6 - Radioactive

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Name] berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor sekolah. Bagaimana dirinya bisa lupa akan janji pembinaan bareng kakak kelasnya, yang telah ia sepakati kemarin? Untung saja di tengah kesibukan pelajaran tadi, ia menyempatkan membuka notifikasi ponsel, dan ketika nge-scroll [Name] baru teringat soal chat Oikawa yang sudah tenggelam.

Melirik ke arah jam tangan yang saat ini menunjukkan pukul setengah empat sore, membuat langkahnya semakin tergesa. Ia terpaksa terlambat keluar kelas meski pelajaran telah berakhir sedari tadi一sebuah urusan tugas kelompok dadakan yang menjengkelkan.

Di sinilah ia sekarang, bergeming di depan pintu gymnasium sekolah. Dari tempatnya berdiri sekarang, [Name] mampu mendengar suara decitan sepatu yang bergesek dengan lantai, pun juga suara-suara komando, serta bunyi pantulan bola voli. Sepertinya semua sedang serius, [Name] jadi tak enak hati kalau masuk begitu saja dan bisa membuyarkan konsentrasi mereka.

Tapi ditepisnya jauh-jauh pemikiran tersebut. Ini gymnasium sekolah, 'kan? Tentunya terbuka bagi semua murid Aoba Johsai, jadi apa yang perlu ditakutkan?

[Name] menarik napas, baru saja hendak membuka pintu, namun pintu tersebut sudah terbuka. Menampakkan sesosok tubuh yang lebih tinggi dari gadis itu, membuat [Name] mendongak untuk menatapnya.

"Lho, [Name]?" Itu adalah Iwaizumi yang bertanya. Lelaki berambut jabrik berniat keluar untuk membuang sampah minuman kaleng yang ada di salah satu tangannya, sedangkan tangan yang lain menggenggam handuk guna mengelap peluh hasil latihan.

[Name] tersenyum kikuk. "Ha-halo Iwaizumi-senpai," sapanya, sambil matanya mengekori pergerakan Iwaizumi melewati gadis itu kemudian menuju tempat sampah terdekat.

"Lo udah ada janji kan ya sama si Oik?" [Name] mengangguk kecil, sebagai jawaban atas pertanyaan Iwaizumi. "Terus kenapa gak langsung masuk aja?"

"Eh itu ...." Gadis tersebut menyengir, dalam hati juga membatin, ngapain juga tadi dia harus terlibat konflik batin saat akan memasuki gymnasium.

"Kebetulan, kami sedang istirahat sejenak." [Name] mendengarkan sambil membuntuti Iwaizumi dari belakang saat pria itu telah kembali berjalan masuk ke gedung olahraga tersebut. "Dan latihan kali ini bakal jadi sebentar, karena pelatihnya sedang izin."

Oikawa yang tengah minum minuman botolnya, tiba-tiba tersedak saat netranya menangkap kedatangan gadis yang mengekor di belakang Iwaizumi. Spontan, lelaki itu melambaikan tangan bersemangat, senyum semringah terpatri di wajahnya.

"[Name]-chan!" Yang dipanggil sontak menoleh, mendapati Oikawa sedang berjalan menghampiri. "Astaga, aku hampir mengira kamu gak jadi datang!" serunya.

[Name] lagi-lagi menyengir, merasa bersalah karena tidak mengabari lebih lanjut. "Maaf Oikawa-san," ujar gadis itu.

Oikawa mengibas-ngibaskan salah satu tangan sambil terkekeh, "Haha, gak masalah kok. Lagipula kalau kamu gak datang gak apa-apa, yang enak akunya sih, karena yang butuh kamu ya 'kan?" Ia berujar begitu dengan mengendikkan bahu.

[Name] mendengus kecil. Baru saja hendak menimpali, sebuah komando dari Iwaizumi yang sudah berada di tengah lapangan menginterupsi, "Ayo, satu set lagi, habis itu kita akhiri!"

Oikawa yang tadinya menoleh saat mendengar teriakan Iwaizumi, kini mengalihkan pandangan ke arah [Name]. Senyum masih terkembang di bibir pria itu. "Tunggu bentar ya [Name]-chan, aku udah izin pinjam kunci lab kimia kok, jadi gak perlu khawatir!" ujarnya, berlari kembali kumpul bersama tim di lapangan.

[Name] duduk pada bangku yang ada, membuka tas dan mengeluarkan catatan kimianya kemudian membaca ulang. Namun tak berselang lama, seperti ada magnet menarik fokusnya untuk beralih dari sang buku catatan pada permainan yang sedang berlangsung di lapangan.

Jika diingat-ingat, gadis itu sama sekali belum pernah melihat permainan bola voli dari jarak sedekat ini. Untuk olahraga satu itu, [Name] hanya sebatas mengenal dasar yang diajarkan saat pelajaran olahraga, tidak pernah melihat bagaimana rupa permainan utuhnya.

"Ternyata cukup asyik," gumamnya lirih. Tentu pertandingan tersebut terlihat berlangsung asyik sebab dimainkan oleh pemain-pemain yang sudah terlatih.

Diamatinya setiap pergerakan yang ada, meski masih bingung dengan posisi-posisi para pemain. Hingga fokusnya jatuh pada sang kapten一Oikawa Tooru. Kata Keiko, posisi Oikawa adalah yang disebut-sebut sebagai setter nomor satu di seantero prefektur, namun [Name] menggeleng tidak mengerti lebih jelas tentang posisi setter itu seperti apa.

Boro-boro ngapalin yang begituan, hafalan tabel periodik golongan IA-VIIA dengan metode 'HaLiNa Kawin Robi Cs Frustrasi' dst. saja sampai sekarang belum khatam dengan benar.

Tapi dari pengamatannya sekarang, posisi Oikawa nampak seperti yang lebih mengambil peran untuk mengatur serangan dan jalannya permainan. Sekiranya sih, demikian spekulasi [Name].

"Nice serve!"

Oikawa melangkah ke garis belakang, hendak beraksi melayangkan serve andalannya. [Name] masih mengamati, buku catatan yang ada di pangkuan terjatuh pun sampai tak ia sadari. Tentang Oikawa yang memutar-mutarkan bola di tangan, lalu sesekali memantulkannya ke lantai dengan ekspresi seriusnya, sampai peluh yang menetes, membuat [Name] tak dapat berpaling dari pandangannya sekarang.

Menakjubkan, orang yang ahli di non-akademik seperti dia juga pandai dalam hal akademik terlebih lagi di subyek kesukaannya. [Name] tidak bisa berkomentar apa-apa dibuatnya. Seakan, hei, kenapa dunia tidak adil sampai ada manusia yang seimbang memiliki kemampuan dalam dua hal bertolak belakang tersebut?

Sebuah firasat mengusik, membuat Oikawa melirik ke bangku di pinggir lapangan sejenak, dan memergoki [Name] yang terlihat memandanginya lamat. Refleks, ia menyeringai, [Name] jadi berpaling melihat ke arah lain karena merasa tak enak bertubrukan mata seperti itu tadi.

Menyadari kebodohannya, gadis tersebut merutuki dirinya sendiri. Sejak kapan memerhatikan Oikawa lebih menarik daripada menyimak catatan kimia yang ia gadang-gadang adalah sang 'cinta pertama di SMA'-nya?

-oOo-

"Sorry kalau lama, [Name]," kata Iwaizumi, mampir menghampiri adik kelasnya yang masih terduduk tenang sebelum melesat ke gudang perlengkapan. "Kami sudah melakukan pendinginan dan tinggal membereskan lapangan."

[Name] menggeleng kecil dengan tersenyum. "Nggak apa senpai, lagipula di sini dari jam setengah empat sampai jam empat kurang bagi saya masih termasuk sebentar," timpal gadis itu yang merasa sama sekali tak keberatan. Toh jika kegiatan belajar barengnya dimulai jam empat tepat nanti, tidak membuatnya terlalu larut untuk pulang ke rumah.

Iwaizumi bernapas lega, kemudian pamit mendorong keranjang bola menuju ke gudang bersama Oikawa.

"Wah, sejak kapan ada adek kelas kawaii di sini? Menonton latihan kami hm? Sendirian?"

Bariton suara dari sisi lain mengejutkan [Name]. Sesosok pemain berambut hitam yang tengah menenteng botol minuman kosong berjalan menghampiri, mengamati gadis itu dari ujung kepala sampai kaki. [Name] bergidik, dan berusaha tak menggubris.

"Siapa namanya dek, dari kelas apa? Mau ketemuan sama senpai siapa di sini?"

[Name] semakin merasa risih, tapi tidak tahu harus berbuat apa.

"Ah kenalin gue一"

"MATTSUN!"

"一Apaan sih lo sampah? Gangguin orang lagi godain dedek emesh segala."

Oikawa muncul berjalan menghampiri dengan langkah lebar-lebar. "Eitss jaga jarak lo dari dia," serunya tajam.

Matsukawa Issei一nama lelaki itu一menatap kehadiran Oikawa sambil terkekeh. "Ye, jangan julid lo," ujarnya tersenyum miring. Matsukawa lantas menambahkan, "emang lo siapanya dia, Oik?"

Oikawa termenung sejenak, tatapannya berganti pada [Name] yang juga menatapnya dengan diam. Kentara sekali wajah gadis itu menampakkan ekspresi bingung atas situasi yang terjadi dan lagi-lagi tak tahu harus berbuat apa.

Oikawa menghela napas, setidaknya kedatangannya tepat waktu untuk mencegah aksi yang dapat merisihkan [Name] lebih lanjut dari Matsukawa.

"Ekhem, bisa dibilang gue mentor OSN-nya sih, yah pokoknya itu, jangan deket-deket dia一bahaya."

"Alah lebay lo Oik, bahaya kek apaan aja."

Lelaki berambut coklat sontak menyahut sambil berseru, "[Name]-chan itu bersifat radioaktif!"

Baik Matsukawa maupun [Name] sama-sama tercengang, gak paham dengan apa yang diucapkan si Oikawa. "Hah?" Lelaki itu menanggapi sambil mengangkat sebelah alis tinggi-tinggi.

"Kalo lo, Mattsun, deket-deket [Name]-chan yang radioaktif, dia bakal meluruh. Lo tau apa akibatnya? Lo bakal terkena radiasi, dan efeknya一bisa sampai-sampai mutasi gen."

Matsukawa tertawa kencang, tak habis pikir kawannya tersebut akan menggunakan kalimat seperti itu, demi melindungi adik kelas di hadapannya dari godaan maut seorang Matsukawa. "Sianjir, bahasa lo ketinggian, gak ngerti gue. Pelajaran jangan dibawa-bawa napa."

"Ya gue cuma mau bilangin," ujar Oikawa, entah kenapa malah ikut tergelak, "kalo lo sampe mutasi gen tetiba jadi omega gimana? Berabe gak tuh?"

"Omega pala lo!" Matsukawa melempar botol yang kosong di tangannya ke udara, di arahkan pada wajah Oikawa namun dapat dihindari dengan tepat. "Ya udah, sorry ya dek udah ganggu lo tadi, gak maksud aneh-aneh kok," ujarnya pada [Name], sebelum melanggang meninggalkan mereka.

[Name] masih melongo, tak paham. Mana lagi kakak kelasnya tadi bawa-bawa dia dengan istilah radioaktif segala sampai melantur ke omega一sangat terdengar asing untuk ia pahami.

Kalau radioaktif sih [Name] pernah mendengar, beberapa waktu lalu diterangkan sama guru kimia di awal pertemuan kelas 10, tentang label-label peringatan di laboratorium. Lalu seingatnya saat baca-baca sekilas di buku OSN, partikel yang berkaitan dengan radiasi yang ia ketahui semacam alfa, beta, gamma一gak ada omega.

Dengan polosnya, [Name] bertanya pada Oikawa yang sedang mengemasi barang latihannya ke dalam tas, "Oikawa-san, omega itu apa ya?"

Yang ditanya langsung terkesiap. "Astaga [Name]-chan, kenapa yang kamu tangkap malah 'itu'nya!"

"Eh?"

"Tanyakan yang lain selain omega tadi. Tapi daripada itu, sekarang sudah jam empat lebih sedikit, alangkah baiknya kita segera ke lab. Kita duluan saja, biar Iwa-chan nanti nyusul karena dia sudah kuberitahu."

[Name] mengangguk, bergegas mengikuti Oikawa yang telah melangkah terlebih dulu, kemudian mengimbangi langkahnya agar bisa berjalan sejajar.

-oOo-

Senja beranjak malam, langit jingga dalam pergantian menuju gelap. Ketiga pemuda-pemudi SMA Aoba Johsai berjalan bersama di trotoar, baru pulang dari kegiatan mereka di sekolah一dan kebetulan jalan pulang rumah mereka memang searah.

[Name] menyelesaikan tegukan terakhir pada kaleng minuman yang dibelikan Iwaizumi dari vending machine untuknya. Iwaizumi selalu begitu, baik hati hingga mereka berdua yang sedang belajar repot-repot sampai membelikan minuman segala.

"Terima kasih untuk hari ini, Oikawa-san, Iwaizumi-senpai," ujarnya begitu selesai membuang kaleng kosong saat kebetulan melewati tempat sampah.

"Don't mind, [Name]-chan." Oikawa menanggapi dengan cengiran lebar. Meskipun kegiatannya hari ini dobel, lelaki itu tak merasakan penat sama sekali. Malah bisa dibilang, hormon kebahagiaannya meningkat sekian persen hingga terlihat di wajahnya yang sedari tadi tak henti-hentinya memasang cengiran.

"Gak perlu berterima kasih, [Name]," kata Iwaizumi. Gadis itu manggut-manggut mengerti, kemudian matanya mengamati sisi seberang trotoar dan orang-orang yang berlalu lalang. "Ngomong-ngomong, Oik. Gue denger dari Makki tadi lo ngatain Mattsun omega ya, ada apaan?"

Oikawa refleks terkekeh. "Ah itu, hahaha, salah dia sendiri sih berniat godain [Name]-chan," jawabnya. "Gue ancem dia pake embel-embel, [Name]-chan itu bisa bikin terkena radiasi."

"Sialan, parah lo, Sampahkawa," Iwaizumi menjeda sejenak lantaran dibuat tertawa mendengar kalimat Oikawa barusan, "Makki tadi bilang si Mattsun masih gak terima lo katain gitu. Lagian gimana bisa lo kepikiran sampe ke sana?"

"Spontanitas, Iwa-chan, spontanitas! Keren kan? Lagipula, [Name]-chan itu benar-benar bersifat radioaktif kok."

Merasa namanya disebut, [Name] menoleh, kemudian menggerutu kenapa harus pembahasan itu lagi yang dibicarakan. "Oikawa-san daritadi bilang begitu, aku gak paham eh一radioaktif darimananya?"

"Zat radioaktif adalah zat yang memancarkan radiasi agar inti atom yang tak stabil menjadi stabil dalam proses yang disebut peluruhan." Oikawa mendongak ke langit, menatap awan yang bergerak pelan sambil tersenyum. "[Name]-chan itu bersifat radioaktif karena aku sendiri sudah merasakan efek radiasinya," lanjut lelaki itu.

Tidak hanya [Name] saja yang mengerutkan dahi bingung, hal ini serupa terjadi pada Iwaizumi yang malah gak paham sekali pembahasan anak IPA yang bukan dia banget.

"Tahu nggak, efek radiasi selain menyebabkan mutasi gen? Manusia jika terkena radiasi biasanya akan menimbulkan beragam ciri, yang serupa terjadi ketika aku sedang berada di dekat [Name]-chan." Sontak, gadis itu merasakan napasnya sedikit tercekat. Ia kemudian kembali bersiap menyimak, memasang telinga baik-baik sambil berdoa kalau kalimat kelanjutan dari kakak kelasnya itu nggak aneh-aneh. "Contohnya, menyebabkan suhu badan naik, dan meningkatnya denyut jantung atau一"

Oikawa tak sanggup melanjutkan. Posisinya tadi yang berjalan sejajar bertiga dengan [Name] ada di tengah, kini melesat memajukan beberapa langkah ke depan, meninggalkan Iwaizumi dan [Name] di belakang yang saling berpandangan heran. Sedangkan Oikawa mengumpat pada diri sendiri, sebab merasakan pipinya sudah sehangat jingganya senja.

"Hah? Iwaizumi-senpai paham nggak?"

Iwaizumi menggeleng-gelengkan kepala. Mana ngerti dia disuguhkan penjelasan begituan. Namun sekiranya ia menangkap sedikit maksud dari apa yang berusaha disampaikan si Kusokawa itu kepada [Name]. Mengingat kedekatan hubungan mereka yang sudah terjalin semenjak kecil, rasanya Iwaizumi mengerti betul sosok Oikawa di luar dari perkataan lelaki itu, namun dari gelagatnya.

"[Name], sebaiknya lo jangan belajar kimia mulu deh. Belajar peka, entar lo tau sendiri," tukas Iwaizumi, yang sukses membuat [Name] melongo kuadrat.

-oOo-

[A/N]

Hae, ada yang kangen book ini up? /g

Maaf jika ngaret apdetnya T.T

Btw buat yang gak ngerti omega itu apa, setahuku ini biasa dikenal di dunia dj bl, istilah untuk jenis laki-laki yang bisa dihamili sampe ada masa heatnya, cmiiw. Lebih jelasnya tanya mbah gugel owo

Wdyt?

Semoga kalian suka dengan chap ini muehe.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro