Kawaguchi? Sayaka Kawaguchi sang peneliti McMurdo Dry Valleys? Wah! Senang sekali bertemu denganmu. Aku suka membaca hasil penelitianmu. Oh ya, namaku Afra Gaia, panggil saja Rara."

Kali ini Trius yang terbelalak menatap Rara dengan tidak percaya. Dia masih saja heran ketika gadis di sampingnya maju sambil mengulurkan tangan dan tersenyum lebar saat Sayaka menjabat tangannya.

"Boleh berfoto denganmu? Sahabatku juga salah satu penggemar jurnal ilmiahmu. Dia pasti iri setengah mati padaku. Hei, Trius! Fotokan kami ya?"

Trius menganggukkan kepala dengan wajah masam. Apalagi setelah berfoto, dilihatnya Rara dan Sayaka mengobrol dengan akrab seolah-olah sudah berteman puluhan tahun. Dua gadis itu berjalan lebih dulu memasuki ruang duduk Fukai Station yang terlihat penuh dengan para peneliti. Sementara Trius mengikuti mereka dengan langkah perlahan.

Setelah beristirahat, mereka berkumpul di ruang meeting. Rara membawa sampel-sampel gletser sementara Profesor Ezra mempresentasikan penemuan mereka. Trius memandang wajah Rara yang bercahaya saat bicara. Terlihat benar gadis itu begitu mencintai pekerjaannya.

"Bagaimana kabarmu, Fujikawa-kun?" tanya Sayaka sambil mengangsurkan gelas berisi kopi panas. Mereka sedang istirahat sebelum lanjut ke topik pembuatan struktur pengalihan gletser.

"Baik-baik saja," sahut Trius. Matanya sedang menyapu ruangan, seakan mencari sesuatu.

"Aku ...."

"Maaf Sayaka-Chan, aku pergi membantu Rara dulu." Laki-laki itu menemukan Rara sedang menating nampan yang berisi kopi panas dan membagikannya pada tim yang sedang berkumpul di ruang makan. Gadis itu menoleh kaget saat Trius mengambil alih nampan yang sedang dipegangnya.

"Kenapa kamu yang bagiin kopi?" tanya Trius.

"Oh, tadi aku main ke dapur. Chef Namaki baik sekali jadi aku membantunya."

"Kenapa ya, kamu hobi banget main di dapur? Segitu sukanya kamu sama makanan?" Trius tertawa menggoda gadis yang ikut tertawa bersamanya. Mereka lalu mencari tempat dan duduk bersisian.

Rara melihat sekelilingnya. Seperti station lainnya, orang di sini berasal dari beragam negara. Kutub Selatan tidak memiliki penduduk tetap dan hanya dihuni oleh para peneliti yang terdiri dari berbagai macam profesi.

"Kenapa nggak duduk sama temanmu?" tanya Rara ketika melihat Trius duduk di sampingnya.

"Dia bukan temanku."

"Oh. Mantan pacarmu kalau gitu."

Trius langsung tersedak mendengar ucapan Rara. Gadis itu menatap dengan prihatin sambil menepuk-nepuk punggung Trius. "Udah besar, masih saja tersedak."

"Kamu udah pintar membalas kata-kataku, ya?"

"Aku iri sama kamu! Hhh ... apa rasanya pacaran sama Sayaka? Dia begitu cantik dan pintar?"

"Kamu suka perempuan?" Sekarang Rara mendelik menatap Trius.

"Ya nggaklah. Aku cuma nge-fans sama dia."

Bagi Trius, perempuan itu seperti kota yang cuacanya tidak stabil. Terkadang mereka tertawa lalu detik berikutnya marah dan menangis. Lagipula, dia selalu tidak bisa memahami jalan pikiran mereka, terutama gadis di hadapannya ini. Bisa-bisanya dia iri pada Trius.

"Jadi kamu beneran pacaran sama dia dulu?" bisik Rara mendekatkan kepalanya pada Trius. Laki-laki itu tersenyum senang karena akhirnya Rara menunjukkan perhatian yang lebih.

"Jawab! Jangan senyum-senyum terus," Senyuman belum hilang dari bibir Trius ketika terdengar suara lembut di belakang mereka.

"Rara! Mau melihat kamarmu?" Sayaka berdiri dengan senyum di wajah cantiknya.

Rara langsung berdiri, dia mendorong gelas kopinya ke Trius. "Titip ya. Jangan lupa bantu Namaki-San membersihkan tempat ini. Aku pergi dulu."

Mereka berjalan bersisian. Sayaka membawa Rara mengelilingi Station dan memberitahu kegunaan ruangan-ruangan yang ada di sana. Mereka melihat ruang pertemuan, ruang duduk dan laboratorium. Khusus di sini, laboratorium memiliki perlengkapan yang lebih lengkap karena mereka juga meneliti gunung berapi.

Terlihat lukisan dan foto-foto empat gunung berapi yang diambil dengan begitu indahnya. Foto McMurdo Dry Valleys yang diambil dengan sudut indah juga ada di sana. Melihat tanda tangan di bawah foto itu, Rara tahu kalau yang mengambilnya adalah perempuan cantik di sampingnya. Satu lagi hal mengagumkan lainnya yang dia dapatkan dari diri Sayaka.

"Terima kasih, Sayaka-San," ujar Rara saat mereka tiba di ruangan yang akan menjadi kamar tidurnya. Elaine tidak ikut ke Fukai Station dan sudah pergi ke kapal tempat penelitian laut, jadi Rara akan tidur sendiri.

"Jangan lupa, 30 menit lagi kita akan bertemu di ruang pertemuan besar," ujar Sayaka sebelum pamit.

Kamar tanpa Elaine ternyata sangat sepi. Sesaat, Rara merindukan sosok seperti Ibu baginya yang senang sekali menggodanya. Mengusir perasaan rindu pada Elaine, gadis itu memusatkan pikiran untuk membereskan pakaiannya. Seseorang sudah meletakkan tasnya di kamar.

Setelah semua beres, Rara mengganti sweater-nya dan menjalin rambut hitam tebalnya dalam satu kepangan panjang. Dia membawa data-data yang diminta oleh Profesor Ezra sebelumnya lalu berjalan menuju ruang pertemuan besar.

Saat pintu terbuka, Rara merasakan sesuatu hal yang aneh. Kepang rambutnya bergerak saat dia menoleh. Ruangan itu kosong. Merasa bingung, gadis itu malah menyalakan lampu lalu membuka laptop dan mulai menyusun laporan. Mungkin orang-orang lain belum datang. Di menit kesepuluh, ponselnya bergetar.

"Elsa! Di mana kamu?" Suara Trius terdengar gusar.

"Ruang pertemuan besar."

"Jangan bergerak sedikit pun!" Gadis itu berjengit kaget ketika Trius langsung menutup telepon. Tidak lama pintu ruangan terbuka.

Belum pernah Rara melihat Trius seperti ini. Rahang laki-laki itu kaku dengan wajah tanpa senyum dan langkah yang kaku. Rara merasa Trius terlihat lebih jangkung.

"Kenapa kamu duduk seperti patung? Lagipula kenapa kamu malah duduk di sini?"

"Kamu bilang tadi aku nggak boleh bergerak sedikit pun. Kenapa aku di sini? Sayaka bilang kita berkumpul di sini." Balas gadis itu sengit, tidak terima dengan nada bicara Trius.

Betapa herannya Rara ketika laki-laki itu malah duduk sambil menghela napas keras lalu memejamkan mata. Posisi itu bertahan hingga beberapa menit sampai Rara mengira Trius tertidur. Dia baru saja hendak mencolek bahu laki-laki dengan alis tebal di sampingnya ketika mata gelap itu mendadak terbuka.

"Sayaka bukan mantan pacarku, Rara. Aku menolak pernyataan cintanya ketika kami masih kuliah. Ada rumor kalau dia suka menjatuhkan perempuan yang terlihat suka padaku. Aku khawatir, dia merasa ada sesuatu pada kita, yang sudah pasti benar. Kamu jangan jauh-jauh lagi dariku. Ini bukan sekedar permintaan melainkan permohonan. Aku tidak akan tahan kalau ada sesuatu padamu."

Rara menatap manik gelap yang terlihat sedih lalu tersenyum. "Aku bisa menjaga diri sendiri, Demitrius Fujikawa. Lagipula ada keuntungan aku di sini. Laporan yang diminta Profesor Ezra dan Profesor Nikijima sudah selesai."

"Tapi ... terima kasih sudah khawatir. Aku bisa mengatasi Sayaka, tenang saja! Justru aku iri padamu. Dicintai begitu besar oleh seorang wanita," lanjut Rara.

"Kamu ... nggak cemburu?"

"Huh? Apakah harus?"

Trius hanya menatap pasrah, dia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menebak perasaan seorang gadis, terutama gadis yang ada di sampingnya ini. Rara tertawa melihat pandangannya. "Kenapa kamu begitu berbeda hari ini?"

"Entahlah .... Kamu membuatku gila, Ra. Aku tadi panik saat kamu nggak datang-datang. Sampai lupa kalau kamu membawa gawai," tawa Trius kecut sambil mengacak rambutnya.

Rara terpana melihat pemandangan indah di sampingnya. Sweater cokelat longgar yang dikenakan oleh Trius tidak bisa menutupi tubuh idealnya. Gadis itu menelan saliva, mencoba berpaling namun otak dan tubuhnya tidak sinkron.

"Kamu lihat apa? Kenapa muka kamu merah? Astaga, Rara! Kamu nggak demam, kan?" Seperti biasa Trius langsung menyentuh dahi Rara yang kembali menahan napas dengan mata terbelalak kaget.

*

Rara akan menahan napas sampai hari Selasa. 😂😂

Happy reading teman-teman. Selamat bermalam minggu di hari yang dingin ini. Tolong jangan baper sama Trius atau kepingin jambak Rara karena ke-telmi-annya. 😝😝😝

Salam sayang dari Kutub Selatan.
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro