゛ten.〃

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Name] pandangi burung origami yang baru saja ia masukan ke dalam toples dengan sendu. Ingatannya berlabuh ke beberapa hari lalu. Saat dirinya mempunyai waktu berdua dengan Osamu di sisi pantai.

Sebenarnya bergemuruh sekali hatinya kala itu. Katakan saja terlalu tiba-tiba bagi [full name] untuk melihat orang yang disukainya melakukan hal tersebut. [Name] memang masih belum mempunyai hubungan apa-apa dengan Atsumu.

Dekat pun, baru kelas dua ini ia bisa agak leluasa mengobrol dengan Miya pirang itu. Namun sakit pasti tetap merayap dalam hatinya saat melihat hal tersebut.

Jatuh.

Hatinya langsung jatuh kala itu. Ingatan saat Atsumu begitu baik pada dirinya saat di tenda dan eksistensi dua kepala saling berpangutan saat itu langsung bercampur menyeruakan hatinya.

Jujur. Kalau saja tidak ada Osamu. [Name] pasti tak akan berpikir panjang untuk meruntuhkan ekspresi atau mungkin air matanya.

Osamu datang ke sisinya. [Name] tahan perasaannya.

Tak ingin ia dapati Osamu yang melihatnya meragu dengan keputusan untuk mencintai Atsumu. Perkataan Osamu, 'kau ragu?' beberapa waktu lalu seolah meremehkan perasaannya. Dan [name] tak mau itu. Ia tak mau menyerah dengan mudah.

Seperti kata Kinoshita, jika [name] masih bisa diberi hak untuk mencintai orang lain. Kenapa Atsumu juga tidak bisa? Atsumu masih berhak. Dan [name] juga punya hak untuk tetap menjaga perasaannya.

Berterimakasihlah pada Kinoshita. Salah seorang yang berhasil membuatnya bertahan selain... Osamu?

"Dengar. Aku tidak memaksamu sama sekali. Tapi kalau sekarang kamu jadi ragu, kita hentikan dan---aku juga bisa untuk tidak membawa-bawa Atsumu lagi dalam hidupmu kalau kamu mau," Osamu berucap serius. Ya, dia memang selalu terlihat cukup serius dibanding kembarannya.

[Full name] dengan sepenggal fakta yang baru saja didapatinya tentang Atsumu itu berpikir.

Bukan. Ini bukan kebimbangan. Dia hanya sedang berpikir--bagaimana jika sampai tidak melihat Atsumu lagi dalam hidupnya seperti apa yang dikatakan Osamu itu? [Name] belum pernah membayangkan hal itu selama ini.

"Tidak apa. Kau tau, hari ini aku dapat sebuah makna cinta dari orang lain. Walau keadaan kami agak berbeda," [name] berucap, melukis senyum, menatap pasir basah. Ia mengingat bagaimana baik hatinya Kinoshita saat itu, "dia sudah tertolak, tapi bisa menerimanya dengan lapang. Sementara aku, mengutarakannya saja belum. Jadi kupikir, dibanding dia, aku masih bisa untuk berusaha lebih."

[Name] menoleh, dilihatnya Osamu yang menatapnya dalam diam sebelum akhirnya tersenyum simpul penuh arti.

-; ebb and flow ;-

"Aku mengajarkanmu?"

Nada bingung jelas terdengar. Terdiam beberapa saat, suara berat itu terkekeh ringan, "mengajarkanmu apa, astaga [name]? Aku tidak merasa pernah memberimu sesuatu."

Yang disebut namanya dalam kalimat tersebut menyandarkan diri pada dinding. Kedua tangannya saling bertaut di belakang, menahan tubuhnya, "kamu memberiku sesuatu yang tidak dapat aku balas." Katanya. Melihat dengan jelas pemuda itu yang sedang menatapnya membuat raut bingung.

"Kamu memberiku cinta yang tulus, Kinoshita."

Pemuda tersebut, Kinoshita Hisashi mengendurkan raut wajah. Tampak mengerti, namun tampak tak menyangka pula. Tiba-tiba gadis ini berterimakasih padanya.

Tak tahu harus membalas apa pada kalimat terakhir, Kinoshita mengusap tengkuk. Dialihkannya wajah pada koridor kosong seraya meringis agak salah tingkah.

"Tapi aku begitu jahat dan menepis semua perasaanmu," [full name], gadis itu kembali berucap. Memandang lantai agak buyar.

"Udah kubilang gak apa-apa. Kamu gak usah bahas lagi," Kinoshita itu menegaskan sekali lagi. Bukan apa-apa. Mengingat lagi tentang pernyataan tertolak itu membuat hatinya agak tak terarah. Antara kecewa, namun juga tak bisa apa-apa.

"Eh, kamu menemuiku cuman ingin mengatakan hal itu?" tanya Kinoshita baru menyadari.

[Name] tidak menjawab. Ia diam. Dalam hati masih tersanjung pula dengan kebaikan hati Kinoshita.

Merasa pertanyaannya tadi telah terembus angin, Kinoshita kembali mengeluarkan sebuah suara baru, iseng bertanya. "Kamu... gimana sama Atsumu?"

"Kami dekat,"

Itu jawaban [name].

Memilih tak mau mengungkit masalah tempo lalu. Dirinya mungkin bisa mengerti keadaan saat itu. Namun mengatakan, 'aku melihat Atsumu bermain lidah bersama orang lain,' pada Kinoshita mungkin saja dapat membuat pemuda itu lebih sakit hati daripada jawaban, 'kami dekat.'

Kenapa? Hal itu mungkin dapat mengikis hati Kinoshita yang telah mencoba merelakan gadis yang disukainya dengan orang lain, namun yang disukai gadis itu malah menyakiti untuk membalasnya perasaan gadisnya.

"Syukurlah. Aku ikut senang juga," Kinoshita merespon diikuti senyumannya. Hingga di kalimat kedua, senyumannya perlahan memahit, "walau jujur, aku agak kecewa juga."

Benar.

Selapang-hatinya Kinoshita menerima, kekecewaan pasti tetap ada. [Name] pun begitu.

-----------

[Full name] kembali menuju kelasnya dengan atensi setengah buyar. Terlihat fokus menatap lantai, namun tak benar-benar memerhatikan. Dia bahkan tak mendengar sebuah gumaman dari arah depan.

Sampai tubuhnya pun menabrak suatu sosok.

"Aduduh--"

Keduanya meringis. Belakang kepala bertemu wajah [name]. Berhasil membawa kesadaran gadis itu kembali.

"Ah--kamu gak apa-apa?" Sosok itu bertanya agak panik seraya membalik badan, "----eh, kak [name]!"

[Name] kenali, ternyata sosok itu adalah gadis mungil berhelai jeruk tempo lalu. Berdiri di samping pintu kelasnya.

"Aduh, kak [name] maaf! Kakak gak apa-apa? Maaf aku menghalangi jalan!" Hinata Shouyo, gadis itu terus meminta maaf. Terlihat merasa bersalah sekali.

"Gak apa-apa," [name] menenangkannya, meringis saja ia, "lagian aku juga gak liat-liat jalan."

Hinata itu meminta maaf lagi. Sempat didapati [name] adik kelasnya tersebut tengah melirik ke dalam kelasnya lagi, [name] pun bertanya.

"Kamu lagi nyari siapa?"

[Name] menangkapnya lagi, Hinata berwajah tegang sesaat. Tampaknya gadis itu tak bisa mengontrol ekspresinya dengan baik.

"Uh, aku--"

Gadis kecil itu gagap. [Name] memutar otak. Agaknya ia heran kenapa selalu bertemu Hinata saat-saat ia tengah seperti mengintip?

[Name] maju sedikit, dilongokan kepalanya menatap dalam kelas. Pemandangan helai pirang Atsumu dan perempuan tak dikenalinya kala itu takut kembali ia temukan. Namun menelusuri isinya, Atsumu bahkan tak terlihat di dalam sana.

"Kamu nyari Atsumu?" tebak [name] kemudian saat Hinata tak terdengar menjawab pertanyaan sebelumnya.

Alih-alih kembali gagap, Hinata tampak menyentak kini, "enggak!"

"--aku ke sini nyari... Nyari kakak! Kakak [name]! Aku kan mau berteman dengan kakak, ingat?"

[Name] tak percaya itu. Diputar kembali otaknya, ia menolehkan kepala lagi ke dalam kelas.

Helai kelam ditemuinya.

"Kamu... Ngintipin Osamu?"

[Full name] melebarkan mata kala melihat semburat merah dari wajah Hinata.

.

.

.

continue↓

kenalkan pemuda yang sedang mencoba tegar; kinoshita hisashi.

huh, siapa yang nangis? aku bahagia kalau dia bahagia, kok.
-kinoshita-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro