20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan-sungkan." Seorang perempuan yang terlihat lebih tua dari Shouto tersenyum manis, [Y/N] membalas dengan anggukan gugup.

"Mau kemana?" Tangan Shouto digenggam pelan saat laki-laki itu berdiri, [Y/N] menatap dengan tatapan jangan-pergi-aku-malu yang biasa ia gunakan disaat-saat genting seperti ini.

Shouto yang pada dasarnya kurang peka hanya berkedip, "Mandi."

[Y/N] menatap dengan tatapan memelas.

Kedua alis Shouto terangkat, "Oh. Kau mau ikut?"

Sontak tangan Shouto dilempar pelan, "T-tidak kok! Hanya bertanya s-saja."

Shouto tersenyum tipis seraya mengangguk, Fuyumi yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik kedua orang di hadapannya hanya membulatkan mata kaget. Adik laki-lakinya yang tersenyum adalah hal yang amat langka, terlebih setelah sang ibu mendiami rumah sakit.

[Y/N] menatap malu-malu, "M-maaf merepotkan, a-ano... "

"Fuyu-nee," Fuyumi tersenyum. "Panggil Fuyu-nee saja."

"Baiklah, Fuyu-nee." [Y/N] mulai berani tersenyum.

"Kau sudah lama mengenal Shouto, eh... ?"

"[F/N] Shinso." [Y/N] tersenyum tipis, "Hampir satu tahun, pertama kali kami bertemu di rumah sakit."

[Y/N] mulai berkeringat dingin, oke. Aku mulai di introgasi keluarga pacar. Agak horror.

Fuyumi mengerutkan dahi, "Rumah sakit?"

"Iya," [Y/N] menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "Ceritanya sangat panjang, yang pasti aku juga sudah mengenal okaa-san-- err maksudku ibu Todoroki."

Fuyumi terkekeh pelan, "Kalau begitu sudah dekat dong, ya?"

[Y/N] mulai tertawa aneh, "H-hah? Maksud Fuyu-nee apa? A-aku sama sekali tidak mengerti."

Fuyumi tertawa lepas, "Tidak usah gugup begitu. Aku justru senang Shouto mulai terbuka dengan dunia luar, terlebih seorang gadis."

Senyum aneh [Y/N] makin melebar, sebelum Shouto yang tahu-tahu ada disampingnya ikut menimpali.

"Dia pacarku."

Jreng.

[Y/N] mulai tertawa-tawa tidak jelas seraya menepuk-nepuk tangan Shouto yang ada disampingnya, mata gadis itu melotot memberikan kode agar tidak terlalu membahas perihal hubungan mereka.

"Oh?" Kedua alis Fuyumi terangkat, ekspresinya kian gembira dengan tatapan tidak percaya. "Ya ampun! Tak kusangka kau pintar memilih gadis!"

[Y/N] lagi-lagi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "A-ano... bolehkah aku meminjam pakaian, Fuyu-nee?"

Perhatian berhasil teralihkan, kedua mata Fuyumi tampak berputar pertanda mengingat-ngingat suatu hal. "Ah, maaf sekali [F/N]-chan. Seluruh pakaianku sedang di-laundry hari ini. Pinjam punya Shouto saja, ya?"

[Y/N] mengerjap, tidak tahu harus menjawab apa. Shouto yang sedari tadi berdiri tiba-tiba menimpali, "Bukannya sudah selesai kemarin?"

[Y/N] menatap Shouto saat Fuyumi memelototi laki-laki itu seraya menggumam tidak jelas. "Ah, tidak. Kau lupa jadwal, ya? Belum selesai sampai minggu depan." Fuyumi menimpali.

[Y/N] mengumpat dalam hati, anzing.

"Pakai punyaku saja, tidak masalah 'kan?" Shouto mengacak rambut [Y/N] pelan, gadis itu mengangguk dengan mata terpejam.

"Ayo, aku antar."

"Kakimu terkilir?" Fuyumi memperhatikan [Y/N] yang berjalan dibantu Shouto, gadis itu mengangguk pelan. "Aku kurang berhati-hati saat praktek tadi."

Fuyumi hanya mengangguk mengiyakan.

Shouto dan [Y/N] berhenti tepat di depan tangga, "Aku lupa." Shouto mengerjap.

"Kamarku terletak di lantai dua."

[Y/N] menyenderkan kepalanya ke bahu tegap Shouto, "Lalu bagaimanaaa," katanya dengan nada suara malas.

Shouto tampak menimang-nimang. Tak lama kemudian badan [Y/N] terasa ringan, kakinya tak menyentuh lantai dan kepalanya menempel di dada Shouto yang hangat.

"H-hei!"

"Biar cepat."

[Y/N] mengubur wajahnya di dada Shouto saat tawa keras Fuyumi menggema seisi rumah, "Aku malu." Gumamnya pelan. Shouto pura-pura tidak mendengengar, [Y/N] yang bersembunyi di dadanya memberikan Shouto akses bebas untuk tersenyum selebar-lebarnya. Tanpa harus ada yang melihat, seorang Todoroki Shouto kini terlihat lebih berwarna.

xxxxxx

"Sudah selesai?" Shouto mengintip dari ambang pintu saat [Y/N] meneriakan kata masuk beberapa saat yang lalu. [Y/N] mengangguk. "Terima kasih."

Shouto tidak menggubris, pandangannya menelisik badan [Y/N] lekat-lekat. Gadis itu tengah duduk di ranjang miliknya dengan kaos kebesaran dan celana training pendek yang hanya menutupi sebagian paha, [Y/N] tiba-tiba melempar bantal yang ada di sampingnya.

"Sedang memikirkan apa?" Tanya [Y/N] sesaat setelah Shouto menghindar dari lemparan bantal yang ia luncurkan.

Shouto menatap mata [Y/N], "Kau cantik."

[Y/N] mencebikan bibirnya, "Tidak mempan."

Shouto mendengus, bantal yang tergeletak dilantai diambil lalu dilempar balik pada [Y/N]. "Sialan kau."

"Kau yang sialan!" [Y/N] melemparkan kembali bantal yang sempat mengenai wajahnya tersebut.

Tepat sasaran, bantal itu mengenai wajah Shouto. Ekspresi laki-laki itu mengeras, alisnya ditekuk dengan pandangan yang menusuk. "Mau main-main denganku, hm?"

[Y/N] mengerjap pelan, diikuti gelengan keras saat dilihatnya Shouto berjalan mendekat. "T-tidak, Shouto maaf aku hanya bercanda!"

Shouto tidak menggubris. Saat sudah dihadapan mata, gadis itu dipeluk dengan satu tangan sementara tangan lainnya menggelitik perut gemas. 

"Gyah! Ah! Sialan berhent- Shouto!" Teriakan [Y/N] sedikit tertahan akibat tidak kuat tertawa saat Shouto menggelitiki perutnya terus-menerus. Laki-laki itu ikut tertawa pelan disamping telinga [Y/N], dengan dagu yang menempel di bahu.

Beberapa saat kemudian akhirnya Shouto berhenti, [Y/N] memegangi perut dengan tawa yang masih tersisa, Shouto memandanginya lekat-lekat dari depan.

[Y/N] menghela nafas sebagai tanda berhenti tertawa, bibirnya tersenyum saat menyadari ekspresi Shouto yang masih datar seperti biasa. Mata gadis itu menyipit, membuat Shouto gemas sendiri.

Dicubitnya pipi gadis itu pelan. "Sana tidur."

[Y/N] mengerjap, "Disini?"

Shouto mengangguk.

"Lalu kau tidur dimana?"

Mata laki-laki itu melirik ranjangnya sekilas, "Cukup untuk berdua."

[Y/N] kembali tergagap, "T-tapi kan-"

"Kau tidak mau tidur bersamaku?"

xxxx

gengs
udah mau masuk sekolah :(
hilih kampret.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro