ᴅᴜᴀᴘᴜʟᴜʜ ᴇᴍᴘᴀᴛ

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ǝTHirëǝl
• ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ •

Adriana terbangun ketika matahari sudah berada hampir di atas kepala. Ia mengerjap, kemudian bergerak kaget ketika mendapati kamarnya berbeda. Namun, detik berikutnya ia mengembuskan napas lega karena mengingat kejadian Airlangga memaksa menjemputnya.

Ponselnya penuh dengan notifikasi chat, teman tetangga indekosnya memberondong pertanyaan karena dia menghilang tanpa kabar pagi-pagi sekali. Bahkan belum dapat dibilang pagi.

Penghidunya menangkap bau yang membuat perut bernyanyi. Ia menoleh ke samping, Airlangga tengah sibuk dengan frypan yang ia tidak tahu apa isinya itu. Mencuri pandang pada atasanya yang tengah sibuk dengan masakan, Adriana mengulas senyum ketika mendapati Airlangga terlihat santai dengan kaos putih polos dan celana gunung pendek.

"Kamu sudah bangun?"

Buru-buru Adriana berdiri ketika Airlangga menatapnya saat berbalik dan meletakkan nasi goreng pada piring yang disiapkan di atas meja makan.

"Cuci wajah kamu dan kita sarapan bersama," ucapnya seraya meletakkan telur ceplok, sosis, selada dan timun yang sudah di potong ke piring kosong.

Adriana mengangguk, menyuguhkan ekspresi sungkan sebelum bergerak menjauhi sofa tempatnya tidur semalam dan melewati Airlangga menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi, ia membasuh wajah, mencuci muka dengan sabun milik Airlangga. Ia celingukan, mencari sikat gigi baru yang kemungkinan saja Airlangga simpan di kotak penyimpanan, tetapi tidak ada.

"Masa aku pakai punya Chef Air?" Adriana bertanya pada dirinya sendiri kemudian menggeleng pelan sebelum keluar dari kamar mandi.

Airlangga sudah siap dengan makanan di atas meja makan, ia menuang air ke dalam gelas dan menatap Adriana ketika perempuan itu keluar dari kamar mandi.

"Kamu terbiasa sarapan dengan nasi, Adria?"

Adriana hanya mengangguk. Ia menutup wajah dengan handuk yang melingkar di lehernya, menyembunyikan wajah dari Airlangga.

"Kamu kenapa?" tanya Airlangga mendapati gelagat aneh cook helper barunya itu.

Adriana hanya menggeleng, tidak berniat sama sekali membuka suaranya hingga Airlangga mempersilakannya duduk.

"Makan, Adria."

Adriana menyendok nasi goreng di depannya. Rasa asin dan pedas menyatu, ada sensasi aroma asap yang timbul ketika Adriana mengunyah nasi goreng di dalam mulutnya seperti memakan ayam panggang yang sangat halus.

"Enak banget, Chef!" Tanpa sadar Adriana menyerukan pendapatnya.

Airlangga pandai memasak, itu adalah satu fakta yang tidak akan Adriana bantah. Sementara Airlangga membiarkan komentar itu melayang di udara tanpa membalasnya. Melalui isyarat tangan, ia meminta Adriana menghabiskan makanan yang sejak pagi ia buat.

"Saya minta maaf karena kemarin ganggu istirahat kamu. Tapi belakangan ini saya tidak bisa tidur, saya harus secepatnya menemukan perempuan itu agar saya bisa tenang."

Airlangga menunduk dalam. "Saya berjanji tidak akan mengganggu kamu setelah kita temukan perempuan itu."

Adriana tidak mengangguk, tidak juga membalas dengan gelengan untuk mengatakan bahwa ia terganggu oleh sikap Airlangga. Sempat tertegun beberapa detik, agaknya Adriana justru terganggu dengan kalimat Airlangga yang mengatakan 'tidak akan mengganggunya' lagi.

Jika bayarannya adalah lebih dekat dengan Airlangga, demi apa pun Adriana akan dengan suka rela diganggu oleh laki-laki itu setiap hari. Baginya, kebersamaan dengan Airlangga adalah hal yang tidak dapat ditukar dengan apa pun.

"Chef, boleh saya tahu sesuatu?"

"Apa?"

"Apa yang akan Chef Air lakukan ketika bertemu dengan perempuan yang ...." Adriana menjeda ucapannya, sedikit tidak begitu percaya dengan fakta yang beberapa hari ini ia ketahui.

"Merebut kebahagiaan ibu saya?" Airlangga memastikan. "Saya akan pastikan ia mendapat balasan yang setimpal dengan apa yang dia lakukan."

"Lalu?"

Airlangga mengedikkan bahu. "Mungkin setelah itu kembali ke Barcelona dan melupakan semuanya. Saya sudah tidak punya alasan untuk tinggal di sini mau pun di Jakarta, tidak ada hal yang harus saya pertahankan lagi."

Nafsu makan Adriana mendadak hilang begitu saja, nasi goreng yang tadi perempuan itu puji enak sekarang terasa hambar tanpa rasa. Kalimat 'tidak ada lagi alasan untuk tinggal' betul-betul membuat Adriana kehilangan harapan. Dalam hatinya ingin sekali bertanya pada Airlangga.

Tidak bisakah Adriana menjadi alasan Airlangga untuk tinggal?


ᴀᴋᴜ ɴɢɢᴀᴋ ᴛᴀᴜ ʜᴀʀᴜs ɴɢᴏᴍᴏɴɢ ᴀᴘᴀ ʟᴀɢɪ, ᴊᴀᴅɪ ᴍᴀʀɪ ᴋɪᴛᴀ ᴀᴋʜɪʀɪ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴜᴄᴀᴘᴀɴ, ᴛᴇʀɪᴍᴀ ᴋᴀsɪʜ sᴜᴅᴀʜ ᴍᴀᴍᴘɪʀ :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro