sᴇᴍʙɪʟᴀɴ ʙᴇʟᴀs

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

ǝTHirëǝl
• ᴇᴛʜᴇʀᴇᴀʟᴏᴠᴇ •

Mobil Airlangga berhenti di depan sebuah kantor redaksi harian di kawasan Mangkubumi. Tempat itu ramai dikunjungi pengunjung. Mulai dari mahasiswa hingga wisatawan lokal, atau pun karyawan dengan berbagai profesi.

BMW X1 Airlangga bersebelahan dengan Toyota Fortuner, dan beberapa jenis mobil lain mulai milik pribadi hingga sewa harian. Setelah keluar mobil, mereka menempati salah satu tempat yang ramai diburu pembeli, tidak ada bangku, hanya alas tikar dengan meja kayu pendek.

"Kamu mau ini, Adria?" Airlangga mengambil satu tusuk sate berisikan telur puyuh pada Adriana.

Adriana mengangguk, kemudian mengambil bungkus nasi kucing untuknya dan Airlangga. Mereka kembali pada tempat makan setelah mendapat makanan, piring plastik yang dibawa Airlangga penuh dengan tahu goreng, tempe mendoan, sate usus juga sate telur puyuh.

Pedagang memberikan teh tawar hangat untuk dinikmati bersama nasi kucing dan mengusir udara yang mungkin saja mulai dingin.

"Saya nggak tahu kalau Chef Air bisa makan di angkringan juga." Suara Adriana terdengar riang.

"Kenapa kamu bisa berpikir kalau saya nggak bisa makan di tempat seperti ini?" Airlangga menyuap nasi yang ada di hadapannya, rasa asin gurih menyapa lidah bercampur pedas dari sambal yang dituangkan pada nasi.

"Nggak apa-apa. Tapi dari gaya Chef Air bukan yang mau antri-antri makan di pinggiran seperti ini." Adriana sedikit menahan tawa. Entahlah, Adriana juga tidak tahu apa lucu, tetapi melihat Airlangga memicingkan mata dan menghentikan kunyahannya dengan mulut penuh nasi membuatnya ingin tertawa.

"Kamu nggak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan, Adria. Terkadang ada yang terlihat mewah hidupnya biasa saja." Airlangga memperingatkan.

"Iya, kadang mereka seperti itu untuk menaikkan gengsi mereka, 'kan, Chef."

"Belum tentu."

"Belum tentu?" Adriana membeo.

"Terkadang orang seperti kamu hanya bisa men-judge orang tanpa tahu maksud mereka bukan?" Airlangga menunduh santai. "Mungkin apa yang kamu bilang itu benar. Tapi setiap orang punya standarisasi kesenangan masing-masing bukan? Ketika mereka senang dengan apa yang mereka lakukan, kenapa itu dianggap hanya sebuah gengsi? kata 'hanya' agaknya terdengar menyepelekan buat saya."

Adriana tidak menjawab. Lebih seperti tidak tahu harus membalas tuduhan Airlangga dengan argumen apa. Dalam benaknya, sedikit membenarkan apa yang Airlangga ucapkan.

"Menurut saya, apa pun itu, tidak terlalu menilai orang sudah cukup." Airlangga meminum teh hangatnya.

"Kalau Chef sendiri bagaimana? Banyak banget loh yang bilang Chef Air galak."

Perkataan Adriana sukses membuat Airlangga menjadi pusat perhatian karena tersedak secara berlebihan. Adriana mengelilingi meja, mengahampiri Airlangga dan memberikan gelas air miliknya pada laki-laki yang kini mengeluarkan air mata.

"Chef baik-baik saja?" Adriana bertanya khawatir.

"Saya baik. Terima kasih." Airlangga menetralkan suaranya.

Beruntung Airlangga sudah selesai dengan makanan yang disantapnya, jika belum, bisa dipastikan ia akan kehilangan selera makan saat Adriana selesai dengan perkataannya. Laki-laki itu mengelap mulut dengan tissue dan mengajak Adriana pulang.

Adriana menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh Airlangga ketika menyebrang. Seulas senyum tersimpul, rasanya, seperti kembali ke masa lima belas tahun lalu, di mana Airlangga senantiasa menggenggam tangannya ketika mereka berjalan bersama.

Bahkan, ketika Airlangga membukakan pintu mobil, laki-laki itu sukses membuat Adriana berpikir bahwa hari ini adalah hari libur terbaik sepanjang masa.

"Kamu serius mau bantu saya?" Airlangga kembali mengulang pertanyaan yang disampaikannya sebelum makan di angkringan.

"Iya, Chef."

Airlangga mengulas senyum. Sepasang lubang cacat di pipinya membuat Adriana melebarkan mata. Ini Elangnya! Adriana tidak akan salah mengenali, sosok Air yang dingin dan tak tersentuh mungkin menyembunyikan sosok Elangnya yang hangat.

Adriana bertekad, akan mengembalikan senyum hangat Elang yang bersembunyi karena masalah yang kini ia hadapi. Itulah alasan Adriana membantu mencari sosok perempuan yang merebut kebahagiaan Ayunda, untuk mengembalikan Airlangga seperti semula.

ᴀɪʀʟᴀɴɢɢᴀ ɪᴛᴜ sᴇʙᴇɴᴀʀɴʏᴀ ᴍᴀɴɪs, ᴋᴀʟᴀᴜ ᴋᴀᴛᴀ ᴀᴅʀɪᴀɴᴀ sᴀᴍᴀ ᴀᴋᴜ. ᴄᴜᴍᴀ ᴋᴀʀᴇɴᴀ ᴀᴅᴀ ᴍᴀsᴀʟᴀʜ ᴀᴊᴀ ᴅɪᴀ ᴊᴀᴅɪ ɢᴀʟᴀᴋ, ᴛᴀᴘɪ ʙᴇsᴏᴋ ᴅɪᴀ ʙᴀʟɪᴋ ᴋᴇ ᴅᴀᴘᴜʀ, ᴊᴀᴅɪ ɢᴀʟᴀᴋ ʟᴀɢɪ ɴɢɢᴀᴋ ʏᴀ?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro