19. I Think I Love You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pemukiman penduduk Chile ini adalah pemukiman terbesar di Kutub Selatan. Berada di King George Island, berisi sekitar 150 orang dan memiliki fasilitas cukup lengkap berupa rumah sakit, sekolah, gymnasium sampai pangkalan udara. Di musim dingin yang ekstrem biasanya mereka mengungsi ke Chile, namun jika suhu masih bisa di tolerir, mereka akan tetap tinggal.

Segera setelah sampai, dokter Edward langsung membawa Rara untuk mengecek semua kesehatannya dulu. Rumah sakit di sana memiliki perlengkapan yang lebih lengkap dibanding South Pole Station.

Mereka berkenalan dengan Anna, perempuan Chile yang menjadi dokter dan tinggal bersama dengan keluarganya. Dokter baik hati yang lebih suka dipanggil namanya ini memiliki dua orang putra dan sudah tinggal di Kutub Selatan selama lima tahun.

"Setidaknya di sini sepi dan karena jumlah penduduknya sedikit, kami jadi seperti keluarga besar," ucap Anna sambil tersenyum saat Rara menanyakan kenapa dia tinggal di sini.

"Kita akan mulai terapinya besok ya, Ra. Hari ini biar kalian beristirahat." Mereka akan tinggal dengan keluarga dokter Edward.

Rumah-rumah dengan dinding kayu berlapis ini cukup nyaman dan hangat. Dokter Anna bahkan menawari mereka untuk main di gym saat senggang. Mereka punya kelompok futsal dan tenis.

"Terima kasih, tapi aku akan mendampingi Rara selama terapi," ucap Trius dengan tawa kecil.

"Ah, kamu gadis yang beruntung, Ra." Dokter Anna tersenyum maklum melihat mereka sementara dokter Edward tidak bisa menahan tawanya.

"Ya, aku tahu." Jawaban Rara membuat Trius juga tersenyum.

Malam itu, aurora kembali turun begitu saja tanpa aba-aba. Terlihat pucat di langit yang terang namun tetap jelas. Rara memandang daerah yang masih asing itu dari kamarnya yang memiliki jendela kaca besar. Dia menoleh menatap Trius yang datang membawa dua gelas minuman hangat.

"Minumlah perlahan. Biar kupegangi gelasmu." Rara menganggukkan kepala dan minum perlahan. Kemudian mereka duduk berdampingan menatap aurora yang perlahan menghilang.

"Tempat ini sangat sepi," ujar Rara.

"Kutub Selatan memang sangat terpencil, Ra. Hanya peneliti yang tinggal di wilayah ini. Pemukiman ini pun terbentuk tanpa sengaja. Awalnya hanya peneliti dan Angkatan Udara Chile, lambat laun semakin berkembang karena kerabat dan keluarga mereka ikut."

Trius memandang keluar jendela. Pada putihnya salju dan es. Dia selalu menyukai ketenangan berada di Kutub Selatan, tempat yang mungkin paling dihindari manusia karena ekstrimnya cuaca. Tempat yang kemudian membuat gadis yang dicintainya sakit.

"Ah, aku lupa. Aku membawa ini. Tadi Anna memberikannya padaku." Trius mengeluarkan sebuah therapressure brush.

Laki-laki itu memangku tangan Rara lalu mulai menyikat tangan gadisnya. "Ini untuk terapi sensori perabaan kamu yang terganggu," jelasnya saat Rara menatap dengan bingung.

"Kamu tahu, Ra. Ada banyak anak yang mengalami hal sama denganmu bahkan sejak mereka lahir. Terkadang, ada yang mengalami beberapa gangguan sensori sekaligus. Mereka harus diterapi, beberapa bisa seumur hidup."

"Trius ...."

"Hmm?"

"Seandainya saja aku bisa merekam semua ucapan dan tindakanmu hari ini. Terima kasih sudah hadir di saat tersulitku."

Jika biasanya Trius yang menggoda Rara, kini keadaan berbalik. Gadis berambut hitam panjang dengan sweater abu-abu ini mencuri cium pada pipi Trius, menyebabkan laki-laki itu kaget.

"Jangan lakukan itu, Rara. Nanti aku tidak bisa menahan diri." Rara hanya tertawa membuat Trius gemas.

"Kalau kamu nanti kembali ke South Pole Station, jangan seperti ini ya. Jangan bersikap manis pada semua peneliti perempuan, atau aku akan cemburu," ujar Rara.

Trius memandang gadisnya dengan hangat. "Aku akan kembali hanya denganmu, Ra. Jangan khawatir. Lagipula di sana tidak ada perempuan."

Suara ketukan di pintu kamar membuat mereka menoleh. Anna memandang mereka dengan senyum di wajah, apalagi saat melihat Trius sedang menggosok tangan Rara. Dia melangkah masuk, melihat cara Trius menggosok dan memperbaiki caranya yang kurang tepat.

"Edward bilang, kamu akan terapi sementara di sini. Aku akan mengajarkan semua cara terapi yang kubisa pada Edward dan kamu, Trius. Kalian akan melanjutkan terapi itu di South Pole Station. Mungkin kalian akan ada di sini sekitar dua minggu saja. Ini memang belum pemeriksaan resmi, tapi dari apa yang kulihat, gangguan sensori Rara tidak begitu parah. Nah, sekarang ... bagaimana kalau kita makan malam dulu?"

Rara mencoba untuk berdiri lalu limbung karena kakinya tidak bisa merasakan pijakan pada tanah. Trius menangkap pinggang gadis itu tepat pada waktunya. Wajah Rara memerah saat mengucapkan terima kasih, namun Trius tidak melepaskan pelukannya. Dia separuh memapah Rara berjalan supaya gadis itu tidak terjatuh.

Dokter Edward sudah duduk di meja makan dan ketika melihat mereka datang, dia langsung berdiri untuk membantu. Anna mengenalkan mereka pada keluarga kecilnya. Kedua putranya tersenyum malu-malu.

"Aku pernah mengalami hal seperti kakak waktu pertama kali datang ke sini. Mamma memberiku terapi. Sekarang tangan ini sudah tidak sering kebas lagi."

Rara mengangguk dengan harapan besar. Dia yang terbiasa mandiri, agak risih ketika kini menggantungkan hidup pada bantuan orang lain. Dia tidak bisa membuka bajunya sendiri, mandi atau hal-hal lain. Bahkan untuk makan pun dia harus konsentrasi penuh karena pegangannya pada sendok seringkali terlepas.

Trius menatap gadis yang terlihat frustasi itu. Tidak ingin menambah beban Rara, dia tidak serta merta membantu. Rara pasti sedih karena kemandiriannya terusik. Dia berusaha membantu dengan cara yang wajar. Seperti ketika gadis itu berusaha memotong dagingnya, Trius langsung menukar piring mereka.

"Aku lupa memotongnya terlalu kecil karena asyik mengobrol. Aku tidak suka potongan kecil. Tukar ya, Ra?" Kali ini Rara tidak bisa menatap laki-laki di sampingnya tanpa perasaan lagi.

"Jangan lihat aku seperti itu, Ra," bisik Trius saat yang lain mengobrol.

"Kenapa?"

"Nanti kamu tambah jatuh cinta sama aku," sahut Trius kalem. Tawa Rara tiba-tiba meletus. Kalau saja dia bisa, ingin rasanya mencubit laki-laki tampan yang kelebihan percaya diri itu. Dia tersadar ketika perhatian semua orang sekarang terarah padanya.

"Eh? Maaf itu ... tadi Trius bikin joke."

"Apa itu?" tanya Anna antusias sementara Trius membelalakkan matanya. Tidak mungkin kan dia mengulang ucapannya untuk Rara di depan semua orang?

"Terus aja kamu ketawa," gerutu laki-laki itu saat memapah Rara kembali ke kamar.

"Hey, aku sudah dua hari tidak tertawa."

"Ya ya. Sesukamu, Elsa." Mereka sampai di kamar Rara.

Trius membantu Rara melepas sepatunya dan memasang kaus kaki tambahan. Kemudian dia menyelimuti tubuh Rara, mengecup dahinya dan mengucapkan selamat malam. Sebelum dia keluar dari kamar itu, ditolehkannya kepala menatap gadis yang ternyata sedang melihat keluar jendela.

"Kamu mau aku menutup jendelanya?"

"Baiklah."

"Ada lagi yang anda butuhkan, Nona?" tanya Trius setelah menutup tirai jendela. Cahaya di dalam kamar sekarang menjadi remang-remang. Terdengar tawa pelan dari bibir Rara.

"Sudah tidak ada. Kamu boleh pergi."

Trius malah menghampiri gadis yang masih tertawa itu. "Kupikir, aku akan mendapat ucapan terima kasih."

"Jadi kamu ini pamrih, Olaf?"

"Tentu tidak," tawa Trius sambil duduk di tepi tempat tidur Rara.

"Aku hanya ingin bertanya, ucapanmu sebelum pingsan kemarin, apakah itu benar, Ra?" Rara menatap wajah tampan dengan raut tenang namun penuh harap.

"Menurutmu?"

"Menurutku itu sudah pasti benar."

"Lalu kenapa kamu tanyakan lagi, Olaf?"

"Karena aku ingin mendengar sekali lagi saat kamu tidak mau pingsan."

Jeda sesaat, lalu terdengar suara lembut Rara, "I'm falling in love with you, Trius."

Samar Rara teringat lagu Byul, salah satu penyanyi kesukaannya dari Korea. Sebuah lagu manis tentang cinta.

I think i love you, keuron-gabawyo
Cause i miss you, keudae-man eopseumyeon
Nan amugeotdo mo-thago
jakku saeng-gang-nago ireon-geon bomyeon amu-rae-do
I’m falling for you

(Aku pikir aku mencintaimu, mungkin seperti itu
Karena aku merindukanmu, jika tak ada dirimu
Aku tak dapat melakukan apapun
Aku terus menerus memikirkannya
Apapun itu saat aku melihat hal ini
Aku merasa aku jatuh cinta padamu)

- I Think I Love You, Byul

❄❄❄

Halo semuaaaa. Ini update kedua untuk hari ini.

Menemani part ini, ada lagu kesayanganku yang manissss banget liriknya.

Selamat menikmati.

Salam sayang dari Kutub Selatan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro