➛Krisan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Siang yang begitu terang di sebuah desa yang cukup tenang, matahari yang berada di atas kepala begitu menyengat membuat beberapa orang mengeluh kepanasan, suara beberapa serangga pun tertangkap oleh beberapa telinga. Beberapa kalangan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, anak-anak dan remaja yang berjalan menuju rumah masing-masing seusai sekolah dan para orangtua yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan.

"[Name]-san, konnichiwa," sapa seorang gadis yang melewati sebuah toko bunga yang ada di dekat lereng gunung.

Seorang wanita berambut hitam legam yang di ikat pony tail yang tengah menyirami bunga lantas menoleh dan langsung tersenyum seraya melambaikan tangan nya. "Konnichiwa, Ozora-san."

"Kau sedang menyirami bunga apa, [Name]-san?" tanya Ozora yang penasaran ketika melihat bentuk bunga yang disiram [Name].

"Krisan, salah satu bunga kesukaanku," jawab [Name]. Ozora hanya mengangguk mengerti.

"Ne...[Name]-san, sebentar lagi akan ada liburan musim panas, kan?" tanya gadis bernama Ozora.

"Ya, dan setelah ini akan ada cukup banyak pengunjung yang datang ke desa," jawab [Name]-san yang memutar bola matanya malas karena sudah bosan dengan topik yang dibahas

"Aku tak sabar menantikannya, sudah lama desa ini tidak dikunjungi turis."

"Ha? Lama? Sepertinya hanya kau dan gadis-gadis seusiamu yang tak sabar dengan kunjungan mereka," pungkas [Name], mengingat setiap musim liburan akan ada banyak pengunjung yang datang kemari karena spot wisata yang menarik dengan hutan dan gunung yang masih asri.

"Hehehe...." Ozora hanya bisa menyeringai dan [Name] yang hanya menatapnya lelah.

"Jangan bilang kalau kau berharap akan pria yang dapat menarik perhatianmu?" tanya [Name] yang sudah pada kesimpulan akhir, ketika mengingat keinginan gadis di hadapan nya yang ingin mendapatkan pacar dari kota.

"Kau masih ingat rupanya [Name]-san, bukankah wajar kalau gadis sepertiku mengharapkan seorang pacar."

"Terserah, lagipula aku tak terlalu peduli dengan itu."

"Ayolah, [Name]-san kau itu cantik dan usiamu itu sudah duapuluh tiga tahun," tutur Ozora.

[Name] yang mendengar penururan gadis di hadapan nya hanya bisa terkekeh pelan. "Lebih baik kau doakan saja agar wanita ini menemukan seseorang yang ia cintai."

"Mou...kau itu selalu saja, seminggu yang lalu juga Naru-san menyatakan perasaan nya padamu dan kau menolaknya, padahal ada banyak gadis yang menyukainya," gerutu Ozora yang mem-pout kan bibirnya.

[Name] hanya menggendikan bahunya. "Mau bagaimana lagi."

"Yosh! Kalau begitu aku harap kau menemukan orang kau cintai dalam waktu dekat," tutur Ozora yang memasang wajah bersemangat.

"Arigato, kau memang anak yang baik Ozora-san," terang [Name] yang mengelus-elus rambut coklat panjang milik Ozora.

Mendapatkan elusan dari [Name] yang sudah ia anggap sebagai Kakak sendiri, Ozora hanya bisa tersenyum.

"Kalau begitu aku pulang dulu, [Name]-san," ucap Ozora yang mulai kembali berjalan menuju rumahnya yang tak jauh dari toko bunga [Name]. [Name] hanya bisa tersenyum simpul dan melambaikan tangan nya pelan, ketika sosok Ozora sudah tidak terlihat [Name] lantas melanjutkan menyirami bunga-bunga nya yang sempat tertunda akibat obrolan nya dengan Ozora.

Mereka berdua, terutama [Name] sama sekali tak menyadari kalau ucapan Ozora yang berharap agar [Name] menemukan orang yang ia cintai memiliki dampak di waktu yang akan datang, entah itu cepat atau lambat.

***

"Saiba-san ini bunga pesananmu," ucap [Name] yang menyerahkan sebuket bunga yang telah ia susun untuk wanita paruh baya yang tengah tersenyum. "Arigato, [Name]-san."

"Doutashimashite."

Wanita paruh baya yang di panggil Saiba-san langsung berjalan keluar dari tokonya, menyisakan [Name] seorang diri. Hendak pergi ke belakang rumah, tiba-tiba saja sebuah teriakan melengking membuat [Name] terlonjak kaget. "[NAME]-SAN!"

"Ozora-san jangan berteriak! Kau membuatku terkejut," tegur [Name]. Sedangkan yang ditegur hanya bisa menyeringai seolah-seolah apa yang baru saja ia lakukan bukan sebuah kesalahan.

"[Name]-san, apa kau tahu ini bunga apa?" tanya Ozora yang menyerahkan sebuket bunga yang memiliki ukuran yang besar dan membulat seperti sanggul dengan warna ungu yang cukup memikat. [Name] yang tahu bunga yang di pengang oleh Ozora hanya bisa tersenyum simpul. "Ini bunga Hydrangea."

"Apa ini punya arti khusus?"

"Tentu, ngomong-ngomong kamu dapat darimana bunga ini, Ozora-san?" tanya [Name] yang mulai penasaran.

"Ryo-kun memberikan ini tadi ketika aku pulang sekolah."

"Ryo-kun?! Ryo-kun yang teman masa kecilmu?! yang anak pendiam itu?!" seru [Name] yang terkejut ketika tahu siapa yang mengirim buket bunga itu.

"Ya, jadi [Name]-san bisa kau beritahu apa artinya ini?" Ozora yang melihat reaksi [Name] mulai penasaran dengan arti bunga yang ia pegang saat ini.

"Tentu, tapi kuharap kau dapat mempersiapkan jawaban yang harus kau berikan," ucap [Name] yang membuat Ozora kebingungan dengan perkataan nya.

"Hydrangea, memiliki makna ucapan syukur atau terimakasih kepada seseorang yang berarti dalam hidup. Bunga ini juga bisa mengungkapkan kalau dia bersyukur kalau bisa berada di sampingmu, belum lagi bunga ini bisa ditunjukan kepada orang yang sangat setia dan sangat sabar."

Hening, setelah [Name] menjelaskan arti dari bunga yang dipengang Ozora hingga....

"Itu artinya antara Ryo-kun yang menyukaimu atau Ryo-kun yang bersyukur karena kamu masih mau berteman dengannya," ucap [Name] yang memperjelas.

"Bagaimana? Kalau kau masih ragu aku akan panggilkan Ryo-kun," tawar [Name] yang sudah mengeluarkan poselnya dengan wajah menggoda.

Poof!

Secara tiba-tiba wajah Ozora langsung memerah bak kepiting rebus, [Name] yang melihat reaksinya langsung tertawa hingga perutnya sakit.

"Mou... [Name]-san!" teriak Ozora yang kesal akibat [Name] yang masih tertawa.

"Hahahahaha...lihat wajahmu Ozora-san," ucap [Name] disela-sela tawanya, membuat Ozora mengembungkan pipinya karena kesal.

"Hai'k,hai'k aku akan berhenti," ucap [Name] yang mulai berhenti tertawa.

Kring...

Suara bel toko berbunyi [Name] dan Ozora yang ada di halaman belakang langsung menoleh, tak membutuhkan waktu lama [Name] langsung berjalan ke dalam toko.

"Selamat datang, apa ada yang bisa aku bantu, Tuan?" sapa [Name].

Sesosok pria tinggi berambut putih dengan pakaian hitam belum lagi sebuah penutup mata yang menutup matanya.

Apa dia bisa melihat dengan mata yang tertutup, pikir [Name].

"Gomen, aku hanya ingin tahu apa kau tahu penginapan yang tak jauh dari sini." [Name] lantas memegang dagunya untuk mengingat lokasi penginapan yang tak jauh dari sini.

"Ah! Ozora-san, bukankah keluargamu mengelola penginapan?" [Name] menoleh kearah Ozora yang berdiri tak jauh darinya, Ozora hanya bisa mengangguk singkat. "Anda bisa meminta anak ini menuju penginapan keluarganya, karena keluarganya mengelola penginapan tak jauh dari sini."

"Mari Tuan, anda bisa mengikuti saya," ucap Ozora yang mulai menuntun jalan.

"Arigato,etto...."

"[Full Name] desu,anda bisa memanggil saya [Name] sedangkan yang hendak menuntun jalan Ozora Aira," potong [Name] yang memperkenalkan dirinya dengan Ozora.

"Arigato, [Name]-chan." Pria tersebut langsung pergi, berjalan keluar toko menyusul Ozora yang sudah keluar.

Langsung pakai suffiks-chan pikir [Name] yang cukup terkejut dan hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Tak sadar kalau pertemuan yang baru saja terjadi akan membawanya untuk mengenal pria yang baru saja ia temui.

➢➢➢

Pstt...jangan lupa vote nya 😉
️⤵️⤵️⤵️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro