16 - Rencana Terselubung

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

C H R I S T I A N

Malam harusnya tenang bagiku, harusnya aku bisa istirahat sejenak dari penatnya perkuliahan dan tugas yang selalu datang saat sakit kepala pun. Tetapi tidak malam ini. Tiba-tiba Kaerin - Kakak Dio, dia mengabarkan bahwa Dio mengalami kecelakaan dan sekarang kondisinya masih kritis. Andai ke Beijing sedekat melangkah menuju unit Yoonji, maka sekarang aku akan berlari sekencang-kencangnya. Papa yang tadi ku hubungi tidak bisa menjawab ketika Mama lebih bersikeras bahwa aku tidak bisa ke sana. Bang Jung juga sama, dia mengingatkanku dengan jadwal bertemu dengan dosen pembimbing untuk menyelesaikan tugas akhirku.

Malam ini aku mencari penerbangan menuju Beijing, kalau bisa yang besok malam dan pagi harinya aku kembali lagi ke sini. Dengan risiko aku akan sakit, biar saja. Aku menghubungi saudaraku yang kebetulan sedang berada di Beijing karena urusan bisnis, Kwan Haesoo. Kakak sepupu yang terlampau cerdas.

ChristianPark : Kwan...

KwanSoo : Kau mau tiket tanpa izin?

Sial. Dia lebih tahu dahulu, Papa pasti sudah menyebarkan informasi kepada sanak saudaranya agar tidak mengabulkan keinginanku.

ChristianPark : Sekali saja bantu aku untuk pulang pergi, I promise

KwanSoo : Maaf anak muda, sekalipun aku satu-satunya yang berada di pihak keluargamu dan pembangkang hebat di keluarga. Titah Ayahmu sudah seperti titah raja yang tidak bisa dibantah. So, aku menawarkan hal lain.

ChristianPark : Penawaran apa rubah licik.

KwanSoo : Beritahu aku apa yang kau cari dan akan ku sampaikan semua perkembangannya.

Well, penawaran yang menarik bagiku. Tidak perlu susah payah mencari Dio dan tadaa... Aku dapat informasi lengkap.

ChristianPark : Baiklah, dia bernama Do Dio Kyungsoo. Setahuku kejadiannya belum lama, kecelakaan di sebuah tikungan jalan, dan lawannya adalah sebuah mobil pengolah semen. Ku rasa kau tahu berita itu.

KwanSoo : Oh, kejadian semalam. Bahkan aku tahu siapa yang menyuruhnya.

ChristianPark : Apa kau sedang mengujiku KwanSoo sayang?

KwanSoo : Heol, sadar diri kau punya pacar, mau ku adukan?

ChristianPark : Jangan membuat perang dunia baru Kwan, aku baru saja damai.

KwanSoo : Apakah penawaranku kau terima?

ChristianPark : Tentu saja, terima kasih bantuannya. Salamkan untuk 3 jagoanmu.

Aku bernapas lega, Kwan Haesoo sudah mau membantu memantau segala hal yang berkaitan dengan Dio. Kwan Haesoo adalah anak pamanku yang kebetulan berjodoh dengan orang sana yang kebetulannya lagi eksis di dunia 'bawah tanah' ataupun dalam dunia normal umumnya. Sedikit banyak hampir sama dengan William Tan dan Papa, yeah. Park Jung Jeon juga sama. Tetapi dia tidak mengizinkan anaknya ikut campur dengan dunia 'bawah tanah' miliknya, dia sudah memiliki orang kepercayaannya yang bisa diandalkan. Jadi jangan heran jika aku dan Cathrina bisa satu radar dalam hal informasi yang sangat tidak umum jika dicari tahu dalam dunia normal.

"Kau belum tidur Chris?" tanya bang Jung.

"Belum, baru saja menyelesaikan tugas. Kau sendiri kenapa bangun?"

"Karena tidak tidur," jawab Jung Hoseok asal.

Ku lemparkan bantal sofa kepadanya, kena tepat pada punggungnya.

"Sakit bodoh, sudah mau jadi calon dokter kelakuan masih bar-bar," omelnya

"Ooooohhhhh... Sudah mulai bawa-bawa bakal profesi ya, kau juga. Ingat batasmu berpacaran dengan Crystal hanya satu tahun, lalu pergi membantu Papa mengurus perusahaannya jika kau memang mau menikah dengan aturan bakumu itu," ocehku.

"Anak kecil diam, sana tidur," sewotnya.

Aku pergi ke kamar. "Dasar, kelamaan jomblo disuruh mikir serius juga lama. Wleee..." aku langsung menutup pintu kamar.

Pagi ini masih sama dengan pagi sebelumnya, hanya saja yang berbeda pagi ini adalah isi dari ponselku. Tengah malam buta, Kwan menghubungiku dan mengatakan salah satu anak buah Choi Hong Sik akan memantau Dio dari jauh. Dan akan menghubungiku jika terjadi sesuatu.

KwanSoo : Little Chick, aku sudah menyuruh Lee Chan mencarinya. Jangan digoda ya, ingat Yoonji.

Brengsek, memangnya aku player sampai-sampai berniat digantung oleh Yoonji, sekalipun ada Sunny Lee yang sekarang menggila mendekati tetapi prioritas tetap pada Yoonji yang kali ini sudah mengendus langkah cepatku dan Dio mengungkap kasus ini.

Kelas pagi ini sudah riuh oleh suara para calon dokter, katanya. Aku tahu riuhnya pasti bukan karena ujian dibatalkan, tetapi lebih kepada dosen kami baru bisa mengajar satu jam lagi. Maka sekarang aku bisa membaca chat dari Lee Chan.

2 Pesan (Lee Chan)

Lee Chan : Kondisinya masih kritis, bahkan tadi aku tanya kepada dokter dia mengalami koma. Terlalu banyak luka dan ada satu tulangnya patah. Sejauh ini dokter masih menunggu Dio sadar, karena apapun perkembangannya itu bisa membantu dokter mempercepat penyembuhannya jika dia sadar.

Lee Chan : Mengenai orang yang berada satu mobil dengan Dio, tadi pagi sudah dimakamkan, dan sopir mobil sudah di tangkap. Menurut informasi dari Albert, sepertinya otak perencananya sedang kembali ke negaramu. Jadi, saranku percepat langkahmu untuk membereskan hal ini jika kau sungguh ingin membantu.

Kondisinya belum ada perkembangan dan otak dari semua ini kembali ke negara ini, sepertinya benar dugaanku bahwa dia merasa terancam seperti yang diceritakan oleh Cathrina. Orang itu terlalu haus kekuasaan hingga membenarkan segala cara untuk mencapai kekuasaan tersebut.

Perkuliahan masih lama berakhir, dan aku sudah sangat bosan berada di kelas. Ku hubungi Key untuk sekedar duduk membahas hal sepele dengannya.

"Key..."

"Kau tumben menelepon, biasanya chat sampai pegal jari."

"Berisik, temui aku di tempat biasa."

"Siap.."

Aku memasukkan ponsel ke saku dan bergegas pergi, penat tidak bisa dibagi kepada siapapun. Papa juga sedang sibuk karena ulah Kim MinSeok.

Di coffe shop yang lokasinya tidak jauh dari kampus, aku menemui Key. Mendiskusikan rencana kami untuk hunting foto di salah satu desa yang letaknya berada di kaki pegunungan. Mengingat kami sebentar lagi akan mengalami kondisi butuh penenangan batin.

"Kau apakah sudah tahu informasi terbaru?" tanya Key.

"Huh? Informasi apa?"

"Soal Kim. Min. Seok," bisik Key.

Aku langsung mendongakkan kepala, setahu apa Key dengan nama itu. Key tersenyum miring, sepertinya ada hal penting. Niat awal ingin membahas soal hunting foto batal karena topik menarik tersebut.

"Kau tahu pasti Chris soal Cathrina dan William Tan," ujar Key.

"Ya aku tentu mengenalnya, kenapa?"

"Semalam, sepupuku Kim Ryuga dan Kakakku Nael, bertemu tidak sengaja dengan Kim Minseok yang baru kembali dari Beijing. Dan uniknya, menurut informan Daddy ia langsung berangkat usai pesta tak guna itu berakhir," jelas Key pelan.

"Apa kau menunjukkan bahwa kau mutualku?" tanyaku.

"Aku bisa bermutual dengan siapa saja, kau bahkan tahu bahwa aku adalah seorang photographer handal soal skandal," ujar Key angkuh.

"Ah ya, aku lupa soal profesi ter-se-lu-bungmu itu Kim Emery Yaro," sahutku.

Kami terkekeh bersama, sebenarnya ada banyak hal yang baru ini ku ketahui semenjak pulang dari pesta tempat Kim Minseok, Key yang ternyata anak dari Christ Edward Kim, pengusaha sukses yang masuk dalam jajaran lima besar di negara ini. Jangan lupakan dua anak laki-lakinya, Kim Nathanael Seokjin dan Kim Emery Yaro yang memang sudah kenal dengan dunia bisnis Ayahnya, baik yang nampak mata maupun dalam kegelapan. Ya kami, anak-anak pengusaha yang Ayahnya adalah salah satu pemain dunia 'bawah tanah'. Sayangnya, hanya aku yang diberitahu seluk beluk dunia itu, lalu mereka - Park Jung Hoseok dan Park Jeon Jungkook, hanya tahu yang nampak mata saja. Dan ya, reaksi Papa ketika bertemu dengan William Tan dan Edward Kim adalah tersenyum senang, anaknya tidak pernah salah memiliki insting mencari berteman.

"Jadi, apa kau benar akan mendekati Cathrina?" tanyaku.

Obrolan soal Kim Minseok bisa kami lanjut dalam obrolan grup yang sudah Cathrina buat, tidak perlu dibahas saat di tempat umum.

"Tentu saja, gadis secantik dia sayang jika dilewatkan," jawab Key menerawang.

"Oh, jangan sekali kau menyakiti hatinya Key. Aku takut justru Yoonji membawa racun mematikan bagimu," ujarku.

"Mereka dua Persefone yang sangat sayang dilewatkan begitu saja bukan?" tanya Key menggoda.

"Ya mereka sayang jika dilewatkan, harusnya kita yang membuatnya bertekuk lutut, kenapa malah sebaliknya?" tanyaku sembari terkekeh.

Ya, Key dan Cathrina akhirnya berkencan seminggu yang lalu. Aku dan Yoonji tidak tahu jelasnya, tetapi jika dari yang di ceritakan Yoonji, sepertinya sepulang dari pesta dan kesepakatan kami membuka tabir gelap milik Kang In dan Kim Minseok, mereka berdua malah jadian. Sungguh membahagiakan.

"Ya, apakah sepupumu yang bernama Ryuga juga sama seperti kalian?" tanyaku penasaran.

"Tentu saja, Ayahnya di Jepang sana sama dengan Ayah kita disini. Dan ya, Ryuga juga sudah mendapatkan informasi terkait soal korban yang diduga bunuh diri di Jepang," jawab Key santai.

Aku mengangguk paham, sepertinya menyenangkan mengetahui hal dari mereka.

***

Hari ini, Papa tiba-tiba memintaku pulang ke rumah. Tanpa bang Jung yang merengek ingin ikut. Apakah ada perbincangan serius sehingga hanya aku saja yang dipanggil ke rumah?

"Kau sudah sampai Chris?" tanya Mama lembut.

"Sudah ma, aku langsung ke ruang kerja Papa, ya." Pamitku lalu langsung berjalan cepat ke ruang kerja Papa yang berada di dekat ruang studio milik Jeon.

Ku ketuk pintu tiga kali dan memutar knop pintu. Sedikit melongokkan kepala, ku lihat Papa sedang serius membaca beberapa kertas yang berserakan di mejanya. Kaca matanya mempertegas bahwa apa yang dia baca bukan dokumen biasa, bahkan hasil tesku sengaja dibacanya dengan jarak serentang lengannya.

"Masuk Chris, dan kunci pintunya," titah Papa.

Aku masuk dan bergegas mengunci pintu, lalu duduk manis di hadapan Papa. Siap disidang entah perkara apapun.

"Boleh Papa tanya apa rencana kalian berdua?" tanya Papa to the point.

"Chris tidak memiliki rencana apapun, hanya ingin berbicara dengan Yoonji agar mengizinkan Dio bertemu dengan Papanya," jawabku.

"Apa Yoonji menyetujui?"

"Kami belum sempat berbicara dan Dio kecelakaan, memangnya kenapa?' tanyaku masih santai padahal dalam hati sudah kocar kacir.

"Kau pasti tahu siapa yang kau hadapi kan Chris?"

Aku mengangguk pasti, jelas aku tahu siapa yang sedang kami hadapi. Calon presiden dan menterinya, tetapi semua akan buyar dalam kejapan mata jika kami bisa lebih cepat membongkar kebusukan mereka. Sayangnya, Tuhan memang sedang menguji kami saat ini. Damn it.

"Ku harap kau tidak gegabah Chris, mereka bukan lawan tanggung jika dalam mata normal tetapi sangat lemah jika dalam gelap," ujar Papa.

Aku mulai paham ke mana arah pembicaraan ini, sepertinya ada orang dari William Tan atau Edward Kim yang mengkonfirmasi kegiatan kami.

"Apakah ada yang menyadap ponsel kami?" tanyaku langsung.

"Tentu, siapa lagi kalau bukan William Tan. Jangan lupakan bahwa Choi Hong Sik juga memantau kalian, karena dia masih kerabat William Tan," jelas Papa.

Baiklah, keluarga Papaku sepertinya senang bermain dalam kegelapan.

"Jadi, apa Papa ada saran untukku? Sepertinya kau akan mengatakan kami sedang menyerahkan nyawa kepada bajingan itu," ujarku.

"Jangan libatkan Yoonji, dia hanya mencari keadilan. Tidak seperti kita yang mencari buruan untuk melumpuhkan penghalang," jelas Papa.

Shit, kenapa harus dilarang melibatkan satu orang itu. Padahal dia adalah satu-satunya orang yang mempunyai bukti tervalid.

"Pa, are you serious? Kita tidak melibatkan Yoonji?" tanyaku kesal.

"Yang kau sebut bajingan itu juga adalah sasaran empuk gelap Chris, Yoonji hanya tahu sisi normalnya saja. Gunakan pikiran cerdasmu, kenapa empat orang yang katamu asing kini saling membantu menginfokan Kim Minseok dan Kang In? Apa dipikiran cerdasmu tidak terlintas sesuatu?"

"Lalu kenapa Papa membiarkan Dio mencari tahu?" tanyaku.

"Kau tidak tahu? Dio masih memiliki satu jalur dengan kita Chris, hanya saja memang itu di turunkan kepada anak laki-lakinya, tidak dengan anak perempuannya. Jika kau menelusuri latar belakang Bunda, maka kau akan terkejut sendiri dengan fakta bahwa dia adalah orang berharta yang tidak mau terlihat mencolok seperti Mamamu," jelas Papa.

Oh my God, ke mana saja aku selama ini. Ternyata semua yang ku lihat selama ini hanya topeng. Berarti sebenarnya keluarga Bunda Dio tahu bahwa kematian tersebut sebuah kesengajaan dan ini yang membuat pencarian Dio di Beijing seakan dipermudah? Fakta ini benar-benar membuatku heran.

Papa menepuk bahuku karena asyik dengan pikiran sendiri, sembari berjalan memutar dan kini berhenti di belakangku, Papa membisikkan sesuatu yang kini membuatku melotot karena tidak percaya.

Mama masih betah menunggu kami keluar dari ruang kerja Papa, matanya sudah terlihat mengantuk tetapi tetap bertahan menonton acara komedi yang menurutku tidak ada lucunya sama sekali.

"Mama tidak tidur?" tanyaku saat akan pergi ke lantai dua.

"Ah, kalian sudah selesai?" tanya Mama.

Aku mengangguk, sepertinya Mama kesepian semenjak Jeon pergi ke US. Apakah kegiatannya tidak cukup mengalihkan pikirannya untuk tidak pusing dengan kehidupan ketiga anaknya. Terkadang aku merasa sedih jika melihatnya seperti ini.

"Kau ingin makan sesuatu Chris?" tanya Mama karena aku masih mematung di ujung tangga.

"Makanan apa yang enak dimakan bersama? Aku sangat lapar, Ma."

Mama tersenyum dan beranjak dari sofa, ia mengambil beberapa bahan makanan dan mengolahnya. Aku dengan sabar menunggu masakan itu matang, Papa masih betah berkutat di ruang kerjanya.

"Bagaimana kuliahmu? Apakah selancar impianmu?" tanya Mama.

Aku terkekeh. "Sangat baik, terlalu baik malah sampai lupa kalau aku juga butuh pelepas penat," jawabku.

"Apakah hadiahnya sesuai?" tanya Mama membahas kalung dan cincin yang ku berikan kepada Yoonji.

"Ya, dia suka. Jadi biarkan seperti ini dahulu, aku tahu itu cita-citanya sejak kecil menjadi dokter cantik yang digilai banyak pria," jawabku lalu menghela napas kesal.

Mama tertawa, dia sepertinya lebih senang melihat anaknya menjadi susah karena para wanitanya. Entah kenapa, aku senang saat Mama membahas Yoonji atau Crystal jika kami bertemu. Seakan memang mengizinkan kami untuk boleh memilih kehidupan kedepan. Bahkan urusan jodoh saja Papa dan Mama tidak mau ambil pusing dengan siapa kami akan menikah, selama beberapa kriteria pokoknya sudah terpenuhi. Jangan salahkan Mama jika sangat berharap memiliki calon menantu yang religius, sepertinya dia hafal di luar kepala kebiasaan buruk kami soal ibadah.

"Setelah masalah ini, perbaiki hubungan kalian. Mama tidak mau kehilangan calon menantu potensial yang mampu menjinakkan kenakalan satu anak Mama," ujar Mama sembari menyajikan makanan kesukaanku jika pulang, tumis daging dan sayur.

Ya semua orang sepertinya mengkhawatirkan hubunganku dengan Yoonji, bahkan sejak kejadian beberapa waktu lalu yang memaksa Yoonji seperti hilang di telan bumi karena kondisi sang Ayah.

***

Sebenarnya aku tahu, bagaimana akhir hubungan ini jika aku tetap memaksa membantu Dio. Tetapi keadaan benar-benar memaksa dan membuat aku lebih nekat menemui Ayah Yoonji tanpa sepengetahuannya. Min Hwangsoo, nama orang yang kini aku yakin pusing karena teror dari orang-orang Kim Minseok dan Kang In. Maka disinilah aku, tidak jauh dari tempat Ayah Yoonji biasanya membeli koran pagi. Sengaja datang hanya untuk keperluan ini.

"Selamat pagi, Paman," Sapaku.

Ia berhenti dan menatapku, lalu tersenyum hangat.

"Kau Christian, kan?" tanyanya dengan binar senang.

"Iya, perkenalkan aku Park Christian Jimin."

Dia tersenyum mengembang. "Ayo, kita ke kedai itu. Sepertinya kau ingin berbicara hal serius denganku," ujarnya sembari menggiringku menuju sebuah kedai bubur.

Well, tidak buruk juga sarapan bubur dengan calon mertua.

"Ada apa Chris?" tanya Min Hwangsoo setelah memesan makanan.

"Aku ingin izin kepada anda paman, soal Kim Minseok dan Kang In," jawabku yang berakhir pelan.

Min Hwangsoo yang tadinya duduk santai menjadi posisi tegap, ia menatapku dengan sangat curiga. Aku langsung buru-buru menjelaskan maksudnya.

"Begini paman, kau masih ingat dengan rekan kerjamu dulu yang bernama Do Seungsoo?" tanyaku dengan suara pelan.

"Ya aku ingat dan aku mengenal baik dia, sayangnya harus mati di tangan bedebah sialan itu," jawabnya kesal.

Aku tersenyum, kali ini berhasil memasuki teritorial Yoonji dengan aman.

"Jadi, anaknya sedang mengumpulkan bukti untuk menyeret mereka ke penjara. Masalahnya kami kekurangan bukti yang valid untuk membawanya agar busuk di penjara," jelasku.

Ia mengangguk, terinstrupsi karena pesanan kami datang. Kepulan asap nampak dari mangkuk bubur yang kami pesan. Sungguh kegiatan melobi yang menyenangkan.

"Lalu apa maunya?"

"Ia ingin bertemu dengan mu, aku akan mengantarkannya jika ia kembali ke sini. Urusan Yoonji biar aku yang mengalihkan," jawabku yakin.

Ia mengangguk. "Baiklah, atur sebaik mungkin. Jangan sampai satu-satunya anak tercantikku itu tahu rencana kita," jawabnya.

Aku mengangguk pasti. Aman, semesta mendukung agar Kim Minseok dan Kang In masuk penjara.

Kami menikmati sarapan bersama, berbicara ke sana kemari membahas hal sepele dan santai. Tetapi sepertinya kau juga harus izin dengannya terkait sang anak perempuan. Ini benar-benar membuatku berdegup nyaris kehilangan jantung.

"Paman, aku ingin mengajukan izin ini terlebih dahulu," ujarku sedikit gugup.

Atensinya teralihkan dari bubur ke diriku, tatapannya seperti menjelaskan aku ingin izin apa.

"Aku, atas nama diriku sendiri sebelum orang tuaku. Meminta anak perempuan anda menjadi pasangan jika kami sudah sama-sama selesai pendidikan kedokteran, tetapi tolong jangan dianggap ini bagian dari lamaran. Aku merasa, sudah saatnya aku meminta izin kepada anda agar diberikan restu. Karena aku pikir, dengan restu orang tua tentu semuanya akan berjalan sangat baik, bukan?" tanyaku.

Ia menatapku dalam, sorot matanya sedang memindai diriku. Ah, apakah aku gagal mendapat restunya?

"Aku dan istriku merestui hubungan kalian, jaga dia Chris. Kau tahu, di balik wajah dingin dan sikap cueknya, banyak hal tersembunyi yang tidak diketahui. Ku harap kau bersabar dengannya, dengan segala keketusannya, dan dengan segala kekurangannya," ujar Ayah Yoonji.

Aku tersenyum hingga mataku hanya membentuk seperti garis bulan sabit, mengangguk pasti untuk hal itu, tanpa diminta juga aku pasti akan menjaga jiwa dan raga Yoonji.

Santap pagi kami berakhir dan aku mengantarkan Ayah Yoonji kembali ke rumah, hari ini aku harus bergegas sampai kampus karena akan ada kuis.

"Hati-hati di jalan nak, jaga kucing manisku di sini. Jangan biarkan dia kebanyakan mengkonsumsi kopi," ujar Ayah Yoonji.

Aku mengangguk dan pamit undur diri, pergi mengendarai mobil membelah jalanan yang sudah lengang di siang hari ini.

Lee Chan calling

"Dia belum juga sadar, seorang perempuan yang berbicara dengan bahasa Prancis mendatanginya tadi pagi. Sekarang sedang dalam pemeriksaan dokter, perempuan itu sedang menunggu dengan raut khawatir."

"Pantau terus, perempuan itu bernama Freya. Kekasih dari Dio, jika ada sesuatu yang tidak beres atau aneh langsung telepon aku," jelasku dan mematikan sambungan telepon.

***

"Berhenti mengurusi urusanku Chris, kau tahu hasil akhirnya kan? Ayahku mati dan kita selesai, kau ingat itu baik-baik."

***

Yeuh, saya mah gini, suka ngasih spoiler ke anda. Silahkan tebak apa lagi yang akan terjadi di antara mereka. And by the way, ini hanya diketik setelah saya berhasil membaca fanfict tentang kehidupan yang dibahas di part ini. Semoga anda suka, maaf jika masih ada kekurangan dalam penginformasiannya.

Selamat menebak,

Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro