❀ 06 ❀

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 6

"Kay, ayo kemari!"

Aku menggeleng malas melihat Beomgyu melambai-lambaikan tangan memintaku untuk menghampirinya.

Aku sudah terlanjur di posisi nyaman berteduh di bawah pohon yang cukup jauh dari bibir pantai.

Hari ini adalah weekend, kami diberi kesempatan untuk melaksanakan kencan musim semi di pantai mengingat ini adalah hari libur.

Ngomong-ngomong tentang kencan musim semi, aku merasa semakin hari, aktivitas yang kujalani bersama Beomgyu lebih terasa seperti aktivitas hang out bersama teman akrab. Beomgyu sangat easy going dan friendly, aku jadi nyaman dan tidak merasa canggung.

Ketika matahari terlihat sudah tidak cukup terik dan bersembunyi di balik awan, barulah aku menghampiri Beomgyu yang bermain pasir.

Aku mengamati laut di hadapanku dalam diam.

"Kay?"

"Beomgyu, kenapa kamu suka sekali pantai? Aku pribadi lebih suka ke gunung karena dingin. Pantai itu panas sekali."

Beomgyu berdiri di sampingku. "Apa ya ..., mungkin karena aku sangat suka melihat laut?"

"Kenapa?"

"Tiap kali aku melihat laut, aku merasa ... bebas. Hamparannya yang luas, tidak terbatas sepanjang jauh mata memandang, dan kemungkinan-kemungkinan yang ada di seberangnya yang tak terkira," jelas Beomgyu sambil tersenyum, "karena standar kebahagiaanku adalah kebebasan. Melihat laut membuatku merasa bebas dan ... bahagia. Itu saja."

Aku terperangah mendengar penjelasannya. Pemikiran Beomgyu memiliki makna yang dalam membuat hatiku jadi tersentuh.

Aku mengangkat jariku menunjuk burung yang sedang terbang di atas lautan. Beomgyu menengok dengan heran.

"Kalau aku diberi kesempatan menjadi makhluk selain manusia, aku ingin sekali jadi burung. Kau tahu kenapa? Karena burung dapat terbang di langit, berjalan di daratan, hinggap di pepohonan, bahkan bisa berenang di lautan, juga hidup berkoloni maupun terbang sendiri semau mereka. Sangat bebas dan juga menurutku sangat membahagiakan sekali."

Beomgyu tersenyum manis, "Itu artinya kita punya standar kebahagiaan yang sama."

Aku mengangguk, "Benar."

Matahari bergerak menuju kembali ke peraduan. Kami berdua duduk terdiam di pasir pantai, mengamati perubahan langit yang tadinya biru cerah menjadi kemerahan jingga.

Di penghujung hari akhir pekan, aku dan Beomgyu terlarut dalam pemikiran tentang hakikat bahagia sembari mengamati matahari terbenam.

Terlepas dari standarku, aku juga mensyukuri kebahagiaan yang datang melalui hal-hal kecil. Seperti saat ini misal, aku bahagia bisa diberi kesempatan menghabiskan waktu dan berbincang dengan sosok Choi Beomgyu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro