[Prolog]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hyunjin kecil menangis, matanya merah berikut cairan kental yang terus keluar dari hidung membuatnya semakin terlihat kacau. Belum lagi lututnya yang terus memberikan efek perih tak berkesudahan, hal itu terus memojokkan Hyunjin ...

Ditambah sang Nenek yang menatap marah pada manik mata kecilnya.

"Sudah Nenek bilang jangan lukai tubuhmu! Kalau nanti berbekas gimana!"

Hyunjin mengeraskan tangisannya, berharap seseorang dapat menolongnya dari amukan sang Nenek. Napasnya tersendat, tangisannya benar-benar pilu, siapa pun yang mendengarnya pasti tak tega.

Kecuali orang tersebut mati hatinya.

"Kemari kau!" Tangan mungil Hyunjin diseret paksa ke dalam rumah, langkah tegas sang Nenek begitu menakutkan tak ubahnya petir yang menggelegar.

"Ya ampun, Hyunjin!" teriak seorang wanita dari dalam rumah, meninggalkan majalah yang dibacanya dan berlari menghampiri putra kesayangannya.

"Anakmu pembangkang! Sudah kubilang untuk mengurungnya saja di rumah tapi kau bersikeras membiarkannya main di luar! Lihat! Kalau dia 'cacat' bagaimana!"

Pemandangan ini sangat lumrah.

Perkataan yang menusuk, bentakan yang tiada habisnya, sudah biasa untuk Hyunjin kecil ini. Di umurnya yang masih begitu muda, betapa banyak aturan yang diberikan dan bila sedikit saja dilanggar ... bentakan bukan hal yang jarang lagi.

"Ibu! Hyunjin tidak cacat dan dia bukan barang! Ibu keterlaluan!" ucap wanita yang kini menyeka air mata sang anak. Meringis kecil tatkala melihat lutut Hyunjin yang robek mengeluarkan darah.

"Suzy!"

"Cukup, Bu! Biarkan Hyunjin menikmati masa kecilnya yang berharga, sebelum dia diserahkan ke sarang iblis!"

Tak jarang pula Hyunjin melihat Ibunya murka, membela semampunya untuk Hyunjin dan memberikan senyum teduh seperti yang dilakukannya sekarang. "Ayo kita ke kamar, sayang. Kita bersihkan lukamu."

Tak apa, Hyunjin tetap bahagia.

Selama Suzy masih di sampingnya, mendekapnya erat penuh kehangatan, pun suara lembut yang selalu membacakan dongeng pengantar tidur tiap malam.

Bahagianya Hyunjin sesederhana itu.

"Ayo!"

-oOo-

Déjà vu
Bangchan X Hyunjin

Created by Sochira

-oOo-




"Jadi? Kenapa Jinnie jatuh? Cerita ke Mama." Binar cerah seketika memancar dari matanya, terang hal itu membuat Suzy bernapas lega.

Putranya benar-benar tabah. Sangat.

"Tadi Ma, Jinnie ngejar anak anjing! Bulunya cantik banget! Jinnie mau punya yang gitu juga, jadi temen di rumah!"

Suzy melirik antusias pada anaknya, sambil tangan telatennya terus mebersihkan luka di lutut Hyunjin. "Ehem? Jinnie mau satu, ya?" Setelah meneteskan obat merah dan membalut luka dengan kain kasa, Suzy mencubit gemas pipi anaknya. "Selesai."

Hyunjin menggeleng cepat membuat poni panjangnya bergerak seirama, lalu mengulas senyum lebar dan berkata, "Gak ah! Nanti Nenek buang temen Jinnie ... Jinne gakmau."

Jujur hati Suzy sudah terluka sangat dalam, kebahagiaan anak semata wayangnya harus direnggut paksa begini tetapi dia tak bisa membuat pembelaan berarti.

Suzy hanya bisa memanjatkan doa, semoga penderitaan anaknya kelak dapat terbalas dengan kebahagiaan yang tumpah ruah.

"You know I love you so much, Jinnie. Mama akan melakukan apa pun untukmu, segalanya."

Hyunjin menggeleng lagi.

"Gak usah. Mama sama Jinnie aja selamanya, itu aja Jinnie seneng kok!"

Setiap tangkai mawar mempunyai durinya, begitu pula sepasang ibu dan anak yang kini saling berpelukan.

Hanya saja, duri mereka digunting paksa.

Dan membuat mereka kehilangan daya untuk melawan.

-oOo-

Suzy mengelus lembut puncak kepala anaknya yang tertidur, mencium pipi gembilnya sesekali dan memainkan poni Hyunjin.

Mereka dalam perjalanan ke rumah seseorang, mengendarai mobil bersama sang Nenek dan supir yang duduk di depan.

Perjalanan memakan waktu dua jam, melewati jalan lurus yang ditumbuhi pohon pinus di kanan serta kiri dan jika memandang lebih jauh, terdapat air laut yang berkilau di bawah sana.

Pemandangannya cukup indah dan damai, tetapi jika mengingat tujuan perjalan mereka ... ingin rasanya Suzy menyentak setir mobil berbalik arah.

Mobil hitam memasuki pekarangan rumah, setelah sebelumnya dibukakan pagar raksasa yang menjulang tinggi. Beberapa meter ke depan, tampaklah sebuah rumah besar bergaya eropa kuno.

Agak mistis.

"Bangunkan Hyunjin."

"Tidak. Perjanjiannya di umur 18 tahun! Hyunjin masih punyaku, Bu!"

"Mereka hanya ingin melihat Hyunjin, nak. Ibu mohon, Ibu tidak mau kehilanganmu seperti Ibu kehilangan Jinyoung. Tidak kali ini," lirih sang Nenek sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba luruh.

"Tapi tidak dengan mengorbankan anak kami!" tegas Suzy masih tak terima, membuat Hyunjin terbangun dan mengucek matanya.

"Mama?"

Suzy menoleh ke bawah--ke pangkuannya--dan mendapati Hyunjin masih mengedip ngantuk.

"Suzy dengarkan Ibu, mereka hanya melihat anakmu. Keluarga Bang bukan orang sembarangan yang melanggar janji. Mereka juga telah bersumpah menjaga anakmu. Singkirkan kekhawatiran tak berguna itu!" Nenek Hyunjin menoleh ke jok belakang, menatap lembut ke Suzy juga Hyunjin.

"Ketahuilah, aku mencintai kalian berdua."

Ketiganya keluar dari mobil, menapaki teras rumah dan langsung disambut para pelayan berseragam hitam. Suzy mengeratkan genggaman pada tangan anaknya, sedang Hyunjin bersembunyi takut di balik kaki sang Ibu.

"Lama tidak berjumpa." sapaan tuan rumah yang seharusnya hangat malah membuat bulu kuduk berdiri. Lantai yang mereka pijaki seketika dingin seperti terbuat dari es.

"Kenapa tidak duduk dulu? Dan biarkan Hyunjin berkeliling rumah, banyak hal menarik untuk dieksplor di sini."

Suzy akhirnya melepaskan tangan sang anak, menepuk bahunya pelan dan berbisik, "Jangan main jauh-jauh, pergilah."

"Takut," gumam Hyunjin.

"Apa Hyunjin suka kolam ikan? Jalan terus saja nanti ketemu. Kalau beruntung Hyunjin juga akan bertemu 'penyelamatnya'... have fun," kata tuan rumah turut menyunggingkan senyum.

Hyunjin yang penasaran pun meninggalkan Ibunya, berlari kecil menuju arah yang ditunjuk berharap dapat bertemu ikan-ikan lucu.

Namun sesudah itu,

matanya terpaku pada sosok tegap di depannya, dilihatnya orang tersebut melempar kerikil ke kolam dan hebatnya kerikil tersebut memantul beberapa kali di air sebelum akhirnya jatuh tenggelam.

Di mata Hyunjin, itu sangat keren!

"Ajari aku jugaaaa!" teriak Hyunjin semangat menghampiri orang di depannya. Tangan mungilnya menggenggam tangan yang lebih besar--membuat si pemilik tangan berjengit kaget.

Hyunjin yang merasakan perbedaan suhu drastis dari orang tersebut lantas melepas genggamannya.

Beku.

"Eum, tanganmu beku. Pakai ini, ya?" Hyunjin merogoh sakunya, meraih sapu tangan dan mengikatnya ke pergelangan tangan orang bersangkutan. Tak lupa, sebuah senyuman lebar terukir hingga matanya menyipit sempurna. "Hehe, maaf gak rapi. Aku belajar dari Mama!"

Melihat tak ada respon dari lawan bicaranya, Hyunjin merengut kemudian berucap, "Aku Hwang Hyunjin. Ajari aku lemparan tadi, ya? Itu keren! Sapu tangannya boleh diambil kok tapi ajari aku, ya?"

Kekehan pelan pun memecah suasana, orang tersebut mengacak rambut Hyunjin dengan gemas.

"Tak kusangka Hyunjin ini orangnya cerewet. Hai, aku Chris. Senang akhirnya bisa menyapamu secara langsung."

Dua hati telah dipertemukan.

Meski dengan cara yang kejam.

-TBC-

A/N:
Semoga kalian suka, jangan lupa tinggalkan sesuatu bila kalian menemukan keganjalan ... biar aku ke depannya bisa membuat karya lebih baik untuk kalian!

ChanJin forevah, ya ampun kapalku gemes sekali belakangan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro