Chrysant;Soraru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

💐💐💐

Aku tidak pernah percaya, kalau dirimu yang selalu tersenyum hangat ...

... dibenci oleh seseorang begitu dalamnya.

💐💐💐

"Hei, kau lihat rangkaian bunga krisan putih di meja Soraru-sensei tadi pagi?"

"Huum, sudah beberapa hari ini seperti itu, siapa yang menaruhnya ya?"

"Entahlah ... yang jelas ia pasti punya maksud buruk pada Soraru-sensei,"

"Huh? Maksud buruk?"

"Astaga [Name]! Kau memangnya tidak tahu arti bunga krisan putih?"

Aku menggeleng seadanya, aku 'kan memang tidak tahu menahu bahasa bunga.

Gadis yang bicara denganku sedari tadi yang dan lain tak bukan adalah teman sebangkuku berbisik, "Artinya kematian, bukankah itu semacam teror?"

Aku menenggak ludah tak percaya mendengarnya, "Hei ayolah, itu tidak mungkin 'kan? Jangan main-main." Desisku.

Temanku menggeleng tegas, "Aku tidak berbohong, [Name]!"

Aku mendecih tak acuh, "Artinya tidak hanya itu, 'kan? Ah sudahlah, berhenti mengada-ada."

Temanku mengangkat bahu cuek menanggapinya, "Ya itu terserah kau mau percaya atau tidak."

💐💐💐

Soraru-sensei adalah wali kelas kami sejak naik ke kelas tiga sekolah menengah atas ini.

Dia tergolong guru muda dan baru dua tahun mengajar di sekolah kami.

Soraru-sensei sangat tampan, dia juga baik hati dan mengajari kami dengan sangat sabar.

Fans-nya sangat banyak dari awal dia masuk sekolah. Gosip tentangnya banyak tersebar, walau tidak pernah satupun yang dapat dibuktikan kebenarannya hingga saat ini.

Soraru-sensei juga misterius. Murid-murid suka berbisik-bisik soal di mana ia mengajar sebelum ini? Dia pindahan dari mana? Atau universitasnya? Tidak ada yang tahu.

Ah aku jadi ingat kakakku yang sering bercerita soal Soraru-sensei. Dia lulus tahun lalu. Ia suka berkata kalau Soraru-sensei itu pangeran yang datang dari negeri jauh dan mengajar di sekolah ini hanya untuk bertemu kakakku.

Aku suka tertawa mendengarkan kisahnya, kakakku suka sekali mengada-ada. Dia memang cukup dekat dengannya Soraru-sensei saat masih sekolah, mereka cocok.

"[Surname]-san, tolong jangan melamun saat pelajaran saya!"

Ups, lihat, Soraru-sensei baru saja meneriakiku dari depan kelas. Satu ruangan kasak-kusuk karenanya.

Aku menggerutu sejenak, "Iya, sensei! Maafkan aku!"

Teman sebangkuku menatap heran kearahku, bagai bisa membaca pikiran ia berucap, "Kau pasti sedang melamunkan kakakmu dengan Soraru-sensei,"

Aku mendengus, "Bukan urusanmu,"

💐💐💐

Keesokan harinya kelas berisik, rangkaian bunga yang biasanya ada di meja guru Soraru-sensei tiba-tiba berpindah ke meja guru kelas kami.

Entah siapa pelakunya, tapi sepertinya orang dekat. Karena tahu hari ini ada jadwal sensei di jam pertama.

Aku mengigit bibir bawah kuat, ini makin lama makin menakutkan.

"[Name] kau lihat sendiri, bukan? Soraru-sensei memang di teror!" kata temanku gemas, dia padahal baru saja memasuki kelas.

Aku mengerutkan kening, "Hmh ... ya ... aku tidak tahu,"

Keributan dingin di kelas pagi itu terbuyarkan akibat bel tanda masuk berbunyi diikuti Soraru-sensei tak lama kemudian.

Aku memandang tajam rangkaian bunga di atas meja sensei. Lelaki berhelai kelam itu nampak terkejut kala mendapati benda berkelopak banyak berwarna bersih tersebut.

Krisan putih.

Soraru-sensei tampak menghela napas, mengedarkan pandangan ke isi kelas, "Siapa yang menaruh rangkaian bunga ini di atas meja guru?" tanyanya mengisi keheningan pagi itu.

Kelas senyap, tak ada yang mengeluarkan suara untuk menjawab.

Aku sendiri tegang, padahal itu hanya rangkaian bunga, tapi kenapa bisa berefek sekuat ini?

"[Name],"

Aku yakin napasku nyaris terputus akibat sensei yang tiba-tiba saja menyebut nama depanku.

"Y-ya, sensei?" jawabku terbata-bata, seluruh mata kelas tertuju kearahku.

"Sepulang sekolah tolong temui saya. Dan untuk yang lainnya, keluarkan buku kalian, kita lanjutkan materi kemarin." Soraru-sensei berbalik dan menuliskan materi hari ini di papan tulis.

Aku memandang sosok Soraru-sensei dari belakang, menyiratkan tatapan tak tergambarkan.

'Cuma segini ya?'

💐💐💐

Angin yang berembus di atas atap sekolah senja ini tak membuat atmosfer kelam yang menghiasi diriku dan lelaki itu hilang.

"[Name], katakan padaku apa maksudmu dengan semua ini,"

Aku bungkam, hanya memandang tajam ke arah lelaki itu.

"[Name], katakan padaku." Katanya lagi menekankan kalimat.

"Itukan pertanda," suaraku akhirnya keluar.

"Huh?"

"Soraru-sensei bisakah kau berhenti berpura-pura?" kataku dingin sembari mengangkat setangkai krisan putih di tangan kiri sebatas dada.

Aku mengamati sosok Soraru-sensei sejenak. Rambut hitam tebalnya disapu angin, berantakan. Manik kebiruannya menatap fokus padaku. Begitu pula dengan kemeja putih serta dasinya yang tidak rapi sama sekali.

Badass.

Tapi untukku sosok itu hanyalah seseorang yang harus kusingkirkan.

Aku maju beberapa langkah mendekat, "Sensei harus tahu, tidak semua gadis di dunia ini dapat kau bodohi seperti kakakku."

"Oh." Jawabnya singkat, menarik kurva membentuk senyuman miring, "Jadi benar kau yang menaruh bunga-bunga itu?"

"Kau tahu itu semua dari kakakku," ucapku sinis. "Mafuko sangat mengagumi dirimu sampai-sampai lupa diri."

"Salahkan dia yang mendekatiku, perempuan itu benar-benar bodoh," kata Soraru sarkas.

"Semua bunga itu adalah titipannya, tapi artinya sudah berbeda saat sampai padaku," aku makin maju mendekatinya.

"Tapi dia kakakku, sebagai adik yang baik aku harus menuruti perkataannya," lanjutku.

Kini tubuh kami bersentuhan, aku menatap wajahnya yang lebih tinggi dariku, "Tapi aku tidak sebodoh dia, jadi aku tahu apa yang harus kuperbuat pada lelaki berengsek sepertimu."

Srak.

Tersenyum, sejurus kemudian tangkai bunga krisan di genggamanku telah menembus badannya, tepat di jantung, membuat kelopak bunga berubah sewarna darah.

Soraru ikut tersenyum, menempatkan tangan dimana tangkai bunga krisan bersarang. Setelahnya meraih wajahku, membuat bekas darah menempel.

"Hei, katakan pada kakakmu, apapun kesalahan yang telah kubuat di masa lalu, tapi cintaku padanya sama sekali tidak sama. Terima kasih untuk semua rasa kagumnya."

Ia terjatuh. Aku menatap langit sore, makin gelap.

'Biarlah seluruh rangkaian bunga itu melambangkan rasa kagum. Tapi kau harus tahu, satu tangkai yang kuberikan adalah kematian abadi.'

Takdirmu.

fin.

💐💐💐

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro

#utaite