22. Mad at You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Trius melangkah ke arah rumah sakit sambil menggeram kesal. Dia tidak suka dengan suasana ini. Bagaimana mungkin orang itu datang tiba-tiba ke sini? Dia mengambil ponsel, langsung menekan nomor Rawi. Nihil. Sahabat Rara itu pasti mematikan ponselnya.

Anna sedang berbicara dengan rekan-rekannya ketika Trius masuk, tersenyum basa-basi pada staf di sana dan langsung berjalan menuju Anna. Perempuan itu melihat laki-laki berambut berantakan yang berjalan ke arahnya terlihat suram.

"Hai, Trius!"

"Oh, hai, Anna. Aku mencari dokter Edward."

"Ed sedang menjemput anakku di gym."

Merutuk kesal karena lupa pada ucapan dokter Edward saat dia baru datang, Trius menggumamkan terima kasih lalu berbalik menuju gymnasium. Dia memilih untuk berjalan kaki karena ingin meredakan darahnya yang mendidih.

Tadi, setelah orang itu mengenalkan diri sebagai tunangan Rara, dia merasakan jantungnya berhenti berdetak. Bukankah Rara bilang kalau dia tidak menerima pertunangan itu? Lalu kenapa orang itu datang ke sini?

"Hei, Trius! Kenapa kamu kemari?" Dokter Edward sedang membantu mengikat tali para pemain sepakbola kecil.

"Hanya mau melihat-lihat." Perhatian Trius teralihkan saat menatap sekitarnya. Gymnasium ini berukuran sangat besar dan bisa menampung seluruh warga di dalamnya. Memiliki pemanas dengan daya besar, orang-orang bisa melepaskan mantel atau baju hangat di dalam sini dan hanya mengenakan baju olahraga.

Dia melepaskan mantel besar lalu menaruhnya di gantungan mantel dan menggulung lengan sweater putihnya. Kemudian dia berdiri dengan canggung ketika anak-anak yang akan bermain tersenyum padanya.

Dokter Edward selesai mengikat tali sepatu, dia berdiri lalu menghampiri Trius yang masih berdiri salah tingkah. "Jadi, kamu sudah bertemu dengan Rara?"

Pertanyaan itu dijawab dengan gelengan kepala. Dokter Edward mengangkat sebelah alisnya karena heran. Tidak biasanya Trius bertingkah seperti ini, setidaknya dalam minggu-minggu terakhir setelah dia dekat dengan Rara. Dibiarkannya Trius duduk di tribun, seolah memandang pertandingan futsal, namun sebenarnya dia melamun.

Tadi setelah menyambut uluran tangan orang yang mengaku sebagai Andra, Trius langsung menggumam ingin ke kamarnya untuk menaruh tas. Dia sempat duduk sejenak di tepi tempat tidur lalu memutuskan untuk menemui dokter Edward. Sebenarnya itu hanya alasan untuk menjauh sejenak dari Rara. Untuk menguraikan rasa marah yang tiba-tiba timbul.

"Memangnya dia siapa?" Tiba-tiba saja dokter Edward bertanya.

"Tunangan Rara." Jawab Trius.

"Rara punya tunangan? Tapi bukankah dia masih single?"

"Pertunangan yang diatur oleh keluarga." Trius menghela napas. Mendadak, dia merasa lelah. Tidak ingin pembicaraan tentang tunangan Rara berlanjut, Trius mengalihkan pembicaraan pada pekerjaan mereka di South Pole Station. Meski begitu rasanya ada lubang besar yang membuatnya tenggelam perlahan.

Seorang anak laki-laki menghampiri mereka. Pertandingan sudah selesai dan sudah waktunya untuk pulang. Mereka memakai mantel panjang lalu kembali pada dinginnya udara Kutub Selatan, melawan angin untuk sampai ke rumah.

Rasanya Trius agak segan untuk kembali ke rumah. Dia berjalan seperti anak laki-laki yang patah hati. Anna sudah pulang dan sedang mengobrol bersama Rara dan Andra. Sebenarnya dia ingin langsung pergi ke kamar, tapi Rara berseru memanggilnya.

"Kamu sudah kenal, ini ...."

"Ya. Tadi kami sudah berkenalan."

"Kapan?"

"Waktu baru datang."

Trius memandang wajah Rara yang lalu terlihat kesal. Gadis itu langsung cemberut dan tampak kecewa. Dengan bingung Trius memandang gadisnya. Bukankah seharusnya dia yang marah saat ini?

Daripada harus melihat Rara dan tunangannya, Trius memilih untuk berdiam di kamar sore itu. Dia membuat laporan dan mempersiapkan konstruksi tahap kedua. Profesor Ezra juga bilang kalau percobaan pengembangan bakteri purba yang mereka temukan sudah berjalan. Saat ini dilakukan pengetesan antibiotika mana yang cocok untuk mengurangi bahkan menghilangkan dampak negatif bakteri purba.

"Kamu sibuk?" Trius melirik gadis yang baru saja mengetuk pintu kamarnya dan langsung masuk tanpa menunggu jawaban. Dia menimbang-nimbang apakah akan bersikap biasa atau dingin. Sebenarnya dia juga penasaran dengan kondisi Rara, apalagi tadi dokter Edward bilang perkembangannya tidak secepat yang mereka duga.

"Ya, aku harus membuat laporan dan persiapan konstruksi tahap kedua. Bagaimana terapimu?"

"Tangan kiriku sudah lebih baik. Aku sekarang bisa mengetik dan makan dengan lancar menggunakan tangan kiri. Hanya saja tangan kananku masih mati rasa. Kalau kaki, kakiku sudah tidak ada masalah. Aku bahkan pernah ke toko dengan Anna untuk berbelanja kebutuhan di rumah." Mata Rara bersinar-sinar saat menatap Trius dan itu membuatnya merasa serba salah.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Rara saat menyadari tidak ada perubahan sikap.

"Ya, aku baik-baik saja. Senang mendengarmu senang di sini." Kemudian sunyi. Trius rasanya ingin menonjok dirinya sendiri karena mengatakan hal-hal yang konyol.

"Yah, kalau kamu sibuk. Aku akan keluar. Bye, Trius."

Trius ingin menahan gadisnya pergi, namun badannya menolak untuk bergerak. Dia terpaku memandang Rara yang menghilang dari ambang pintu. Menghela napas berat, laki-laki itu duduk di pinggir tempat tidur, mengacak rambut dan kembali mengambil laptop. Sekalian saja dia bekerja sepanjang malam supaya tidak sibuk memikirkan Rara. Sejenak dia tenggelam dalam pekerjaan sampai Anna mengetuk pintu kamarnya dan mengajak makan malam.

Udara segar pinus khas rumah Anna bercampur dengan harum masakan. Anna membuat Cazuela, sup daging dan sayur ala Chile. Sup berisi daging ayam, wortel, kentang, jagung dan labu ini direbus dalam air kaldu dengan bawang putih, oregano dan paprika. Sepanjang makan malam Anna bercerita kalau masakan ini biasa dimasak para ibu di Chile untuk menangkal udara dingin.

Setelah Cazuela, Anna menghidangkan Sopaipilla. Hidangan ini biasanya dimakan saat musim dingin. Kata Anna, berhubung di pemukiman ini setiap hari bagaikan musim dingin, jadi sah-sah saja memasak Sopaipilla di musim panas Kutub Selatan. Berbahan dasar labu dan digoreng, Anna membuat hidangan ini dalam dua rasa; pedas dan manis. Trius menyukai hidangan ini, baik manis maupun pedas. Dia suka memakan Sopaipilla pedas dengan saus pebre dan Sopaipilla manis dengan chancaca.

Trius berdiri seusai makan malam. Dia tahu harus bergerak cepat sebelum Rara mendahuluinya. Meskipun sakit, Trius tahu gadisnya pasti akan sebisa mungkin membantu tuan rumah. Dia tidak ingin tangan Rara sakit, itu sebabnya dia segera membantu Anna membereskan meja.

"Apa yang terjadi denganmu dan Rara, Trius? Kenapa kalian begitu dingin?" tanya Anna ketika mereka sedang berdua di dapur.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu. Aku senang melihatnya lagi, tapi laki-laki di sampingnya itu membuatku kehilangan akal sehat. Jadi aku memutuskan untuk diam daripada bicara hal-hal bodoh dan konyol." Trius heran ketika melihat Anna tertawa.

"Jadi kamu cemburu?"

Pertanyaan itu membuat Trius tertegun. Benarkah dia cemburu pada Andra? Seharusnya ya. Namun perasaannya lebih pada ... marah. Dia marah saat menghadapi tunangan Rara tanpa persiapan, juga marah pada perasaan tidak berdaya bahwa meskipun mencintai gadisnya sepenuh hati, itu bukan berarti Rara menjadi miliknya.

Sambil merenungkan ucapan Anna, Trius mencuci piring lalu membereskan meja. Semua itu dilakukannya nyaris tanpa berpikir, bahkan dia tidak menyadari semua sudah rapi ketika seseorang menepuk bahunya.

"Itu sudah kamu lap ketiga kalinya. Katakan padaku, Trius, kenapa sikapmu begitu aneh? Ini seperti menghadapimu ketika kita pertama kali bertemu." Rara bersidekap. Rambut hitam panjangnya dijalin satu, menampakkan leher putih yang sepertinya enak untuk dicium. Trius memejamkan mata, apa sih yang dia pikirkan saat ini?

"Tidak ada apa-apa."

"Kalau tidak apa-apa, kenapa kamu tidak bersikap seperti Trius yang kukenal? Lagipula kenapa kamu begitu dingin pada kakakku?"

"Aku belum bertemu kakakmu!" Kali ini Rara memandangnya seperti memandang orang gila. Gadis itu membuka mulutnya lalu mengatupkannya kembali.

"Kamu gila, ya?"

"Apa sih maksud kamu?"

"Kalau kamu tidak bertemu kakakku, lalu siapa yang kamu lihat duduk di sampingku selama makan malam? Coba katakan padaku. Siapa yang kamu lihat?"

"Itu kan tunanganmu, Ra!"

Rara langsung terdiam. Dia menatap Trius dengan tatapan yang aneh lalu gadis itu menutup matanya. Sekarang giliran Trius yang heran dengan kelakuan Rara. Kenapa sih dia aneh malam ini?

Saus Pebre: saus yang terbuat dari campuran ketumbar, tomat dan cabai habanero

Chancaca: sirup manis dengan citarasa cinnamon dan jeruk

Yeaaaayyy update kedua hari ini.
Masih mau lagiiiii?

Jangan lupa voment ya.

Salam sayang dari Trius (eh) 😁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro