゛twelve.〃

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Full name] tatap wajah di hadapannya. Ia mencerna sejenak, merasa ada yang aneh. Miya Atsumu yang ditatap menyengir, memperlihatkan deretan giginya tanpa berdosa. Satu bulir keringat tercipta di kening, pemuda itu membenarkan ekspresi. Tak ingin terlihat lelah.

"...kok Gin mau sama kamu?" Tanya [name] pelan. Melirik Gin di luar pintunya yang menghadap ke arah lain.

Atsumu meringis, "bisa dong. Apa coba yang gak aku bisa, hehehe."

"Dia... Gak ngamuk sama kamu?"

Menghapus keringat dengan cara keren, Atsumu mengusap poninya ke atas, "abis kamu kayaknya suka banget sama Gin, jadi aku bela-belain ajak dia."

[Name] jadi merasa tak enak, "kamu gak harus bawa Gin, sih..." Ucapnya.

"Yah..." Atsumu melirik anjing yang diam-diam ia rutuk dalam hati, "tapi kalo dia lebih banyak ambil perhatian kamu dari pada aku, ya aku lepas."

"Nanti Osamu ngamuk loh..."

"Biarin aja, biar aku gak stress di rumah ada dua makhluk yang nyebelin!"

[Name] terkekeh ringan. Lucu saja apabila mendengar hubungan kedua kembaran ini yag saling meledek satu sama lain. "Ah, iya, tunggu sebentar ya. Aku mau ajak Kikyo juga."

Atsumu mengangguk, [name] berbalik berjalan ke arah kamarnya.

Dalam hati mengembuskan hawa-hawa lega. Karena setelah kejadian kepergok itu, ternyata ia masih bisa dekat dengan Miya Atsumu.

[Full name], gadis bodoh yang mau-mau saja mengabaikan bagaimana buruknya Miya Atsumu yang sebenarnya.

----------

"Iya? Kamu waktu kecil satu sekolah juga sama Tanaka?" Tanya [name] yang menatap gedung di hadapannya, lalu langsung menoleh ke pemuda di sampingnya.

Dilihatnya Atsumu itu mengangguk seraya membentuk senyum.

"Berarti kalian bertiga-tiga teman kecil?" [name] bertanya lagi. Tampak asik mendengar kisah lalu orang yang disukainya ini.

"Tapi pas junior high, dia gak keterima di sekolah yang sama kayak aku jadi kita pisah," Atsumu menjelaskan. Dia lantas bertanya, "kamu junior high di mana? Aku kayaknya gak pernah liat kamu waktu itu."

[Name] terkekeh, dia berjongkok, mengelus anjing-nya yang tampak asik sendiri mengendus tanah, "keluarga aku pindah waktu aku kelas satu junior high. Tapi aku gak mau repot pindah sekolah, jadi aku masih di tempat asal sampai lulus. Habis itu baru aku pindah..."

Atsumu mengangguk, "pantes. Aku agak heran kenapa kita baru dekat awal-awal tahun ini, padahal rumah kita juga dekat," responnya seraya terkekeh.

"Aku suka main ke sini kalo libur sekolah, sih..."

"Masa? Kamu kayaknya dulu pendiem gitu ya. Kalo dari dulu aku tau kamu, aku bakalan culik terus aku ajak main ke sungai belakang sekolah ini sama Samu," ucap Atsumu. Ingat kembali masa lalunya dengan Osamu kala itu. "Sekarang udah penuh rumput liar sih, dulu enak banget jadi tempat main."

Atsumu jadi ikut berjongkok. Berhadapan dengan sebuah gedung sekolah dasar, kedua remaja itu sibuk sejenak dalam pikirannya masing-masing.

[Name] yang pertama kali memutus keheningan. Ia menatap makluk berbulu cokelat halus yang sedari tadi terdiam di hadapan mereka, "Gin anteng banget. Kok bisa dia jadi diem begini?"

Si pemuda yang mendengar meringis, ingat betul betapa susahnya waktu awal membujuk anjing ini. Kayak bujuk cewek ngambek waktu pms. Greget banget.

"Grogi kali, ada cewek cakep soalnya," Atsumu menyahut asal. [Name] terkekeh. Entah yang dimaksud anjing betina milik [name], atau majikan anjing itu sendiri. Intinya dia gombal.

"Kikyo juga asik sendiri nih," balas gadis itu. Mengelus tubuh anjing berwarna cokelat kemerahan miliknya tersebut. "Ngomong-ngomong... Osamu gak apa-apa Gin-nya diculik sebentar?"

Merasa diperhatikan, [name] menoleh. Tepat sekali Atsumu memang sedang memandangnya, "kok kamu malah khawatirnya sama Osamu?" Kata pemuda itu.

Agak salah tingkah dipandangi seperti itu oleh orang yang disukainya, [full name] memalingkan wajah, "kupikir Osamu, kan, protektif sama Gin, jadi..."

"Huh... Iya iya, mereka berdua emang kayak orang pacaran, sih," Atsumu memotong, mengubah pula suasana. Pemuda itu berdiri kemudian, "ayo, kamu mau sekalian makan siang di rumahku aja gak?"

-; ebb and flow ;-

Dalam suasana agak lenggang, salah satu meja di kantin diisi oleh empat orang murid. Dua laki-laki dan dua perempuan saling berhadapan, saling berbincang. Namun di antara keempatnya, hanya satu orang yang terus mengatupkan mulut. Anteng saja ia memakan makanannya. Hanya menyahuti kalau ada yang menanya, dia adalah Miya Osamu. Dan makhluk di sampingnya adalah manusia yang berbagi rahim yang sama; Miya Atsumu.

"Oh, jadi kalian bertiga tahun kemarin satu kelas?" Atsumu berucap, menatap gadis yang baru tadi dikenali namanya adalah Yuna Manami; teman akrab [full name] yang kini duduk di hadapan Osamu.

"Iya," Yuna yang menjawab, "dulu aku liat Osamu duluan, terus begitu liat kamu, Atsumu--aku pikir itu Osamu yang udah ganti warnain rambut," oceh gadis itu. [Full name] di sampingnya menanggapi dengan kekehan kecil.

Atsumu mendesah, "iya, dulu kayaknya suka masih pada susah bedain aku sama Samu. Padahal tinggal liat warna rambut yang saling bertolak-belakang aja." Katanya.

[Name] memerhatikan itu, raut Atsumu saat berucap, saat mendesah, dan saat menyuap makanannya. Gadis itu lantas tersenyum tipis.

Lain dengan Yuna, [name] malah lebih dulu mengenali Atsumu Miya daripada kembaran berhelai kelamnya.

Terpergok oleh Atsumu kala sedang menatap cowok itu, [name] buru-buru membuang wajah salah tingkah. Atsumu yang melihatnya tertawa geli saja. Hal yang paling disukainya adalah melihat [full name] salah tingkah.

Tak lantas mengalihkan atensinya, Atsumu yang kini malah terus memerhatikan wajah di hadapannya sambil menahan senyum dengan binar gerlingan. Niatnya ingin langsung menggoda kala gadis itu nanti kembali menatapnya, namun atensi [name] tidak berpindah.

Gadis itu tengah menatap ke arah lain. Wajah [name], terus dipandangi, sampai Atsumu lihat perubahan raut dari wajah sang gadis.

"Hinata!"

Ketiga remaja di meja tersebut menoleh dulu ke sumber suara sebelum mengikuti arah pandangnya.

Tapi tanpa mereka sadari, Miya Osamu lebih cepat menoleh ke arah yang dimaksud.

"Hinata, sini!" [full name] melambai. Helai nyentrik berbadab mungil itu bergerak ragu mendekat.

Atsumu bertanya, "siapa?"

"Hinata Shouyo, adik kelas kita," jawab [name] agak melirik Osamu yang sudah kembali berkutat pada makanannya mencoba tenang.

Pemilik helai orange itu sampai kemudian. Bergerak malu-malu kecil di sisi [name] seraya memegang nampan, "ada apa, kak [name]?"

"Duduk di sini aja," jawab [name] menepuk meja di sampingnya, "kamu sendirian, kan? Sama kami lebih enak."

Hinata Shouyo, gadis itu melirik kecil ke ujung meja sana sebelum menduduki kursi di samping [name].

"Halo, dek Hinata, dari kelas apa?" Atsumu memulai sapaan akrab.

Hinata itu menjawab seadanya, "kelas 1-4."

Memang dasarnya mungkin Atsumu adalah orang yang supel, cowok itu bertanya lagi, "kamu udah kenal kakak belum? Aku Miya Atsumu, teman sekelas kak [full name]."

"Udah kenal," sahut Hinata itu langsung. Mukanya kaku namun dengan semburat merah tipis. Menatap Atsumu jutek. Sejujurnya ini adalah bentuk salah tingkahnya. Niatnya mau kalem, tapi jantung udah gila banget.

"Oh, udah..." gumam Atsumu memelas karena dijawab sesingkat itu oleh adik kelasnya. Tak mau terlihat malu sendirian, Atsumu menyikut kembarannya, "ayo kenalan Osamu, dia adik kelasmu."

Hinata mendecak, menggerutu dalam hati untuk si Miya pirang. Sementara [name], akhirnya menatap Osamu yang disikut.

Atsumu mengoceh sok bernasihat. Mengatakan bahwa Osamu tak boleh jutek seperti itu pada orang lain. Padahal sesungguhnya Atsumu hanya ingin melihat Osamu juga dibalas jutek oleh gadis kecil itu sama sepertinya.

Mungkin merasa terganggu, [name] lihat perlahan alis Osamu itu menekuk.

"Ck, aku udah kenal dia!"

[Name] kaget.

Dua-duanya menggebrak meja dan mengatakan bahwa mereka sudah saling kenal.

.

.

.

continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro