2. Colder

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rara menggeliat dan membuka matanya perlahan-lahan. Dia melirik jam digital yang dikenakannya dan mengecek suhu dalam ruangan. Setelah memutuskan untuk memakai tambahan long cardigan di atas sweater-nya, gadis itu keluar dari kamar yang ditempatinya bersama Elaine.

Profesor Ezra sedang duduk di kursi meja makan panjang sambil mengecek tabletnya. Rara tahu, benda tipis itu menyimpan ratusan data penting penelitian. Dihampirinya laki-laki setengah baya yang mengenakan kacamata bulat dengan frame hitam itu.

"Selamat pagi, Prof," ucap gadis cantik yang sekarang tersenyum lebar itu sambil mengambil tempat di seberang atasannya.

"Pagi, Ra," sahut Profesor Ezra sambil mengangkat wajah dan tersenyum.

"Jadi, apa yang membuat Profesor sibuk sepanjang pagi?"

Profesor mengangkat tabletnya lalu tertawa. "Data pencairan es terakhir yang kudapat sebelum berangkat ke sini. Coba Ra, perhatikan ini." Rara memajukan badannya untuk melihat data-data yang sedang dipelajari Profesor.

Sejauh yang Rara ketahui, Antartika kehilangan esnya enam kali lebih besar dibandingkan dengan 40 tahun lalu. Pencairan es Antartika ini sebagian besar terkait dengan perubahan iklim antropogenik dan telah menyebabkan permukaan laut secara global naik lebih dari setengah inchi sejak tahun 1979. Sedangkan dari tahun 2009 sampai 2017, pencairan es di Antartika mencapai 252 gigaton.

"Bayangkan, Ra! Jika ada virus atau bakteri jutaan ribu tahun yang selama ini membeku dan tidak aktif kemudian ikut mencair bersama dengan es, maka kita akan berhadapan dengan virus dan bakteri kuno."

"Itu ... akan sangat buruk sekali, Prof," gumam Rara.

Dia kembali membaca data yang sebenarnya juga sudah dikirimkan atasannya sebelum mereka berangkat ke South Pole Station ini. Agustus 2016, di sudut terpencil tundra Siberia, Semenanjung Yamal di lingkaran Arktik, seorang anak laki-laki meninggal dan setidaknya dua puluh orang dirawat di rumah sakit setelah terinfeksi antraks.

Teori yang berhasil ditemukan saat itu adalah, lebih dari 75 tahun yang lalu, seekor rusa kutub yang terinfeksi antraks meninggal dan bangkai bekunya terjebak di bawah permafrost. Di sanalah dia bertahan sampai gelombang panas datang di musim panas 2016 dan mencairkan lapisan es, mengekspos jenazah rusa tersebut, melepaskan antraks ke dalam air dan tanah di dekatnya lalu masuk ke dalam persediaan makanan. Lebih dari 2.000 rusa penggembalaan di sekitarnya terkena penyakit tersebut dan akhirnya menyebabkan sejumlah kecil kasus manusia. Meskipun itu terjadi di bagian Utara, bukan tidak mungkin juga terjadi di Selatan bukan? Mengingat kecepatan pencairan es di Selatan, bayangkan jika dampaknya malah membuka jalan virus atau bakteri purba yang selama ini tertidur, kembali ke dunia?

"Kamu tahu kenapa terpilih, Ra?" Tiba-tiba saja Profesor Ezra mengajukan pertanyaan. Gadis yang sedang tenggelam dalam bacaan itu mengangkat wajah lalu menggelengkan kepala.

"Kamu bukan hanya rapi dalam administrasi, tapi juga memiliki jiwa sosial yang tinggi dan juga berani." Rara tertawa malu-malu, teringat ucapannya saat di wawancara sebelum akhirnya dia mendapatkan pekerjaan ini.

"Morning, Prof." Suara bariton itu meremangkan bulu kuduk gadis yang kini duduk dengan gelisah.

"Morning, Trius." Profesor Ezra tersenyum dan memandang laki-laki dengan rambut berantakan itu duduk santai di samping Rara. Dia sudah menggenggam mug berisi kopi panas.

"So, Elsa, what do you learn today?" Pertanyaan itu terasa aneh. Mungkin Trius melirik tablet yang sedang dipegang oleh Rara.

"None of your business, Olaf."

Trius hanya memandang tajam lalu mengangkat bahunya dan menyeruput kopi. Dia kemudian terlibat dengan pembicaraan serius dengan Profesor Ezra. Rara bangkit berdiri, lebih baik dia membantuk chef Mikail untuk menyiapkan sarapan daripada duduk bersebelahan dengan snowman berambut gelap berantakan itu.

"Hai, Ra." Senyum lebar chef menyambut langkah Rara.

"Hai, Mika." Gadis itu mengambil alih sebagian pekerjaan Mikail.

"Kenapa pagi-pagi kamu udah cemberut?"

Rara hanya mendengkus dan balik bertanya, "Kamu mau membuat sup ayam?"

Mika tertawa. Dia laki-laki menyenangkan di usia awal 40 tahun. Senyum selalu menghiasi wajah oval dengan rambut pendek itu. Mika masuk rombongan mereka di saat-saat terakhir. Profesor Nikijima adalah salah satu sahabat Mika yang memintanya untuk ikut bersama mereka.

"Kupikir pasti menyenangkan makan sesuatu yang hangat sebelum kalian keluar ke daerah liar dengan suhu dibawah 0 derajat." Rara ikut tertawa mendengar ucapannya.

Saat pertemuan awal dengan tim di Tasmania beberapa minggu lalu, ada salah satu topik yang dibahas, terutama untuk pendatang baru seperti Rara. Salah satu syarat untuk siap pergi keluar dari station adalah perut kami harus terisi penuh. Rara pikir, itu suatu hal yang sangat bijaksana. Setidaknya dia tidak masuk angin.

Mereka menyiapkan sarapan sambil bergurau dan tertawa. Setelah semuanya siap, Rara menating mangkuk-mangkuk sup dan membawanya ke ruang makan sementara Mika membawa panci sup.

Sehabis sarapan, gadis itu kembali lagi ke kamar bersama Elaine untuk bersiap-siap. Mereka mengenakan sweater, satu jaket tebal dan satu jaket luaran dengan tudung yang dilengkapi bulu imitasi untuk menjaga kehangatan. Sarung tangan kulit yang digunakan di atas sarung tangan wol juga digunakan untuk menjaga agar tangan tidak membeku.

Untuk pengambilan sampel pertama, hanya ada tujuh orang yang akan keluar. Selain Rara dan Profesor Ezra, Elaine juga akan keluar. Rara baru tahu kalau Trius akan ikut bersama tim kecil mereka ketika bersiap di pintu keluar.

Laki-laki itu mengenakan jaket tebal berwarna cokelat tua lengkap dengan penutup mulut dan google untuk melindungi mata. "Dua perempuan," gumamnya pelan saat melangkah melewati Rara, membuat gadis itu mendelik kesal. Hal yang tentu saja tidak akan terlihat karena dia sudah menurunkan google­-nya sendiri.

Mereka keluar dan langsung disambut oleh suhu minus 28 derajat. Suhu tertinggi di bulan Desember ini. Kawasan Antartika sebenarnya berupa gurun. Namun jangan bayangkan bentuk gurun ini seperti yang ada di Afrika atau tempat-tempat kering lainnya. Di Antartika, gurun adalah padang es kering dingin.

Tugas pertama adalah mengumpulkan sampel es beku di Selatan Station. Sampel ini akan diteliti oleh Elaine untuk mengecek kecepatan pencairan es sekaligus di cek apakah memiliki virus atau bakteri yang tertidur.

Angin tidak bertiup kencang. Sejauh yang Rara pelajari, angin adalah satu hal penyebab kerusakan di daerah ini. Benua Antartika adalah tempat paling mengerikan yang ada di dunia karena iklim yang mematikan. Itu sebabnya setiap peneliti tetap mendapatkan pelatihan tentang glasiologi.

Selain angin, udara dingin adalah hal yang juga mematikan di Antartika. Bayangkan saja kalau air dibuang ke udara begitu saja, maka dia akan jatuh sebagai es beku yang sempurna. Rara mendampingi Profesor Ezra sambil mengingat-ingat apa saja yang harus dituangkannya dalam catatan sekembalinya mereka di station.

"Jadi apa kamu sudah membeku, Elsa?" Bola mata Rara berputar di balik google yang dikenakannya untuk menghalau angin dingin membekukan mata. Memilih untuk pura-pura tidak mendengar, gadis itu berjongkok di samping Profesor Ezra dan mengeluarkan kotak untuk menyimpan sampel es sementara atasannya itu menggali cukup dalam dengan peralatan yang mereka bawa. Dia tidak sadar Trius terus bicara padanya.

Berbeda dengan es biasa, es di Antartika terbentuk dari salju padat. Itu sebabnya sejumlah besar gelembung udara terjebak dalamnya. Gelembung tersebut pada intinya adalah kantung udara yang terkompresi bersama dengan salju. Menganalisis es yang diambil dari kedalaman yang jauh akan memberi pengetahuan mengenai kandungan di dalamnya berjuta-juta tahun lalu.

"Sekarang kamu pura-pura tidak mendengarku, huh?" Trius mendengkus kesal lalu menarik lengan Rara.

Gadis itu terbelalak kaget dengan perlakuan Trius yang dianggapnya sangat kasar. Namun mereka sedang di tengah-tengah tim dan Rara tidak ingin merusak suasana dengan kebenciannya pada laki-laki di hadapannya ini.

"Kenapa? Apa ada yang kamu perlukan?"

"Kamu tidak mendengarkanku?"

"Mendengar apa?" Rara balas bertanya. Trius mendengkus kesal dan menurunkan penutup mulutnya.

"Aku butuh kompartemen kecil untuk sampel," ujarnya terburu-buru lalu langsung menaikkan penutup mulut lagi.

Rara memberikan benda yang dibutuhkan oleh Trius lalu langsung kembali memusatkan perhatian pada apa yang dikerjakan oleh atasannya. Sementara itu, laki-laki yang mengganggunya itu berjalan menjauh.

"Seharusnya kalian berteman baik, bukan berdebat terus menerus," ucap Profesor Ezra samar. Rara kembali memutar bola mata. Dia akan berteman dengan snowman menyebalkan itu kalau dunia hampir punah. Pastinya hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini, kan?

*Permafrost: Lapisan es
*Glasiologi: Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisika dan kimia dari es dan salju, pembentukan formasi, pergerakan dan juga evolusinya. Studi tentang glasiologi juga mencakup aspek ilmu lain seperti geofisika, geologi, geografi fisik, geomorfologi, klimatologi, meteorologi, hidrologi, biologi dan ekologi

*

Baiklah ... aku nggak bermaksud bikin tulisan ini jadi sci-fi, tapi kok gini ya? Hahahaha. 😅😅😅

Bytheway ... ada masalah apa sih Rara sama Trius sebelumnya di Tasmania sampai mereka saling sebel-sebelan macam anak SMU? Hemm ... ada yang bisa nebak?

Bicara soal Rara, aku sempat kesulitan cari tokoh yang ada dalam bayangan. Jadi ... inilah dia cast yang paling mendekati.

Nah, jatah Ayas hari ini buat update udah habis. Nantikan hari Sabtu yaaaa. Mudah-mudahan bisa publish 2 part. 😉😉😉

Salam Aurora,
Ayas

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro