4 - 24/7 = Heaven (pt. 2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

C H R I S T I A N

Grup chat sangat ramai akibat ulah Jeon, bang Hose juga sempat-sempatnya membalas. Aku masih tersenyum membaca chat tersebut, secara langsung Jeon mengajak mereka berada di satu lingkarang perbincangan konyol. Walau aku tahu tidak mudah mengajak Yoonji bercanda.

Malam minggu yang kelabu, tetapi tenang saja. Aku sudah kenyang pergi bersama Yoonji tadi siang hingga sore. Sampai bang Hose terancam telat dalam acara dating-nya. Ah, aku jadi rindu Jeon. Ingin sekali memberinya tugas mencari tahu siapa perempuan yang membuat Park Jung Hoseok menggila.

Ping...!!!

DioKyungsoo : Kau benar dating dengan Yoonji?

Christian Park: Menurutmu? Apa aku seperti sedang becanda Do Dio Kyungsoo?

DioKyungsoo : Ku pikir hanya delusi saja membaca chatmu tadi. Bagaimana kuliahmu?

Christian Park: Ku pikir cukup sibuk dan melelahkan, sangat canggung mengaku lelah sedangkan Yoonji selalu semangat.

DioKyungsoo : PENCITRAAN!!!

Christian Park: Yang penting bukan kaum LDR :P bagaimana perkembangan kasus Ayahmu?

DioKyungsoo : Tidak begitu baik, sedikit menemui kebuntuan. Tetapi memang Tuhan memberiku jalan. Ah, pokoknya sangat panjang ceritanya.

DioKyungsoo : Kau, sana lekas tidur. Aku tidak mau temanku terlihat kusam saat kencan besok.

Christian Park: Syukurlah.. Ya ya ya.. Aku akan tidur sekarang.

Aku menaruh ponsel di nakas, mataku enggan terpejam. Ah, jantungku rasanya sedang terpacu cepat. Terasa ada kupu-kupu terbang menggelitik di perutku. Sungguh aku ingin sekali menghubungi Mama. Tetapi sepertinya Mama sudah tidur, maka sudah seharusnya aku tidur juga.

***

Gelisah, itu yang ku rasakan sekarang. Aku tidak segelisah ini saat esok akan prom dan membawa Yoonji sebagai partner. Tetapi kali ini sungguh membuatku gila. Ku putuskan untuk ke ruang tengah, menyalakan televisi sambil berharap bisa tertidur. Berulang kali aku merubah posisi tidur di sofa tetapi tetap saja mataku enggan terpejam, sampai bang Hose yang baru pulang bingung melihatku masih berkeliaran di ruang tengah.

"Kau sedang apa?" tanya bang Hsoe saat kembali dari dapur.

"Sedang berusaha tidur. Tetapi yaaa kau lihat sendiri, aku malah tidak bisa tidur," jawabku.

"Apakah setegang itu? Kau hanya takut Chim," ujar bang Hose lalu duduk di sebelahku.

"Hahahaha, apakah terlalu kentara?" tanyaku sembari menunjuk wajahku.

Bang Hose mengangguk yakin, huh... Kenapa aku harus gugup? Toh tadi kami juga jalan berdua dan sebelumnya pernah pergi ke taman bermain. Sungguh aneh.

"Yaa... Park Christian Jimin, kau benar-benar sudah jatuh cinta dengan Yeoja itu kan? Ck... Apa salahnya kau mengakui ke dirimu sendiri," celoteh bang Hose.

Aku hanya mampu tertawa pelan, iya aku memang sudah jatuh cinta. Bahkan kami mengakuinya tadi, astaga kenapa bang Hose jadi begini.

"Ah, sepertinya aku sudah mengantuk. Bye. Semoga kekasihmu muncul dalam mimpi bang," ucapku lalu beranjak ke kamar.

Sambil berusaha memejamkan mata, aku menetralkan degup jantungku yang semakin menjadi. Ayolah ini baru jam sebelas malam, dan aku malah tidak bisa tidur. Sungguh menyebalkan bagiku, dengan paksa akhirnya ku pejamkan mata lalu berdo'a.

"Tuhan, besok kencan pertamaku saat menjadi kekasihnya. Tolong buat aku tetap tampan esok hari... Aamiin..."

***

Alarm milik bang Hose berdering nyaring, aku yakin orangnya sudah pergi berkelana memakai piyama sedang sarapan sereal sembari menonton berita pagi. Oh sungguhkah ini sudah pagi? Ini hari Minggu? INI HARI MINGGU???

Aku langsung bangun lalu lekas mandi, tidak bisa kalau terlambat. Apa penilaian Yoonji nanti. Tetapi sebelum itu, mari kita bereskan kekacauan semalam.

"Park Christian, kau tidak bisa lebih tenang? Ini masih jam enam pagi," Omel bang Hose.

Aku berhenti sejenak dari kegiatan berisik merapikan kamar, ku buka tirai dan tadaaa... Mentari baru akan muncul di ufuk timur. Dengan lekas ku matikan seluruh lampu, agar suasana syahdunya terasa. Selamat pagi dunia, hari ini aku akan kencan. Setelah mengucap syukur pagi ini, aku langsung bergegas pergi mandi. Maaf saja, lelaki tampan nan menggemaskan sepertiku tidak boleh telah jika.kencan dengan gadis seperti Yoonji.

***

Bang Hose masih asyik dengan piyamanya, lekas ku hampiri ia yang sedang asyik chating dengan kekasihnya.

"Oh, namanya Crystal. Kapan dibawa ke rumah? Atau kenalin dulu ke Chim," ujarku.

"Belum resmi, nanti saja," jawab bang Hose malas.

"Uuuwww... Apakah bertepuk sebelah tangan?" tanyaku penasaran.

"Tidak, hanya saja aku masih ragu."

"Ragu? Setelah seminggu ini kau seperti orang gila? Ya Tuhan, apa salah Chim memiliki Kakak saja ragu-ragu," ratapku drama.

Bugh...

"Kau kalau meledekku bilang saja, ah iya. Apa kau benar akan dating dengan putri salju?" tanya bang Hose memasang wajah penasaran.

Aku mengangguk, lalu pergi meninggalkannya menuju dapur untuk sarapan. Abaikan dia, maklum sedang galau.

Tingtingting...

Park's Day Care (7)

DioKyungsoo : Aku mencium aroma jatuh cinta di sini.

JeonKookie : Hah... 😲

DFreya : Siapakah gerangan wahai kakanda?

JeonKookie : Haduuuhhh main dramanya nanti dong, ini serius. Siapa yang jatuh... Cinta?

DFreya : @JeonKookie tidak sopan ya memotong percakapan orang tua.

Christian Park : Bubar bubar, masih terlalu pagi membahas bang @JungHobie

JeonKookie : 😱😱😱

DioKyungsoo : Kook, awas nyamuk masuk

JeonKookie : 🤐

Dio sudah membuat gaduh grup pagi-pagi, sepertinya bang Hose sedang mandi. Sebelum dia mengamuk, ada baiknya aku pergi duluan. Bergegas mengambil kunci mobil dan pergi. Meninggalkan sticky note di kulkas, semoga saja bang Hose baca.

Dengan langkah terburu aku bergegas ke lift, aku membuat janji jam 9 sudah berangkat, sekarang baru pukul 8 pagi. Ya sudah, lebih baik menunggu satu jam.

To : Yoonji

Hubungi aku jika sudah di lobby. See you

***

Yoonji mengirimkan pesan bahwa ia sudah di loby, aku menyalakan mesin mobil dan bergegas. Jika kalian penasaran ke mana aku akan membawa Yoonji, ikuti saja. Tetapi jangan satu mobil.

"Kau sudah menunggu lama?" tanya Yoonji saat masuk mobil.

"Tidak, aku kabur karena isi chat. Hehehehehe..." jawabku.

Yoonji hanya menghela napas, sepertinya dia sudah membaca kegaduhan tidak jelas di grup. Sungguh, hari ini Yoonji lebih cantik. Dan yaaa dia menggunakan dress yang Mama berikan saat menginap kemarin.

"Kau cantic," ucapku jujur.

"Oh, kau baru mengetahuinya? Ke mana saja kau tuan Christian Park?" jawabnya.

Aku hanya terkekeh, ku sarankan kepada kalian. Jika ingin memuji Yoonji sebaiknya dalam hati saja, tetapi aku tidak menyesal tadi memujinya. Dia memang cantik hari ini, dengan dress yang ia padu dengan outter dan sepatu wedges putih yang ku taksir tinggi haknya 3cm. Oh tunggu, nyonya Yeon Christina Ji pasti tidak menyesal menerima dia menjadi calon menantunya.

"Kita mau ke mana?" tanya Yoonji saat kami melintasi jalan yang terdapat petunjuk perbatasan kota.

"Danau, kau tahu di kota sebelah terdapat danau yang bagus. Aku yakin kau akan menyukainya," jawabku.

"Woah, sungguh? Aku sudah lama sekali tidak pergi menikmati pemandangan alam," sahut Yoonji antusias.

"Kau kan setiap hari melihat pemandangan alam," ujarku.

"Apanya yang pemandangan alam? Gedung-gedung menjulang itu pemandangan bagimu?"

"Pemandangan alamnya juga sedang denganmu saat ini," jawabku.

"Maksudmu kau? Yaaaa...!!! Kau memang sudah tidak waras Chris," ujar Yoonji kesal.

Aku tertawa kali ini, sungguh. Kenapa dia menggemaskan jika kesal?

Tanganku terulur untuk menyalakan musik, perjalanan akan sedikit jauh. Jadi akan ku pastikan Yoonji nyaman.

"Kau tahu idol grup yang lagunya suka Jeon nyanyikan?" tanya Yoonji.

"Ya aku tahu, kenapa?" tanyaku lalu menoleh.

"Ah, putarkan saja lagu mereka. Jangan yang kemarin," request Yoonji.

"Ya sudah, kau cari saja play list-nya," ujarku lalu kembali memegang kemudi dengan dua tangan kembali.

Yoonji sibuk memilih lalu pada player, biarkan sesuka hatinya memilih lagu.

***

Kami tiba di parkiran, kawasan danau belum terlalu ramai oleh pengunjung. Semoga saja satu hari ini akan cerah, karena Yoonji harus melihat seluruh tempat ini.

"Sepertinya belum banyak orang," ujar Yoonji.

Aku mengangguk, meraih tangannya dan berjalan beriringan. Udara disekitaran masih asri, beberapa orang baru datang dengan sepedanya. Sepertinya mereka menikmati minggu ini dengan bersepeda.

"Aku menyesal menggunakan sepatu ini," ujar Yoonji.

"Kenapa? Kau lelah?"

"Tidak, hanya saja aku merasa tidak bebas," keluh Yoonji.

"Kapan-kapan kita ke sini lagi. Tidak udah seformal ini. Ok?!"

Yoonji mengangguk, lalu kami melanjutkan langkahnya menuju danau.

"Di sini benar-benar menyenangkan. Kau tahu tempat ini dari siapa?" tanya Yoonji.

"Oh, aku pernah ke sini dengan bang Hose sebulan yang lalu. Nah ayo kita ke sana." Tunjukku pada sebuah jembatan kayu yang menghubungkan dengan dermaga kecil.

"Nah, naik lah," ujarku saat sudah berada di speadboat.

Dengan perlahan Yoonji naik, sudah ada beberapa pengunjung yang ikut bergabung dengan kami. Perlahan setelah penumpang penuh, perahu mulai meninggalkan dermaga. Menyusuri danau, dengan pemandangan berbagai pohon pinus di sekitarnya. Pemandangan yang disuguhkan di tempat ini memang indah, namun gadis yang kini tengah memanggil namaku jauh lebih indah. Kini aku beralih menatapnya.

"Boleh aku bertanya padamu Chris?" tanya Yoonji.

"Tentu, kau ingin bertanya apa?"

"Apa kau yakin dengan ini semua?" tanya Yoonji sendu.

"Maksudmu?"

"Kau tahu, ada saat nanti kita akan berjauhan. Apa kau yakin bisa menjalaninya?"

"Ah, kau ini. Masih awal dari semua perjalanan. Tetapiii... Aku yakin, kita bisa melewatinya. Aku percaya padamu, begitupun seharusnya. Ok," ujarku menyakinkan dan menggenggam tangannya erat.

Dengan senyum tipis, Yoonji mengangguk dan kembali menikmati pemandangan danau. Biarkan seperti ini dahulu, biarkan kami menikmati momen ini. Aku tidak dapat memungkiri bahwa masa itu akan datang cepat atau lambat. Tetapi untuk saat ini, biarkan kami saling mengisi kekosongan satu sama lain. Salah satunya, biarkan aku saja yang selalu mengisi ruas jemari milik Min Yoonji.

Selesai berkeliling danau, matahari sudah meninggi. Jam makan siang sudah tiba, aku tidak mau disalahkan oleh bang Agust membuat adiknya kelaparan selama denganku.

"Kau ingin makan siang apa?" tanyaku.

"Di sini apa yang spesial?"

"Kamu," ucapku menatapnya tepat di mata.

Yoonji memutar bola matanya kesal, dan memilih melangkah lebih dahulu meninggalkan aku yang masih tersenyum melihatnya kesal. Dengan sepeda yang aku sewa setelah ia pergi, aku menyusulnya. Aku tidak mau nanti malam ia merendam kaki cantiknya di atas air hangat karena dibiarkan kelelahan olehku.

Kring... Kring...

"Ayo naik, aku tahu kakimu lelah," ujarku sembari mengayuh sepeda untuk sejajar dengan langkah kakinya.

"Aku lebih lelah menghadapi kejailanmu," ujarnya masih kesal.

Baiklah, aku hentikan sepeda tepat di hadapannya. Aku tahu dia lelah dan kesal di waktu yang sama. Harusnya aku tidak menggodanya terus-terusan.

"Ok, sekarang naiklah. Kita makan siang lalu lanjut pergi lagi," ucapku.

Dengan cemberut ia naik ke boncengan, ya perjalanan ini sungguh berkesan. Menyusuri jalan yang dikelilingi berbagai macam pohon yang rindang dengan sepeda bersama Yoonji. Kalau saja Yoonji itu seperti pacarnya Dio mungkin aku sudah mendapatkan pelukan sepanjang menyusuri jalan menuju tempat di mana kami akan makan siang. Tapi tidak, aku tidak berminat Yoonji punya sifat seperti Freya. Bisa-bisa aku minum obat sakit kepala setiap hari.

***

Hari sudah petang, semburat jingga mulai muncul. Kini kami sedang menikmati angin semilir di taman dekat danau. Di sekeliling juga sudah mulai banyak orang berdatangan, bebek dan angsa yang sedang menikmati ketenangan danau juga menjadi pemandangan indah sore ini.

"Terima kasih untuk hari ini," ujar Yoonji.

"Terima kasih juga untuk hari ini," sahutku.

"Kau tidak kreatif ya, ah iya, kau hanya kreatif jika menggodaku," omel Yoonji.

"Itu lain cerita nona, percayalah aku hanya seperti itu padamu. Tidak kepada mereka-mereka yang siap berbaris jika aku mau memilih mereka," jawabku.

"Nah benar kan, kau hanya kreatif jika sedang menggodaku," sahut Yoonji.

"Ya Tuhan, nona Min Yoonji yang terhormat. Aku Park Christian Jimin hanya berani menggodamu sekarang, karena dapat dipastikan hanya kau salah satunya perempuan yang mampu membuatku tak mampu berkata tidak jika untuk sebuah hal baik," ujarku meyakinkan.

"Salah satu?" tanya Yoonji heran.

"Iya, karena yang pertama adalah Mama. Percayalah, jika kau merengek pergi dan Mama memintaku mengantarkannya, aku hanya akan memilih Mama lalu baru dirimu," jawabku menjelaskan.

Yoonji tersenyum, rambut sebahunya tersapu angin. Membuat wajahnya nyaris tertutup. Ia melanjutkan meminum Caramel Machiattonya, menikmati senja di hari minggu dan duduk bersama tanpa ada seorang yang mengganggu.

Bagiku hari ini lebih dari cukup, esok jika kami bisa pergi bersama lagi akan ku ajak ia pergi ke tempat yang lebih bagus. Hari ini aku puas melihatnya tertawa lepas karena tidak bisa memberi makan burung gereja dan burung merpati yang kebetulan mampir di taman. Aku merasa energiku penuh kembali, merasa bahwa ia bisa memberi dampak baik bagiku. Semoga selamanya.

"Je t'aime Min Yoonji..." ucapku menatapnya serius.

"Borahabnida Christian Park..." ucapnya lirih.

"Astaga, sejak kapan kau menjadi fangirl-nya," omelku.

"Sejak kau putarkan lagunya di player. Ayo pulang, bang Agust bisa marah jika sampai malam," ujar Yoonji lalu pergi ke parkiran.

Aku hanya mampu menggelengkan kepala. Terima kasih untuk hari ini Min Yoonji.

You're the best part.

***

Yaaaa... Ngedatenya sengaja banget jauh Chim, takut ya ketauan sama Jeon? Wkwkwkwkwk..

Ciieee Yoonji, ekhm...

Enjoy aja bacanya, jangan baper. Karena kami tidak menanggung kebaperan anda..

Salam,

Bianne205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro