03.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"[Name], liat, aku nemu bunga ini di jalan tadi."

Tsukishima Kei memperlihatkan setangkai bunga besar berwarna kuning dari belakang punggungnya.

[Name] yang melihatnya pun jadi sumringah, "wah, besar sekali!"

"Ini namanya bunga matahari."

"Pantas saja dia sebesar matahari!"

Tsukishima menyodorkan tangannya yang menggenggam tangkai bunga tersebut, "buat kamu aja."

"Eh? Gak apa-apa nih? Ini kan punya kamu?" tanya [name] memastikan. Walau ia sudah terlanjur senang mendapat bunga indah seperti ini.

"Gak apa-apa! Cowok ngapain ngoleksi bunga."

Langsung, saja [name] kecil menerima tangkai bunga matahari tersenyum. Senyum bahagianya jelas terpancar dalam raut wajahnya.

"Ah, sebentar," ujar [name] menyadari sesuatu. Dengan tiba-tiba gadis kecil itu berlari ke suatu arah.

"Hei, [name]!" panggil Tsukishima Kei. Tentu saja merasa khawatir, sebab orang tua [name] pasti mempercayakan anak putrinya bermain bersamanya sendirian seperti ini. Dan itulah yang harus Kei jaga.

"[Name]!"

Baru saja Tsukishima akan memasuki hutan kecil yang mengelilingi taman, sosok kecil [name] muncul kembali sambil berlari kecil.

"Kamu janga--"

"Ini!" [name] kecil menyodorkan sebelah tangannya, karena tangan satu laginya dipakai untuk menggenggam tangkai bunga matahari.

"Bunga lagi? Untuk apa?" tanya Tsukishima heran begitu melihat [name] memperlihatkan tiga buah bunga dengan mahkota putih, dan putik kuning.

"Untuk kamu, Kei! Kita tukaran bunga!" jawab [name]. Masih tak lelah menyodorkan tiga buah bunga tersebut.

Kei lantas meraihnya. Dia menarik napas pelan lalu menggerakan tangannya.

Tsukishima Kei kecil merendahkan badan, lalu memasangkan satu buah bunga di selipan telinga [name].

"Bunga itu cocoknya buat perempuan. Jadi kamu gak perlu ngasih aku bunga," ujar Kei kecil.

[Name] hanya mengerjap.

Dan menurut Kei, ada sesuatu yang membuatnya merasa gemas menatapi pemandangan di depannya.

"Kamu juga cocok, kok, Kei," ucap [name] kemudian. Tangannya bergerak meraih satu tangkai bunga mahkota putih itu lalu memasangkannya di selioan telinga Kei yang saat itu masih merendahkan badan.

"Ck, aku ini cowok ta---"

"Ih jangan di lepas!" tahan [name], memegang lengan Kei agar tak bergerak untuk melepaskannya. "Kamu kalo buang bunganya, aku juga bakalan buang bunga kamu."

"Jangan."

"Makanya pakai. Satunya lagi simpan," ujar [name] kecil menatap Tsukishima Kei.

Anak laki-laki jangkung itu membuang napas, "oke. Tapi kamu jangan ketawain aku pake kayak gini."

"Siapa yang mau ketawain? Kamu lucu, kok."

"Tuh, kan. Aku ini cowok."

"Ya terus? Kamu lucu kok pake itu. Aku suka." Ujar [name] sambil tersenyum riang.

Tsukishima Kei yang melihat itu membuang wajah.

"...harusnya aku yang bilang gitu."

Gumam anak laki-laki itu sambil menutupi setengah wajahnya.

.

.

.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro