3 - Deja vu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga minggu berlalu dengan tenang dan normal, [Name] menjalankan hari sekolahnya seperti biasa. Tidak ada yang aneh, bahkan semenjak insiden ia bertemu Oikawa Tooru, [Name] sudah mengabaikannya seperti angin lalu. Meski terkadang ketika di beberapa tempat ia tak sengaja melihat kakak kelasnya itu sedang tebar pesona dan dikerumuni gadis-gadis setiap saat, [Name] tidak mau ambil pusing. Walau perasaan malu, kesal, dan seringaian Oikawa yang menyeramkan di waktu itu sesekali terngiang.

Sekarang, adalah hari ke-3 pelatihan OSN yang berjalan setiap seminggu sekali. Alangkah bersemangatnya [Name] di perjalanan menuju lab kimia, sambil bersenandung ria dengan senyum yang terkembang.

Begitu memasuki lab, wajahnya berubah jadi masam kala melihat siapa yang ada di dalamnya.

Astaga, yang bener aja ini deja vu?

Tentu tidak. Sekarang Oikawa tidak menggunakan jas lab dan bergelut dengan beberapa cairan kimia seperti waktu itu, hanya seragam biasa dan sedang duduk tenang bersama beberapa buku tebal di hadapannya. Takut kalau kejadian tempo hari terulang, [Name] langsung bersiasat untuk beranjak dari tempat itu sekarang juga. Namun, Oikawa yang tadinya fokus sekarang menoleh, dan membuka suara.

"Hari ini kamu gak salah hari lagi kok," katanya.

Detik itu juga langkah [Name] terhenti dengan alis yang berkedut heran. Diputarkan balik badannya, kembali menghadap Oikawa yang tengah duduk dan memandangnya. "Terus?" Tanya [Name], menatap dengan curiga.

"Aku seniormu di ekskul OSN ini, dan rencananya Bu Etil mengadakan bimbingan digabung bersama anak kelas 1 sampai 3. Tapi ternyata kamu yang paling rajin meski kegiatan baru dimulai 30 menit lagi?"

Ia bernapas lega. Lalu, [Name] melangkah ke deretan bangku yang kosong setelah berpikir dia aman untuk saat ini, kemudian menarik kursi tepat di samping Oikawa. "Yang seharusnya tanya begitu itu aku, Oikawa-san. Bahkan sebelum bel pulang Oikawa-san sudah di sini?"

Yang ditanya terkekeh ringan.  "Kalo aku sih, diitung dispensasi tehe~"

Oikawa berucap sambil memeletkan lidah dan kedua tangannya membentuk V. Untung [Name] gak lihat, kalau lihat mungkin gadis itu agak merasa mual. "Ngomong aja kalo bolos," ketusnya.

"Aku tahu kamu bakal datang lebih dulu, makanya aku duluan ke sini. Toh lagipula aku bolos buat persiapan OSN, beberapa minggu lagi."

"Apa hubungannya sama aku yang datang lebih dulu?" [Name] jadi dongkol mendengar alasan seperti itu. Tapi dirinya tidak terlalu tertarik dengan ocehan Oikawa, lebih fokus akan ketakjubannya pada soal-soal di buku tebal milik Oikawa yang ia raih.

Si rambut cokelat menggeser kursi, mendekatkan diri ke gadis di sampingnya. Kemudian ia merendah, berbicara dengan lembut tepat di telinga gadis itu yang tengah menunduk menatap buku, "Biar bisa berduaan dulu sama adek."

Refleks, [Name] terjengat, dan langsung mendongakkan kepala hingga bagian kepalanya membentur wajah Oikawa. Tahan.. jangan muntah, jangan muntah. Kepala [Name] jadi pening setelah benturan itu, tapi ia menahan diri lantas menoleh kesal.

"Oikawa-san, tolong aku bukan adekmu." Ujar [Name] sambil menatap tajam dengan nada sopan yang dibuat-buat. Kalau saja orang yang di depannya ini bukan senior, [Name] bisa dengan mudahnya memberi bogem mentah ke wajah tampannya. Oikawa menempatkan tangannya pada dagu, tampak berpikir sejenak sebelum kemudian kembali menoleh dengan senyum sumringah ke arah [Name].

"Ya sudah, mmm... [Name]-chan~?"

Tidak juga dengan nada manja menjengkelkan itu! But wait.. dari mana dia tau nama gue?

"Oikawa-san, tolong berhenti menggunakan nada itu."

"Kalau begitu---" Oikawa berdeham cukup keras, suara yang ia keluarkan jadi lebih diberatkan agar terkesan cool, "ekhem. Sayang,"

Sudah cukup, gue gak tahan.

"Are? [Name]-chan mau ke mana?"

"Maaf, izin ke toilet sebentar."

---biarkan seorang [Name] memuntahkan rasa muaknya akan Oikawa Tooru di toilet.

-oOo-

"Iwa-chan~ huhu" Iwaizumi beringsut kesal menatap Oikawa yang sedang merengek ketika mereka di perjalanan pulang. Iwaizumi habis latihan voli, Oikawa juga baru saja selesai dari kegiatan bimbingan OSN-nya. Dia saja sudah kesal mengurusi anak-anak voli di latihan tanpa kapten tadi, karena kaptennya sibuk bersiap diri untuk ajang lomba nasional. Sebenarnya hari ini bukan hari untuk klub voli, melainkan hanya latihan tambahan mendadak yang diadakan oleh anggota klub sendiri. Karena bertepatan dengan bimbingannya, Oikawa jadi tak bisa ikut. Yeah.. lelaki itu bisa memastikan hanya akan terjadi sekali ini, selebihnya, ia tidak akan membiarkan dua kegiatan ini kembali bertubrukan. Lagipula, kegiatan OSN-nya akan berakhir satu bulan lagi. Minggu depan, ia akan berangkat ke untuk dikarantina selama 2 minggu sebelum perlombaan, setelah semua itu selesai, ia masih punya sekitar dua bulan untuk fokus ke turnamen voli.

Iwaizumi memijit pelipis kepala, merasa tambah pusing oleh rengekan tak berdasar si Oikawa.

"Kusokawa, berhentilah merengek! Lo buat gue kesel aja."

"Gue juga lagi kesel, Iwa-chan. Pertama kali ini ada yang gak bereaksi sama sekali pas ada di deket gue. Lo tau kan, biasanya gadis-gadis kesenengan bukan main pas ada gue. Eh spesies satu ini! Malah tadi---huhu,"

Oikawa terbayang ketika tadi ia juga ke toilet, setelah [Name] berpamitan begitu, tentu ia gak bermaksud ngikutin sih, cuma timing rasa pingin buat hajatnya kebetulan tepat saja. Saat melintas di depan pintu toilet cewek, dia bisa mendengar suara [Name] yang lagi muntah. Iya, [Name] benar-benar muntah---gegara benturannya dengan kepala Oikawa yang membuat dirinya berasa pusing bukan kepalang. Oikawa yang salah paham berpikir macam-macam saat itu, perasaan [Name]-chan baik-baik saja tadi, gak pucat, gak kelihatan sakit. Masa' muntah karena gak kuat gara-gara obrolan tadi? Oikawa langsung tertohok. Masa iya sih?

"Adek-adek kelas cewek lain yang ikut bimbingan tadi aja gak fokus ke materi yang lagi diberikan gegara ada gue, eh dianya enggak! Malah keasikan fokus sama materinya hadeh."

"Iya terus masalah lo apa? Suka-suka dia dong, emang harus gitu ya semua cewek jatuh ke pesona lo?"

"Gak gitu... hanya aja, secara gak langsung itu menjatuhkan reputasi gue. Apa kata fans nanti?"

Iwaizumi mengerang, benar-benar deh, temannya yang satu ini mungkin otaknya sudah gesrek. Isi otaknya kalau gak voli, kimia, ya fans. Dan dalam hati ace Seijoh itu bersyukur, setidaknya ada satu spesies cewek waras di sekolahnya, yang gak termakan bujuk rayu syaithon macam Oikawa.

"Terus lo mau apa? Ngejar dia gitu biar dia terpesona?"

Setelah sedari tadi memasang wajah merengek bak anak kecil yang menjengkelkan, raut wajah Oikawa berubah, badannya ditegakkan, satu tangannya diletakkan pada dagu seolah sedang berpikir.

"Who knows," ujar Oikawa sambil mengangkat bahu. Detik berikutnya, Iwaizumi melihat temannya itu menyeringai kecil, membuatnya bergidik. Iwaizumi lantas mendengus.

"Lo itu beneran butuh di ruqyah."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro