1. Kelas E?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku mendecih sebal. Ku remas kertas yang sedari tadi kupegang hingga kini bentuknya menjadi abstrak. Apa-apaan ini? Pemberitahuan jika aku masuk kelas E? Sangat tidak masuk akal.

"Nee, [Last Name]-san. Ku dengar semangat belajarmu turun drastis akhir-akhir ini dan catatan perilakumu juga akhir-akhir ini menjadi buruk. Anggap saja itu adalah upeti dariku, semoga bisa membantu." Lelaki dihadapanku menunjukkan senyum menyebalkannya. Sialan nih orang. Aku merutuki orang penting di Kunigigaoka itu. Senyum kecut terulas dibibirku.

"Terima kasih. Saya hargai keputusan Asano-sensei itu. Permisi," langkah kakiku beranjak meninggalkan tempat ini, meski sebelumnya aku terpaksa membungkukkan badan dihadapannya. Untung saja gadis sepertiku masih tau sopan santun, kalau tidak saat itu juga rasanya aku ingin melampiaskan rasa marahku pada wajahnya.

Kakiku melangkah cepat, suaranya menggema di koridor. Saat aku hendak menuju kelasku, 9-B, terlihat banyak siswi yang memandangiku sambil bersuara bising. Cepat sekali desas-desus itu menyebar.

"Huwaa, kasihan sekali kau [Name]-chan. Sifat belagumu dikelas ini berakhir sudah." ujar wanita bersurai panjang yang dimataku ia lebih terlihat seperti mak lampir. Aku paham. Tentu saja semua peristiwa ini tidak semata-mata terjadi begitu saja kalau tak ada dalang dibalik semuanya. Mak lampir itu pasti yang melaporkanku pada pihak sekolah. Dia sudah mempersiapkan dengan matang rupanya. Aku mengambil tas dan menggendongnya. Ingin cepat-cepat rasanya aku meninggalkan kelas ini.

"Hei Yuki-san. Sebenarnya aku malah merasa senang kalau harus pergi dari kelas yang penghuninya pada syirik semua lho.. Bhay" aku menyeringai pada mereka semua, sebelum aku mulai melangkahkan kaki dan pergi.

"Jaa ne, [Name]-chan. Bahkan di hari terakhirmu disini masih sempat saja kau menunjukkan sifat belagu mu itu." Wanita yang dipanggil Yuki itu melipat tangan ke dadanya. "Mulai saat ini, aku lah yang nomor satu di kelas ini" tambahnya.

><><><

Hahh.

Aku membungkukkan badanku dengan nafas yang masih terengah-engah. Sulit juga rasanya jika harus naik-turun bukit untuk pergi sekolah. Aku mengumpat dalam hati dengan berbagai rutukan.

"Are? Bukannya kau anak gedung utama?" Sebuah suara membuatku menoleh, dan mendapati lelaki--err aku tidak yakin--dengan rambut biru cerah dikuncir dua sedang menatapku heran. "Untuk apa kesini?" Lanjutnya.

"Tentu saja untuk sekolah, baka." Aku mencoba menaiki kembali anak tangga dihadapanku ketika si rambut biru itu tiba-tiba terdiam.

"Hehh...? Anak baru dari gedung utama?" Koor mereka serempak ketika guru dengan bentuk yang menurutku aneh selesai memperkenalkanku.

"Hai' minna-san, mulai saat ini [Last Name]-san akan bergabung dengan kita. Nah tentu saja, disini [Last Name]-san tidak hanya dituntut untuk belajar seperti anak sekolah biasa. Nurufufufu" Oh aku yang dibuat bingung sekarang. Apa maksudnya tidak hanya dituntut untuk belajar seperti anak sekolah biasa?

"Teman-temanmu yang akan membantu menjelaskannya padamu nanti. Nah sekarang, [Last Name]-san bisa duduk di belakang sana dan mari kita mulai pelajarannya!"

><><><

Uhukk. Ugh..

Penjelasan dari gadis di hadapanku saat ini membuatku tersedak. "Hah?" Hanya kata itu yang mampu kukeluarkan. Misi membunuh guru gurita yang katanya akan meledakkan bumi? Yang benar saja. Kenapa akhir-akhir ini aku harus berhadapan dengan hal-hal yang tidak masuk akal? Aku menghela napas.

"Ya begitulah [Name]-san. Ngomong-ngomong aku heran kenapa kamu dimasukkan kesini ketika sudah pertengahan semester awal ini?" Tanya Toka Yada yang sedang menopang dagunya dan menatapku.

"Maaf, aku tidak ingin membicarakan hal itu Yada-san." Tentu saja aku tidak ingin membicarakannya, karena itu adalah kejadian yang paling membuatku geram dan membuatku berpikir ulang 'Emang kenapa harus kelas-E?'

"Gomen gomen, [Name]-san. Lupakan" ujar Yada sembari mengibas-ngibaskan tangannya. Aku tersenyum.

"Heii Rio-chan, Maehara-kun.. hentikan! Kembalikan bukuku!" Kulihat Kaede berusaha mengambil barangnya itu yang di pindah-pindahkan tangan dari Maehara ke Nakamura-begitu sebaliknya.

"Setiap kali aku melihatnya entah kenapa jantungku berdebar ohhh... Shi--" Nakamura sedari tadi mencoba membaca apa yang tertulis di buku milik Kaede itu.

"HENTIKANN!!"

Kupikir, aura suram kelas-E yang dulu sudah menghilang ya? Mereka tidak seburuk yang kukira. Namun tetap saja, aku masih tidak terima jika harus dimasukkan kesini. Seharusnya aku bisa masuk kelas yang lebih baik, mengingat aku adalah orang yang teguh dengan pandangan masa depan.

><><><

Sudah seminggu aku berstatus menjadi murid kelas-E. Aku menjalani dengan biasa, dan tetap disiplin melaksanakan tugas.
Saat ini adalah jam olahraga. Semua murid sudah berada dilapangan dengan mengenakan seragam olahraga masing-masing, berbaris di depan Karasuma-sensei.

"Baik apa semuanya sudah lengkap?" Tanya Karasuma-sensei sembari membalikkan lembar absen ditangannya.

"Tidak sensei." Sahut sebuah suara. Guru itu memijit pelipisnya. "Akabane lagi?" gumamnya. Aku memiringkan kepala, kemudian menoleh ke kanan-kiri.

"Anoo, Kataoka-san. Akabane-san itu yang mana ya?" Tanyaku pada gadis ber-ponytail yang baris disebelahku.

"Lho, [Name]-san belum tahu? Padahal bangkunya disebelahmu lho" Sejenak aku berpikir, oalah si kepala merah. Tunggu, bukannya tadi..?

"Dia tadi ada kan? Sekarang kemana?"

"Sudah biasa kalau dia membolos saat jam pelajaran [Name]-san. Sepertinya kamu perlu berkenalan lebih jauh masing-masing tentang kami." Ia tersenyum. Memangnya penting? Batinku.

"Kataoka, [Last Name]. Jangan berbicara sendiri, simak sensei dengan benar kemudian praktekkan!"

"HAI'" sahut aku dan Kataoka serempak.

Materi 'coba mengenaiku' dari Karasuma-sensei membuat kami kelelahan. Semua siswa disuruh berpasangan dua-dua untuk mencoba menyerang Karasuma-sensei hingga mengenainya dengan pisau anti-sensei yang kami miliki.
Aku bersama Kataoka, dan sudah maju sesuai giliran. Bagaimanapun juga kami berdua tidak bisa mengenainya--betapa hebatnya anggota kementerian pertahanan itu.
Kami berdua terduduk, masih menonton pasangan lain yang sedang unjuk kebolehan. Aku beranjak dari dudukku, menuju bola voli yang tergeletak di tanah yang letaknya tak jauh dariku, mengambilnya kemudian memainkannya.

"Kamu ngapain [Name]-san?" Tanya Kataoka.

"Join? Daripada tidak melakukan apa-apa, lebih baik kita berolahraga!" Aku mengoper bola voli itu kearahnya. Ia menangkap dengan baik. "Boleh,"

Awalnya hanya aku dan Kataoka yang bermain, namun tiba-tiba banyak yang bergabung hingga..

"Uwahh bolanya terlempar jauh akibat pukulan [Name]-san. Sugoii yo"  aku hanya bisa memberikan cengiran kuda.

"Bentar semuanya, aku akan mengambil," aku berlari kecil memasuki hutan di bukit ini. Agak lama aku memandangi sekeliling dan sepertinya aku kesulitan mencari. Lagipula aku baru ingat.. aku sama sekali belum hafal jalan hutan ini. Apa aku masuk terlalu dalam?

Bola voli sialan.
><><><

Muehehe, bagaimana readers-san.. ini pembukaan yang panjang ya?

Maaf kalau Karma belum terlihat batang hidungnya.. tapi di chapter depan sudah dipastikan muncul kok^^ /spoiler/

Stay tune yaa~
Mind to vote and comment anyone?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro