8. Strawberry Trapper (Bagian 2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jumat sore yang menenangkan. Aku menengok ke luar dari jendela kamarku, menghirup udara sore, kemudian tersenyum. Selama beberapa saat aku termangu dengan tangan menopang dagu. Angin musim gugur yang berhembus dari arah Timur menerpa, membuat beberapa helai rambut yang terjatuh akibat ku kuncir asal-asalan pun menari di udara. Sejenak aku memandang ke berbagai objek di luar sana.

Dari kamarku yang terletak di lantai dua ini, aku bisa melihat gumpalan bak kapas yang tergantung di langit juga bergerak tergiring angin, beberapa orang yang melalu lalang di jalanan kompleks depan rumah, dan hijau pepohonan yang ditanam di halaman rumah-rumah---membuat mataku kembali segar. Pasalnya, sudah lama aku berkutat pada berbagai buku untuk persiapan ujian mendatang sejak sepulang sekolah tadi, membuat sekujur otot mataku lelah. Tak lama kemudian, ekor mataku menangkap sebuah objek yang sangat familiar sedang berdiri di depan pagar.

"[Name], ada temanmu datang." Aku menoleh ke arah suara di balik pintu. Itu suara Ibu, beliau sudah melangkah turun lagi sekarang. Aku yakin Ibu sedang sibuk menyiapkan makan malam terdengar dari dentingan khas dari dapur di bawah. Aku mengambil cardigan yang tergantung pada gantungan baju, kemudian membuka pintu dan dengan tergesa, berjalan menuruni anak tangga rumah.

"Karma-kun, kau telat. Aku menunggu sampai sempat berlatih satu paket soal tadi." (Nb : sepaket disini maksudnya kayak paket soal UN ya jadi isinya 40-50 soal, hehe)

"Maaf, ada sesuatu yang harus ku kerjakan. Apa yang lain sudah sampai? Aku tidak mendengar suara riuh dari mereka." Aku berjalan mengiringinya menaiki tangga menuju kamarku sambil menghela napas.

Hari ini, ada kerja kelompok antara aku, Karma, Maehara, Yada dan Rinka untuk mengerjakan tugas dari Irina-sensei mengenai presentasi berbahasa Inggris. Oh! betapa menyusahkannya hal itu. Dan lihat, bahkan di waktu yang bersamaan pun mereka terhalang tak bisa datang kemari. Sungguh, sebenarnya aku kurang menyukai sistem kerja kelompok untuk tugas karena yah.. itu membutuhkan suatu hal yang dinamakan kesabaran.

"Tidak. Mereka kompak berhalangan hadir hari ini." jawabku sambil mengendikkan bahu.

"Hei coba lihat siapa yang kau bawa ini---ya ampun, adikku pintar sekali memilih kekasih. Ahaha." Siapapun, tolong berikan aku tisu untuk menyumpal mulut ember kakak perempuanku yang satu itu. Dia menutup pintu kamarnya dari luar sambil tersenyum-senyum jahil.

Karma membungkukkan badannya kemudian tersenyum kalem. "Selamat sore," ujarnya pada kakakku. Aku memutar bola mata malas. Sekarang dia menunjukkan sifat sopannya, padahal aku tahu dalam hati palingan dia lagi ogah-ogahan.

"Berisik." Hanya itu kata yang kulemparkan untuknya, tak mau ribut-ribut berdebat hanya karena kata 'kekasih' yang dia lontarkan tadi meskipun aku sangat tidak setuju akan hal itu. Apa-apa dibilang kekasih, mungkin kalau aku membawa tukang jaga kebun sekolah ke rumah juga bakal dibilangnya kekasih. Oke, tapi itu gak ada gunanya, kan.

blam

Pintu kamar kututup pelan, kemudian dengan santai aku berjalan ke meja belajar yang terletak di sudut ruangan.

"Jadi, kamu bisa bersikap sopan juga ternyata ya Karma-kun." ocehku asal sambil merapikan buku-buku yang tadi kugunakan belajar. Aku mengambil meja kecil dan kuletakkan di tengah ruangan, lengkap dengan bantal duduk serta beberapa camilan.

"Seorang pria harus menjaga sikapnya terutama pada calon kakak ipar bukan?" Aku tertegun sejenak, mencoba mencerna kalimatnya tadi.

"Ku lihat wajahmu memerah. Apa terserang demam dadakan?"

"Seorang pria harus menjaga ucapannya terutama saat di dalam kamar wanita, bukan begitu Karma-kun?" Dia tertawa tertahan begitu selesai mendengar ucapanku yang membalikkan kalimatnya. Setelah meminta maaf, Karma mengambil tasnya dan mengeluarkan satu buku serta peralatan menulisnya.

"Lagipula---apa kita harus belajar di kamarmu?"

"Adikku menonton TV, Kakakku membersihkan rumah, dan Ibu memasak di dapur. Apa kau yakin kegiatan mereka tidak menganggu konsentrasi kita kalau belajar di ruang utama?" Ia menggeleng kecil, aku tersenyum simpul.

"Yasudah, ayo kita mulai mendiskusikan materinya. Kita tak bisa menunggu yang lain kalau di kejar waktu begini kan?"

><><><

6.12 pm

"Huwahh.. ini benar-benar melelahkan! Nee, Karma-kun apa mau langsung pulang? Aku yakin Ibu senang kalau kau ikut makan malam bersama kami." Karma membantuku mengangkat meja, menyimpannya pada tempat semula saat aku membereskan sampah bekas camilan yang kami makan sepanjang diskusi lalu.

"Itu tawaran yang menarik. Apa boleh?" Aku mengangguk. Ini hal yang wajar, kan. Lagipula Karma benar-benar banyak membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok kami---aku tak membayangkan kalau harus menyelesaikannya sendiri---jadi tawaran makan malam bersama adalah bentuk rasa terima kasihku.

Kami beranjak dari posisi kami, hendak menuju keluar pintu namun tiba-tiba aku menahannya.

"Aku teringat sesuatu. Jaketmu! akan kuambilkan sebentar di ruang sebelah. Tunggu disini ya, jangan turun sendiri! Dan jangan menyentuh macam-macam." titahku padanya sebelum aku menghilang dari balik pintu menuju ruang sebelah---tempat biasanya baju-baju yang baru kering dan di setrika. Aku yakin aku telah menyetrikanya namun belum kumasukkan ke dalam lemari ku.

Butuh waktu agak lama untuk kembali karena tadi aku sempat mampir ke kamar mandi lantai ini. Sekembalinya ke kamar, Karma bangkit dari tempat duduk meja belajarku. Sorot mata manik merkurinya berubah, atau hanya perasaanku saja. Kami berjalan menuju ruang makan di lantai bawah tanpa berkata apa-apa.

Begitu pula saat di meja makan, mulutnya terkatup tak seperti biasanya. Bahkan sampai kuantar ke depan pagar, Karma hanya diam, tak berujar.

><><><

Ujian. Momok paling mengerikan bagi siswa manapun, telah berakhir dengan lancar. Saat ini siswa kelas 3-E bersama-sama kembali dari gedung utama untuk mengambil hasil nilai ujian. Kertas hasilnya pun tak kalah mengerikan dengan ujiannya. Karena jika tak mendapat hasil yang kau harapkan, agaknya kecewa bukan?

Aku bernapas lega dan dalam hati terus-menerus bersyukur. Kelas 3-E mendapat hasil yang cukup memuaskan di ujian ini, banyak dari kami tembus peringkat atas. Itu membuat senyum sumringah terpatri di bibir kami sedari tadi.

"Oya, oya.. coba lihat apa yang terjadi~ beraninya mereka mencoba melampui kelas A. Hah, berhak apa kau kalian dasar kelas End."

Perusak suasana. Bibir yang beberapa saat lalu menyunggingkan senyum, terpaksa dikerucutkan kendati suara menjengkelkan dari barisan siswa di hadapan kami terdengar. Jajaran 5 siswa populer dari kelas A, lengkap dengan 'pemimpin' yang menyebalkan.

"Tak kusangka, kalian jauh melampaui ekspektasiku. Tetapi kalian belum bisa mengalahkanku, benar kan Akabane?" Aku melirik ke arah Karma yang berdiri di belakang, ia menatap datar depannya. Tak menyahut, dengan samar kudengar Karma mendecih pelan.

"Dia berada di peringkat dua ujian kali ini, dan di ujian berikutnya tentu saja ia akan menyalipmu, Asano-kun." Isogai mencoba mewakili Karma, mengerti bahwa teman berambut merahnya itu sama sekali tidak berkeinginan untuk buka mulut.

Ah ya, ada apa dengannya? Semenjak dua minggu yang lalu tepatnya keesokan hari setelah Karma belajar kelompok di rumahku, dia mendadak jadi tak banyak omong sekalipun padaku. Seolah menjauh dariku, tetapi masih mau berbicara sedikit dengan yang lain. Awalnya aku tak memusingkan hal ini karena harus fokus belajar untuk ujian, tapi lama-kelamaan aku juga tidak betah. Sebenarnya dia kenapa?

"Oh, lihat. Akabane melarikan diri," Serentak kami menoleh ke arah Karma yang melenggang pergi tanpa bersuara. "Bukankah dia terlihat seperti pecundang, ya kan Asano?"

Tawaan lepas keluar dari mulut mereka---minus Asano---membuat udara di sekitar kami seolah tercemar akibat polusi yang tidak menyehatkan.

"Asal kalian tahu, dia bukan pecundang. Hanya seorang pecundanglah yang tidak menghargai hasil jerih payah orang lain dengan mengatainya." Seruku sambil menahan mati-matian lonjakan nada suara.

Tidakkah mereka berpikir barangkali Karma bersikap demikian bukan persoalan pecundang melainkan dia sedang dilanda masalah? Mengaku pintar tapi tidak mau mengerti keadaan. Apa-apaan mereka itu! Dadaku mengembang dan mengempis, tangan terkepal dengan erat, dan sorot mataku berubah tajam.

"Terus terang saja Asano, kau pasti merasa terancam kan? Bersyukurlah dia berbaik hati masih memberikan kau kesempatan terakhir untuk menikmati posisi nomor satu itu." ujarku lagi, membuat yang lain tertegun tetapi tidak untuk teman-teman Asano di depan sana, siapalah itu aku tak pernah menghafal mereka.

Mereka menggeretakkan gigi, hendak menghambur maju ke arahku namun ditahan oleh Asano. Berbeda dengan yang lain, ia menyunggingkan senyum---seringaian lebih tepatnya.

Tak berselang lama, setelah mengeluarkan ultimatum dan sumpah serapahan blablabla terhadap kami, mereka beranjak dan aku mulai menghela napas lega.

"Keren [Name]-chan~ kamu membela Karma-kun sampai Asano sialan itu tak berkata-kata lagi." Kayano menggenggam tanganku dengan mata berbinar dan hanya kubalas kekehan pelan.

"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi." sahutku sambil mulai berjalan mengekori teman-temanku untuk kembali ke kelas kami di atas bukit.

You have a new messege!

Eh? aku menghentikan langkah sejenak.

"Ada apa [Name]-chan?" tidak kugubris, aku tetap melanjutkan aktivitas mencari handphoneku di dalam tas. Ketemu!

From : Asano Gakushuu

Jam 4 sore di restoran x.

Aku menghela napas berat setelah membaca serentetan kalimat di layar ponselku. Dia ini mendadak sekali! Dasar tuan perfeksionis yang merepotkan.

><><><

To be continued

Author's Note :

Hola readers-san~~ Kay kembali membawa apdetan cerita ini. Apa ada yang menunggu? //GAK

Ehehehe, Saya hanya mau bertanya bagi kalian para pembaca , apa kalian suka atau tidak dengan dengan fanfic ini?

Viewnya lumayan, tetapi respon apalagi komen sama sekali masih minim. Jujur saja saya terkadang bertanya-tanya demikian dalam hati melihat minimnya respon dari para pembaca. Bahkan saya sempat berpikir, apa saya harus men-discontinue fanfic ini atau tidak?

Jadi saya mohon, jika readers-san berkenan, silahkan komen atau vote supaya Author tetap semangat melanjutkannya ^^

Terimakasih!

Salam,

KaykenVR

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro