12 - The Truth Untold

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maka terpujilah bagi Jeon yang selalu senang berada di rumah kala weekend, hari ini sebenarnya ia ada janji dengan Min Yoonji. Ya, perempuan kesayangan Christian itu tadi menghubunginya, menanyakan apakah ia jadi pergi ke Cathedral chruch. Sang Mama yang sudah berangkat terlebih dahulu meninggalkannya di rumah dengan dua tangkup roti bakar dan segelas banana choco milk kesukaannya.

"Yaa aku jadi ke sana kak, apakah aku perlu menjemputmu?" tanya Jeon saat menerima panggilan telepon dari Yoonji.

"Tidak perlu Jeon, aku sudah di tempat. Lekas kemari, atau tidak ku kabulkan keinginanmu," ancam Yoonji.

Jeon mengangguk, sekalipun tahu orang di seberang teleponnya tidak bisa melihatnya.

Dengan bergegas, ia berganti pakaian yang lebih rapi dan bergegas pergi ke Cathedral chruch. Ia hanya berharap Chris tidak ikut serta pada ibadah hari ini. Ada yang ingin dia tanyakan pada Yoonji secara pribadi.

Setibanya di Cathedral chruch, Jeon melihat Yoonji sedang berbincang dengan beberapa jemaat yang kebetulan baru datang. Sekedar informasi, setahu Jeon yang lumayan aktif ke Cathedral chruch, Yoonji adalah salah satu jemaat yang rajin mengikuti kegiatan pelayanan umat. Tidak heran perempuan kesayangan Mama ini sering menuai pujian jika saat acara keluarga ditanyakan siapa pacar Chris.

Tepat saat Yoonji menoleh ke arah Jeon, ia melambaikan tangan memberikan informasi bahwa dia ada di sini. Yoonji mengakhiri pembicaraannya, lalu melangkah menuju Jeon yang tersenyum lebar memamerkan gigi kelincinya.

"Sudah lama Jeon?"

"Tidak, aku baru saja tiba. Apakah ibadah akan dimulai?"

"Sebentar lagi, ayo lekas. Aku tidak mau duduk di belakang," ujar Yoonji.

Mereka berjalan dengan terburu untuk masuk ke Cathedral chruch. Sesuai permintaan Yoonji tadi, kursi depan seakan paten miliknya. 15 menit kemudian, ibadah dimulai.

Percayalah, bagi Jeon harusnya Chris bangga Yoonji mau mengingatkan kegiatan ibadah mereka. Selama kegiatan ibadah, Jeon paham bagaimana Yoonji begitu religius seperti yang Mamanya katakan. Sampai sang Mama juga tidak akan menghalangi jika Chris langsung menikah dengan Yoonji tanpa prosesi yang panjang dalam tradisi keluarganya dan tidak memandang status sosial si perempuan itu. Jelas Jeon paham betul bagaimana tradisi keluarga Papanya, status sosial adalah segalanya bagi mereka. Tetapi itu tidak berlaku saat menginjakkan kaki ke dalam rumah Park Jung Jeon dan Yeon Christina Ji, yang terjadi justru perlakuan yang sama rata. Bahwa manusia adalah satu strata di mata Tuhan dan yang membedakan adalah amalannya.

"Apakah keluarga besarmu juga jemaat di sini Jeon?" tanya Yoonji saat mereka baru saja keluar dari dalam Cathedral chruch.

"Keluarga Mama, aku bahkan tadi melihat sepupuku menyapamu tadi. Lalu ada Om dan Tanteku," jawab Jeon.

"Lalu keluarga Papamu?" tanya Yoonji penasaran.

"Setahuku di Santo Petrus, tetapi ya begitu lah. Papa lebih senang mengajak kami berbaur dengan keluarga Mama," ujar Jeon lalu membuka pintu mobil untuk Yoonji.

Yoonji mengangguk sebentar lalu masuk.

Selama di perjalanan, Jeon berbicara banyak hal termasuk Chris.

"Apakah kau pernah melihat Chris pergi ibadah kak?" tanya Jeon penasaran.

"Cukup sering untuk ukuran manusia sepertinya, dia biasanya pergi ke St. Laurentius dekat dengan apartemen. Apakah dia juga seperti itu jika di rumah?" tanya Yoonji kembali.

"Dia? Manusia pertama yang berangkat ke Cathedral chruch, kami biasanya baru berangkat siang. Dia selalu mengikuti jadwal pagi. Jika kau tanya alasannya, hanya satu," jawab Jeon gantung.

"Apa?" tanya Yoonji penasaran.

"Masih pagi, niatmu juga masih suci, keserakahan masih sedikit, jadi sudah dipastikan saat kau berdo'a semuanya adalah keinginan dirimu yang paling dalam. Bukan keinginan yang timbul dari keserakahan dan nafsu duniawi semata."

Yoonji tertegun, ia baru tahu bahwa Chris bisa sebijak itu jika berkata.

"Kau tak perlu heran kak, bang Key juga sering pergi ke St. Laurentius kan dengannya? Aku pernah ikut saat kemarin menginap di sana sewaktu liburan kemarin."

Yoonji mengangguk, ia memang pernah melihat beberapa kali Key pergi berjalan kaki bersama Chris menuju St. Laurentius. Tetapi ia tidak menduga kalau itu ada campur tangan Chris mengajak manusia paling susah bangun kata Nael.

"Kau sesekali harus ikut dia kak, aku baru tahu kalau dia bisa sedemikiannya. Sepertinya sejak berpacaran denganmu dia jadi lebih sering mendekatkan diri pada Tuhan," ujar Jeon.

Yoonji hanya tersenyum tipis.

"Nah, kita sampai," ujar Jeon lalu membuka seatbelt, lalu lekas berlari membuka pintu untuk Yoonji.

"Kau tak perlu repot begitu Jeon."

"Tidak repot untuk Noona kesayangan bang Chris," jawab Jeon santai lalu mempersilahkan Yoonji berjalan lebih dahulu.

Mereka kini berada di sebuah restoran yang jaraknya tidak begitu jauh dari apartemen yang Yoonji tempati bersama Agust, Jeon memang sengaja mengajak ke tempat ini agar Yoonji tidak merasa keberatan diajak pergi jauh.

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan Jeon?" tanya Yoonji.

"Aku ingin menanyakan, apakah kau sedang ribut dengan bang Chris?"

Yoonji menghela napas lelah, ia bisa santai berbincang seperti ini jika dengan Jeon. Lain cerita jika yang bertanya adalah Hose, Agust ataupun Key. Manusia itu berada di list teratas blacklist-nya untuk diajak berbicara empat mata seperti ini.

"Sebenarnya bukan ribut Jeon, salah paham tetapi kami tidak paham."

Jeon mengernyitkan dahi bingung, salah paham tetapi mereka tidak paham. Bagaimana maksudnya?

Yoonji yang melihat Jeon bingung terkikik pelan, rumit menjelaskan masalah mereka terhadap siswa kelas 11 tersebut.

"Apakah ini ada kaitannya dengan apa yang bang Dio cari? Dengan apa yang bang Chris usahakan?" tanya Jeon menelisik.

Yoonji terkesiap, ia harusnya tidak kaget dengan ucapan Jeon. Harusnya dia tahu bahwa Park bersaudara adalah satu utuh. Bukan terpecah belah dan masa bodoh dengan masalah yang menimpa saudaranya, hanya ikut campur dalam batas tertentu.

"Jika kau sudah mengetahuinya, kenapa masih kau tanyakan juga?" tanya Yoonji retoris.

Belum sempat Jeon menjelaskan, pelayan datang menanyakan pesanan mereka.

"Aku pesan Salmon Filled, Pasta Fusilli, dan Choco Banana Milkshake," ujar Jeon.

"Aku samakan saja denganmu Jeon, tetapi minumannya Strawberry Apple Punch," ujar Yoonji.

Pelayan mengangguk dan mencatat pesanan mereka, lalu menyebutkan ulang. Dirasa sesuai mereka mengangguk dan pelayan berlalu dari meja mereka.

"Jadi, apakah kau ingin berbagi kebenaran yang tidak akan diterima dengan baik oleh Kakak laki-lakiku yang bodoh itu?" bujuk Jeon.

Yoonji tertawa. "Kau mengatakannya bodoh, lupa ya ternyata dia itu lulusan terbaik nomor tiga saat masuk di fakultasku."

Jeon hanya terkekeh, benar juga. Jadi siapa di sini yang bodoh sebenarnya? Yoonji mengibaskan tangannya menyuruh Jeon mengabaikan ocehannya tadi.

"Jadi apa yang ingin kau dengarkan Park Jeon Jungkook?" Kembali dalam mode serius.

"Semuanya, aku sudah mendengar dari sisi Park Christian Jimin, maka izinkan aku Park Jeon Jungkook mendengarkan penjelasan dari anda, nona Min Yoonji," ujar Jeon sembari menaik turunkan alisnya.

"Kau lebih pantas dibilang menggoda dari pada menggali informasi Jeon," sahut Yoonji.

Jeon jelas terbahak mendengar perkataan Yoonji, ia berani menikung Chris kalau saja Kakaknya itu berani membuat perempuan itu kecewa bukan main dengannya.

"Ceritakan padaku apa yang sedang dicari oleh bang Dio."

"Yang dicari oleh Dio adalah dalang di balik pembunuhan Ayah dan rekan kerjanya, tetapi bukankah ketika kau menuduh seseorang minimal kau harus memiliki saksi dan bukti yang kuat untuk menyeretnya menjadi tersangka?"

Jeon mengangguk paham, lalu mempersilahkan Yoonji melanjutkan penjelasannya.

"Jadi yang dicari Dio memang pelakunya, tetapi Kakakmu dengan baiknya membantu mencari saksi mata bahkan membantu mengorek masa lalu yang sudah tenggelam lama bagaikan kapal Titanic di lautan nan dingin dan beku."

"Dan ia mendapatkan siapa saksi mata itu? Dengan bantuan seorang yang bisa kita sebut sebagai detektif bayaran?" ujar Jeon menarik kesimpulan.

Yoonji mengangguk, tetapi pelayan menginstrupsi kegiatan introgasi Jeon terhadap Yoonji.

"Ada baiknya kita makan dahulu kak, mengingat penjelasan singkatmu tadi, aku yakin ada hal lebih yang ingin kau sampaikan," ujar Jeon.

Yoonji lekas mengambil garpu dan menyantap pasta pesanannya, sebelum mengkombinasikannya dengan Salmon Filled andalan restoran ini.

***

Acara makan siang yang disponsori oleh Jeon berakhir, Yoonji juga menceritakan segala hal yang mengganjalnya yang membuatnya tidak bisa mengatakan secara langsung kepada Chris, Jeon paham sekarang apa yang harus dia sampaikan kepada Kakaknya yang kadang harus diajak berkelahi dengannya dahulu baru paham.

"Ah Jeon, terima kasih sudah mengajak makan siang dan mengantarku. Maaf merepotkan," ujar Yoonji saat sudah di depan pintu apartemennya.

Belum sempat Jeon menjawab, Chris memanggil mereka.

"Yoonji, Jeon..."

Mereka menoleh secara bersamaan, Jeon menyambutnya dengan cengiran khas kelinci kesayangan. Key yang melihat mereka mengernyit bingung, kenapa bisa Yoonji bisa bersama Jeon?

"Apakah kau tadi ke Cathedral chruch?" tanya Chris kepada Yoonji.

"Iya, aku ada jadwal pelayanan umat di sana. Ternyata Jeon juga ke Cathedral," jawab Yoonji manis.

"Key, apa kau mau mampir ke tempatku? Kebetulan Jeon datang," tawar Chris.

Key mengangguk, Chris menggandeng tangan Yoonji mengajak ke tempatnya. Sedangkan Jeon, sudah berdiri di depan pintu apartemen Kakaknya. Kadang Jeon heran, apa sebab mereka suka ribut salah paham atas hal yang sebenarnya bisa mereka toleransi bersama. Sekarang Jeon jadi tersenyum melihat Kakaknya tidak menunjukkan jarak yang terlampau mampu dibaca karena terlalu mengenal Kakaknya.

"Yak, kenapa kau tidak membawa pancake yang Mama buat?" omel Chris ketika baru masuk.

"Pancakenya siapa? Aku saja tadi pagi sarapan roti bakar dengan minuman Banana Choco Milk andalan," jawab Jeon.

Key dan Yoonji sepertinya sudah tidak kaget dengan interaksi dua makhluk yang senang iseng satu sama lain.

"Apakah kulkasmu kosong Chris?" tanya Yoonji.

"Tidak kosong, lihat saja."

Jeon langsung membuka kulkas dan memasang raut jengah.

"Tidak kosong kok benar, hanya air mineral saja isinya," jawab Jeon lesu.

Yoonji tertawa, ia beranjak pergi.

"Mau ke mana kak?" tanya Jeon.

"Pulang, kalian pasti akan asyik sendiri," jawab Yoonji.

Dengan langkah buru-buru, Jeon meminta Chris berbelanja. Lalu mendorong Chris dan Yoonji pergi.

"Kalian, belanja yang banyak. Aku lapar, dan kak Yoonji, tolong bantu Kakakku yang katanya pintar ini untuk belanja, aku takut dia tidak bisa membedakan mana lada dengan ketumbar," oceh Jeon.

Key yang berada di dalam dan mendengar perkataan Jeon tertawa terpingkal, astaga. Benar ternyata adik Christian kalau melawak suka kelewatan.

"Baiklah adik Jeon yang tampan rupawan, kau juga pasti takut kan Kakakmu ini tersesat. Tenang saja, serahkan padaku," ujar Yoonji sembari mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Jeon.

Chris yang menjadi bahan omongan menjadi kesal sendiri, dengan cepat ia meraih tangan Yoonji. Tidak guna menanggapi ocehan adiknya, bisa-bisa dia minum aspirin 4 butir sekaligus.

Jeon terkekeh melihat Yoonji mensejajari langkah Chris yang terburu karena kesal, setidaknya biarkan dia bersiap mental memberitahukan sang Kakak tentang sebuah cerita tersembunyi yang membuat Yoonji cukup menjaga jarak seperti sekarang.

"Sebenarnya apa rencanamu Jeon?" tanya Key penasaran.

"Hanya mendekatkan mereka kembali, aku tahu kemarin mereka ribut. Sebenarnya sengaja juga menemuinya di Cathedral, justru di tempat itu mereka ribut."

"Dari mana kau tahu mereka ribut?"

"Christian pulang ke rumah dengan kondisi yang menurut Mama aneh, banyak diam selama di rumah. Bukan dia kalau kata Mama, beruntungnya Papa sedang tugas luar kota saat dia ada di rumah. Jika tidak, aku yakin mungkin saat ini dia sedang menjalani sesi konsul dengan saudaraku yang psikolog," jawab Jeon.

Key mengangguk paham, ia baru tahu bahwa temannya sedang mengalami masalah. Pantas saja rautnya sangat sendu ketika ibadah tadi. Ia cukup paham beberapa ekspresi Chris ketika ibadah.

Park Day Care (8)

JeonKookie :

@ChristianPark : Apakah ini salah satu cara menyicil prewedd?

DFreya : Woah, kau harus lihat ini @DioKyungsoo

JungHobie : Oohhh foto saat ke Japan Festival ya... Pantas saja... 🤔

JeonKookie : Pantas kenapa bang? Enggak boleh ikut ya? Iyalah, situ kan jom... 🤭

KimKeyaro : Jomblo... Pertegas saja Jeon, biar jleb 😆

DioKyungsoo : Wah, wah, wah... Aku sudah melihatnya Freya... Lalu kau mau apa?

JeonKookie : Kak Freya be like = Dio kadang kadar pekanya di bawah standar internasional ya.

KimKeyaro : Pantas LDR 😝

DioKyungsoo: Setidaknya tidak jomblo... @JungHobie @JeonKookie @KimKeyaro 😎

DFreya : Who is Crystal Emeralda @JungHobie ? 🤔

DFreya : Benar kata @JeonKookie kadar pekamu di bawah standar internasional @DioKyungsoo 😒

JeonKookie:

@ChristianPark : Apakah ini kencan kalian berdua untuk yang pertama saat sudah jadian? Woah... Aku membaca caption di belakang fotonya tadi, romantis juga ternyata Christian Park. 😍

KimKeyaro : Dia sedang kencan juga sekarang Jeon.

Yoonji :

@JeonKookie : Sorry, jomblo macam kau dan Key diam saja di rumah. Jangan berisik. 🤫

KimKeyaro : Damn it 😤

JeonKookie : Aku sabar, aku tabah, aku anak baik, tahan diri jangan emosi 🤬

DFreya : Chris memiliki teman dan adik jomblo, tetapi suka membully @JungHobie yang sudah jelas kemarin mengupload foto dengan tag nama Crystal Emeralda. Dunia ini aneh.

Yoonji : Iya memang aneh yang namanya Key, apalagi kalau bertemu Jeon. Akan ku pastikan membawa obat bius jika mereka bersama. 💉💉

ChristianPark : @JeonKookie memang minta digantung 😈

JungHobie :

Maaf kami pergi dahulu, salam kenal dari Crystal😊

ChristianPark :

@JeonKookie silahkan jaga rumah dahulu, siang ini terlalu indah jika tidak pergi berdua tanpa kau dan Key. Ada Ramen dilemari.

DFreya :

Kaum jomblo @JeonKookie @KimKeyaro dapat salam dari Eiffel Tower.

JeonKookie : Bodo

KimKeyaro : Amat

***

Setidaknya acara curi-curi waktu yang dilakukan Chris dan Yoonji harus membuahkan sebuah perdamaian, saat ini mereka sedang berada di danau yang waktu itu mereka kunjungi. Mengingat hari sudah sangat siang dan terik, mereka memilih berjalan ke sekitaran hutan pinus yang menjadi wilayah pariwisata di danau itu. Lebih teduh dari pada berjalan menuju danau.

Chris merangkul bahu Yoonji yang masih asyik menikmati ice creamnya, berulang kali Yoonji menggodanya dengan menyodorkan ice cream tetapi ketika akan di coba malah ditarik lagi oleh empunya. Alasannya "Kau kan juga sudah beli tadi." Baiklah, perempuan itu benar kali ini.

"Jadi ada apa Christian Park mengajakku ke danau lagi?" tanya Yoonji.

"Memangnya aku tidak boleh mengajak kau berkencan? Ah sepertinya aku harus mencari pacar baru," ujar Chris.

"Berani begitu, habis kau akan ku jadikan bahan autopsi semester depan," ancam Yoonji.

Chris hanya tertawa, dirangkulnya erat tubuh Yoonji. Mereka sudah lama tidak pergi berdua seperti ini, kemarin pergi berdua juga sembari membawa emosi dalam diri masing-masing namun pada akhirnya mengaku bersalah bersama di depan Tuhan.

"Kau mau naik sepeda?" tanya Chris.

"Tidak, nanti saja. Ayo kita ke sana." Ujar Yoonji sembari menunjuk sebuah gazebo yang terletak di tengah hutan pinus lalu menarik tangan Chris sembari berlari.

"Pelan-pelan saja Bae, nanti kau jatuh," ujar Chris sembari mengimbangi larinya Yoonji.

Yoonji terengah ketika mereka duduk di gazebo, Chris terkekeh melihat Yoonji kelelahan. Dirapikannya surai Yoonji yang berantakan akibat berlari tadi.

"Aku sudah bilang kan tidak perlu berlari kencang. Sekarang malah seperti meminta diberikan napas buatan," ujar Chris.

"Kau bukan mau memberikan napas buatan Chris, aku yakin itu," jawab Yoonji.

"Apa salahnya, sambil menyelam minum air."

"Salah, kau kalau mau mati tenggelam tidak begitu caranya," oceh Yoonji.

Chris tertawa, di tariknya tubuh Yoonji mendekat. Dipeluk erat perempuan yang membuatnya sering sakit kepala akibat perdebatan tiada akhir. Menghirup aroma strawberry dari surainya, Chris yakin sekali Yoonji memakai shampoo milik anak kecil usia 5 tahun.

"Kenapa kau suka sekali strawberry?"

"Strawberry kan memiliki daya pikat."

"Oh ya..." ujar Chris sembari mencuri kecupan kecil surai kekasihnya.

"Ya, dia bisa menjadi asam atau manis. Tergantung kau mau memilih yang mana, sekalipun asam juga kau akan tetap memilihnya, karena kau memang menyukainya," jelas Yoonji.

"Seperti aku kepadamu kan? Meski dari luar kau seperti ketus dan dingin tetapi aku yakin jauh di dalam hatimu kau adalah perempuan termanis dan hangat."

"Ohh... Apakah kau sedang merayuku tuan Christian Park?" goda Yoonji.

"I love you..." bisik Chris.

"Nado saranghae..." bisik Yoonji.

Chris terkikik, ya ternyata benar perempuan yang ada dalam pelukannya kini menjadi seorang fan girl idol grup korea selatan sana. Bersiap sakit hati jika galeri ponselnya berisi pria tampan negeri ginseng tersebut.

"Chris..." panggil Yoonji sembari mengusap punggung tangan Chris yang memeluknya posesif.

"Hmm..."

"Kalau kau ku suruh memilih bisa?" tanya Yoonji sembari mendongakkan kepalanya menghadap Chris.

"Memilih apa?"

"Dio atau aku..." jawab Yoonji lirih.

"Kita sepakat kan tidak akan membicarakan ini. Kenapa kau membahasnya lagi?" tanya Chris tenang.

"Sekalipun nanti ada yang mengatakan kebenarannya kepadamu?" tanya Yoonji.

Chris melepas pelukannya, digesernya tubuh Yoonji agar posisi mereka berhadapan. Raut wajah itu berbeda bagi Chris, seperti memang mempersiapkan diri untuk mendapatkan jawaban terburuk.

"Aku masih berusaha meminimalisir dampak, aku tahu kau khawatir, tetapi bisakah kita bekerja sama mengungkap faktanya?" tanya Chris sembari mengusap lembut pipi Yoonji.

Yoonji menghela napas perlahan, sia-sia rasanya. Chris akan tetap pada pendiriannya membantu Dio, jadi di sini ia hanya memiliki keyakinan pada dirinya sendiri. Jangankan berharap Chris membantu, percaya kepadanya saja rasanya sulit bagi Chris, mungkin.

"Ya sudah kau bantu saja Dio, tetapi ada hal yang ini akan ku sampaikan sekali dalam hidupku," ujar Yoonji berbicara serius.

"Aku sangat menyayangi orang-orang yang tulus kepadaku, bahkan ketika mereka susah sebisa diriku membantu mereka. Kau pasti tahu efek traumanya seperti apa ketika aku nyaris kehilangan Ayah, dan kau juga tahu pasti siapa dalang di balik pembunuhan dahulu kala yang menyebabkan Ayah Dio meninggal. Dan berarti baik kau ataupun Dio siap menerima konsekuensi akan akhir penelusuran kalian. Entah itu bisa membuat kalian lega atau justru menambah sesak baru. Dan ini sangat aku garis bawahi."

Yoonji menghirup napas perlahan dan menghembuskannya, Chris menanti lanjutan perkataan dari Yoonji.

"Jika sampai, salah satu dari kita berempat; kau, aku, Dio dan Freya menjadi korban. Tolong camkan di dalam diri kalian, rasa sakitnya tidak berakhir sampai di kata maaf," tutup Yoonji.

Chris tertegun dengan ucapan Yoonji, sepertinya ia baru saja ketinggalan satu hal penting sampai Yoonji mengatakan hal demikian.

"Ayo kita pulang, kasihan Jeon di rumah sendiri, bang Hose pasti juga belum pulang, kan?" ujar Yoonji sembari menarik tangan Chris agar meninggalkan gazebo.

Sepanjang perjalanan, Yoonji memilih diam saja. Pikirnya sudah tidak perlu lagi membahas Kang In dan Kim Minseok yang sudah jelas-jelas sedang bersenang-senang dengan kekayaan dari keserakahan mereka. Yoonji memilih memasang earphone dan mendengarkan lagu, lalu membuka akun sosial medianya.

"Kau mau makan dahulu?" tanya Chris ketika mereka sudah hampir dekat apartemen.

"Beli saja, kita makan di rumah."

Chris mengangguk, lalu mengarahkan mobilnya ke restoran. Sepertinya memakan sup iga enak, apalagi Key berniat menginap di tempatnya. Efek takut karena bang Nael sedang pulang kerumah.

Setelah menunggu selama 30 menit, Chris masuk kembali ke dalam mobil. Sedangkan Yoonji sedang sibuk dengan buku yang berada di tangannya.

"Kau beli apa?"

"Sup iga, cuaca yang mendukung untuk menikmati makanan ini," jawab Chris.

Yoonji mengangguk paham, lalu mereka melanjutkan perjalanan menuju apartemen. Beruntungnya tadi mereka tidak terlalu sore untuk memutuskan pulang, setidaknya kini mereka sudah berada di parkiran pukul 7 malam, dengan sisa tenaga dan semangat mereka bergegas menuju lift agar segera sampai menuju unit mereka.

Selama berada di lift, tangan Chris tidak lepas dari merangkul pinggang Yoonji yang kini kepalanya tengah bersandar pada bahunya. Lelah dan lapar menjadi satu.

Lift berdenting, menandakan di lantai tujuan mereka. Dengan perlahan Chris mengarahkan Yoonji keluar lift lebih dahulu, lalu merangkul bahu Yoonji.

"Setelah ini kau harus makan dahulu baru ku izinkan pulang. Dan aku tidak menerima penolakan," ujar Chris.

"Iya..." jawab Yoonji sekenanya.

Tepat saat Chris membuka pintu dan mengarahkan Yoonji masuk ke apartemen terlebih dahulu, mereka terheran melihat dua makhluk yang sedang bermain playstation, Jeon dan Key adalah kombinasi sempurna untuk keberisikan yang nyata.

"Kalian tidak lapar?" tanya Yoonji.

"Tentu saja lapar. Kakak bawa apa?" tanya Jeon yang tidak mengalihkan atensinya dari layar kaca.

"Sup iga, akan ku panaskan dahulu. Chris, kau mandi saja dahulu," ujar Yoonji.

Chris mengangguk lalu pergi masuk ke dalam kamar, sedangkan Jeon dan Key sudah berlari menuju meja makan. Menanti sup iga hangat untuk makan malam mereka.

"Kalian dari mana saja? Kami kelaparan tahu," omel Key sembari mem-pout-kan bibirnya.

"Bukannya kau sudah baca di grup. Tunggu sebentar lagi mendidih. Kemarikan piring kalian."

Kini dari tiga arah yang berbeda, piring itu berada di depan Yoonji. Ia mengambilkan nasi untuk Jeon, lalu Key dan terakhir Chris. Lalu Yoonji memindahkan sup iga tersebut ke tengah meja makan yang sudah dilapisi.

"Kau menikah dengan kak Nael saja Yoon, aku akan senang memiliki Kakak ipar sepertimu," oceh Key sembari menuang sup iga ke piringnya.

"Enak saja, aku lebih cocok jadi adik iparnya," sahut Jeon.

Chris hanya menyimak obrolan dua makhluk yang kini sedang asyik mengunyah setelah berdebat tadi. Lalu mengalihkan atensinya kepada Yoonji, Chris masih menyimpan seribu tanya untuk perempuan itu. Tetapi tidak sekarang, situasi tidak mendukung.

Selesai makan malam dan urusan cuci piring langsung diambil alih Jeon, Yoonji pamit pulang. Key yang melihat Yoonji akan pulang terheran.

"Memang bang Agust sudah pulang?"

"Pulang atau belum, lebih baik aku sudah di rumah bukan? Tidak baik berada di tempat laki-laki terlalu lama," jawab Yoonji.

Key mengangguk setuju dan mengacungkan ibu jarinya kepada Yoonji.

"Kalau begitu aku pamit, Jeon terima kasih atas tumpanganmu tadi siang. Key, Chris aku pamit," ujar Yoonji.

Mereka semua mengangguk, Chris mengantarkan Yoonji sampai depan pintu unitnya.

"Jaga kesehatan, aku tahu kau sedang demam. Setelah ini minum obat lalu istirahat," titah Chris.

Yoonji mengangguk dan masuk ke apartemen, Chris kembali ke unitnya.

Senyap, hanya itu yang ia dapat ketika masuk kembali setelah mengantar Yoonji.

"Bagaimana?" tanya Key.

"Tidak bagus, justru ia membahas lagi," jawab Chris lesu.

"Apa susahnya mendengarkan dia dahulu. Kau bisa saja ketinggalan banyak informasi jika tidak mendengarkan dia. Dalam banyak hal kau sama saja lebih membela satu pihak, padahal mulutmu itu berjanji tidak menyakiti keduanya, tetapi tindakanmu justru sudah menyakiti satu pihak," omel Jeon.

"Kau tahu apa tentang masalah ini?" tanya Chris ketus.

"Oh, kau lupa tadi aku ke sini bersama Yoonji. Dan asal kau tahu, dia sendiri tidak memiliki orang yang bisa dimintai bantuan. Lalu kau, justru sibuk dengan segala hal yang sebenarnya bisa kau dapat dengan mudah tanpa repot-repot mengorek masa lalu orang yang menyebabkan dia sendiri membenci orang yang katanya menyayanginya. Bullshit Chris, kalau kau tahu dia menangis tadi ku jamin detik ini kau sudah bersiap membantunya," jelas Jeon emosi.

"Jeon duduk dahulu, kau jelaskan pelan-pelan apa yang disampaikan Yoonji tadi," ujar Key menenangkan.

"Dia, yang paling siap menyeret tersangka ke kantor polisi dalam waktu terdekat. Sedangkan kalian justru sedang memainkan nyawa Ayahnya yang sudah mendapatkan ancaman karena Yoonji ketahuan sedang mengumpulkan bukti, pikirkan baik-baik. Aku tahu seberapa trauma kak Yoonji dahulu saat dia menceritakan awal mula kenapa ia menerima teror dan ancaman, jangan dianggap sepele ancaman kak Yoonji, dia bukan orang yang main-main jika sudah menyangkut orang dia kasihi," ujar Jeon lalu pergi ke kamar Hose.

Baik Chris ataupun Key tertegun, pernyataan Jeon tadi membuat Chris sadar kenapa Yoonji berulang kali memintanya untuk mundur. Nyawa Ayah Yoonji adalah taruhannya.

"Bagaimana? Kau masih ingin melanjutkan?" tanya Key.

Chris mengusak rambutnya kasar, kepalanya benar-benar pusing setelah mengetahui ini semua. Kenapa ia malah melarang Yoonji menceritakan semuanya, kenapa harus Jeon yang mendengar keluh kesah perempuan itu.

Key menepuk bahu Chris pelan. "Pikirkan, aku tahu kau ingin serakah membantu semuanya. Tetapi sayangnya hanya boleh memilih satu. Pikirkan dampaknya juga." Lalu pergi berlalu untuk masuk kamar bang Hose yang sudah dihuni Jeon.

Chris pergi menuju balkon dan menutup pintunya, ia bergegas menghubungi seseorang yang penting.

"Halo selamat malam paman Lee Woon Joo, aku Christian Park."

"Ah, iya tuan Christian Park. Apakah ada yang bisa saya bantu," sapanya ramah.

"Bisa kau bantu cari tahu, apakah benar keluarga Yoonji menerima teror dari pihak Kang In dan Kim Minseok?"

"Hmm... Sebenarnya begini, kemarin aku juga baru saja baru mendapatkan informasinya. Nona Yoonji ketahuan saat mengumpulkan bukti-bukti di salah satu tempat. Dan apakah anda tahu bahwa nona Yoonji sedang menempuh pendidikan hukum?"

Chris tercengang, ia tidak habis pikir bagaimana bisa Yoonji membuat kegiatannya penuh dengan perkuliahan.

"Dia mengambil kelas online tetapi aku yakin dia cukup kerepotan. Dan mengenai ancaman tersebut benar adanya. Apakah anda sudah memberitahukan teman anda untuk segera bertindak, mengingat semua bukti yang dimiliki oleh nona Yoonji sudah akurat dan bisa menyeret kedua manusia itu membusuk di jeruji besi selamanya."

"Aku belum memberitahukan kepada Dio, ia sedang sibuk. Nanti dia akan ku beritahukan."

"Baiklah, aku akan informasikan jika ada kabar terbaru. Selamat malam."

"Selamat malam," tutup Chris.

Ia menghembuskan napas gusar, masalahnya benar-benar genting sekarang.Apalagi dua minggu dari sekarang ia akan bertemu dengan Kim Minseok secaralangsung, semoga saja orang itu tidak mengenalinya sebagai orang terdekat Yoonji.Chris memilih masuk kamar dan tidur.

**


Aura sendunya emang aku ambil dari lagu The Truth Untold punya Bangtan...


Semoga kalian suka ya,


Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro