17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"PEJE WOI PEJE!" Suara Kirishima menggema seisi kelas. [Y/N] yang berdiri di belakang Shouto hanya tersenyum malu-malu saat ditanyai macam-macam oleh teman sekelasnya.

"Peje?" Shouto mengerutkan dahi.

"Iya, PJ." Kirishima nyengir, "Pajak Janda."

Shouto mendecih, "Goblok."

"Baiklah," suara Aizawa-sensei membubarkan kerumunan murid yang sejak tadi mengganggu Shouto dan [Y/N]. "Hari ini kalian akan ada praktek."

Suara riuh kembali mengisi, hingga akhirnya Aizawa-sensei menjelaskan seluk-beluk praktek kali ini secara detail; murid akan dibagi kelompok dan masing-masing kelompok akan melawan salah satu guru. 

Satu persatu kelompok mulai dibagikan, terdiri atas dua orang; yang kebanyakan satu laki-laki dan satu perempuan.

"Todoroki dan Yaoyo-"

"Sensei," Shouto menyela.

"Kenapa?"

Shouto diam-diam menggenggam tangan [Y/N] yang berdiri di sebelahnya, merasakan gerak-gerik gadis itu yang sejak awal terlihat gelisah. "Bisakah aku satu kelompok dengan [F/N]?"

Aizawa-sensei mengangkat alis seraya menjawab, "Aku sudah dengar perihal itu. Jangan bawa urusan pribadi kesi-"

"Hitoshi menitipkan [F/N] padaku. Seperti yang kau tahu, dia baru saja keluar dari rumah sakit."

Aizawa-sensei menghela nafas, "Baiklah. Todoroki dan Shinso satu kelompok. Kalau begitu berarti Yaoyorozu dan Mineta adalah kelompok terakhir."

[Y/N] memejamkan mata erat seraya tersenyum sementara Mineta sujud syukur dibelakangnya.

Shouto terkekeh, "Keputusanku tepat."

Wajah [Y/N] memerah ketika mendengar kekehan Shouto dan suaranya yang berat tepat disamping telinganya, "Terima Kasih."

Shouto mengangguk, kembali dengan wajah datarnya.

Sementara pasangan pertama -yang tak lain tak bukan adalah Bakugou dan Midoriya- mulai masuk arena, para murid yang menunggu giliran masuk ke ruang pengawasan. Ada recovery girl yang ikut memantau.

"Shouto..."

"Hm?"

[Y/N] perlahan mengangkat tangannya yang masih digenggam, "B-bisakah kau lepaskan ini?"

Dahi Shouto mengerut, "Memangnya kenapa?"

[Y/N] menggeleng pelan, "Tidak apa-apa sih. Tapi-"

"Kalau begitu tidak usah." Jawab Shouto final, wajahnya terfokus ke layar pemantau tanpa menghiraukan helaan nafas [Y/N].

'Tapi aku malu,' [Y/N] membatin.

Pertandingan pertama hingga ketiga berjalan lancar, meskipun tim Bakugou dan Midoriya memakan waktu agak lama.

Pertandingan keempat akan segera dimulai, yaitu tim Shouto dan [F/N] melawan Aizawa-sensei.

Aizawa-sensei, Shouto dan [F/N] sudah memasuki arena, yang tak lain adalah salah satu perumahan kosong. Shouto dan [F/N] masih bersembunyi dan menyusun rencana sementara keberadaan Aizawa-sensei belum diketahui.

Shouto menghela nafas, "Aku tidak ingin kau terluka. Jadi-"

"Jadi kau akan menyuruhku untuk diam dan mengikutimu dari belakang sementara kau melawan Aizawa-sensei sendirian?"

"Begitulah," Shouto mengangguk. "Kau punya ide lain?"

[Y/N] mengerang pelan, kedua tangannya menagkup pipi Shouto dan memaksa laki-laki itu menatapnya seorang. "Saat aku bilang ingin bersekolah di U.A, itu berarti aku juga ingin menjadi pahlawan."

Shouto tersenyum tipis, "Bukannya hanya ingin bertemu denganku lebih sering?"

Gadis itu mendecak, kedua tangannya yang semula hanya menempel kini mencubit pipi Shouto pelan, "Aku serius!"

Shouto meringis, "Oke-oke, lanjutkan."

"Aku ingin menjadi pahlawan, karena aku ingin membantu orang lain. Aku ingin membuat diriku berguna."

Shouto tersenyum tipis, "Baiklah."

"Hei, pasangan suami istri baru. Kalian sembunyi dimana? Dasar merepotkan." Suara Aizawa-sensei terdengar sangat dekat, [Y/N] melotot sementara Shouto membuat gestur agar tidak berisik.

"Bekukan dia saat semuanya gelap." [Y/N] berbisik, Shouto mengangguk.

"Tunggu, apa yang-"

"Disini kalian rupanya."

xxxxxx

Tembus 500+ words jadi ku cut sja hehe:"
Absurd iya q gak jago bikin adegan ginian hiks
Next chap soon! See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro