Spesial Part - Me After You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jika takdir memang tak selamanya berjalan sesuai dengan maumu, maka sudah seharusnya kau bisa menerima dengan lapang hati jika takdir itu bisa membuatmu menangis. Hadiah terbaik dari Tuhan untuk Yoonji tentu saja janji sehidup sematinya dengan Christian, mengikat diri dalam sebuah komitmen dan dalam janji Tuhan yang kekal. Cathedral, saksi bisu perjalanan panjang mereka berdua, bahkan saat pemberkatan dilaksanakan baik biarawan atau biarawati yang mengenal Yoonji menangis haru menyaksikan pernikahan mereka. Layaknya sebuah keyakinan, Yoonji memantapkan hati menerima Christian saat melamarnya setelah Kang In dan Kim Minseok mengambil hadiah terakhir mereka berbungkus hukuman mati. Di depan ayahnya, Christian berbicara layaknya sang ayah masih ada di depan mereka, tidak menjanjikan bahagia selamanya, tetapi selalu mengusahakan kebahagiaan puteri tercintanya.

"Aku Park Christian Jimin, meminta Min Yoonji menjadi isteriku. Dahulu aku pernah menerima permintaannya dipagi hari disaksikan oleh mentari yang tampak malu tiga tahun yang lalu."

"Aku Park Christian Jimin, meminta Min Yoonji menjadi isteriku. Tidak bisa menjanjikan kebahagiaan abadi, karena ada kalanya kami akan bertengkar, tetapi aku berjanji ia tidak akan mengalami kecewa karena kesalahanku mengambil keputusan."

"Aku Park Christian Jimin, meminta Min Yoonji menjadi isteriku. Di depan makam ayahmu, izinkan aku yang pernah menjadi sebab luka hatimu ini memilikimu dalam janji di hadapan Tuhan. Menggenggam tanganmu dan melangkah bersama, menghadapi lembaran kisah baru dengan jalan cerita yang bisa saja akan menyakiti kita berdua."

"Aku Park Christian Jimin, meminta Min Yoonji menjadi isteriku. Apakah kau menerima lamaranku?"

Yoonji tentu saja tidak berpikir bahwa bucket bunga yang mereka bawa ternyata terselip satu bunga Edelwis kesukaannya yang sudah susah di dapatkan. Masih dengan keterkejutannya, masih dengan tangis tak percayanya, ia memeluk Christian yang sudah bersabar dengannya selama dua tahun ini. Menemani hari-hari sulitnya karena masih harus berkonsultasi dengan dokter terkait dengan depresinya semenjak sang ayah tiada.

"Yes, i will." Jawab Yoonji dengan suara parau.

"Aku sedang menangis, kau tidak mau menenangkan diriku dahulu?" oceh Yoonji.

"Tidak perlu, kau pasti akan menangis lagi nanti jika mengingatnya." Sahut Chris lalu memeluk Yoonji.

"Dasar tidak romantis." Gerutu Yoonji.

"Romantis tahu, diatas bukit dan matahari sedang terbit. Sekalipun di saksikan oleh batu nisan." Jawab Chris dengan cengirannya.

Pelukan mereka semakin erat, saling berbagi kebahagiaan dan rasa sayang.

Maka disinilah Yoonji, duduk dengan perasaan tidak tenang. Dua kakak iparnya terus menerus mengusap punggung tangan Yoonji yang malah meremat tangan.

"Kau tahu Yoonji, dahulu saat aku menikah juga sepertimu. Gugup tidak karuan, tetapi senyumku langsung muncul saat aku melihat kakakmu sudah berdiri dengan yakinnya di altar sana." Ujar Lee Kwan.

Yoonji hanya tersenyum tipis, mengalihkan perhatiannya pada balita yang kini sedang asyik sendiri dengan mainannya.

"Aku selalu mendo'akan semua kebahagiaanmu Yoonji, selalu terberkati oleh Tuhan dan lebih kuat dari yang kemarin." Ujar Yoora.

Yoonji mengangguk. Tidak lama, Agust datang mengatakan bahwa mempelai wanita sudah harus segera ke Altar.

"Kau gugup?" tanya Agust saat Yoonji sudah berdiri di sebelahnya.

"Menurutmu saja tuan Produser. Aku heran Yoora mau saja menerimamu. Mengesalkan..." gerutu Yoonji.

"Aku anggap itu ungkapan sayangmu padaku Yoonji manis, aku bahagia kau bisa mewujudkan mimpi ayah dan benar-benar patuh padaku untuk menikah setelah menjadi dokter." Ujar Agust sembari menepuk punggung tangan Yoonji yang sudah mengapit lengannya menuju Altar.

"Percayalah, aku berusaha menjadi yang terbaik bagi kalian. Jadi bantu aku ketika aku jatuh lagi."

Agust mengangguk, lalu menuntun langkah adik tercintanya kepada Chris yang sudah berdiri dengan segenap keyakinan dan keberaniannya. Saat menyerahkan Yoonji, sebuah pesan amat sangat sederhana ia sampaikan.

"Aku tidak meminta kebahagiaan abadi, tetapi pastikan dia tidak terluka untuk kedua kalinya."

Di hadapan Tuhan, di hadapan para tamu, di hadapan Pastor yang memimpin pemberkatan pernikahan mereka. Christian dan Yoonji berjanji sehidup semati.

"Saya Park Christian Jimin, dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Min Yoonji menjadi istri saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku."

"Saya Min Yoonji, dengan niat yang suci dan ikhlas hati memilihmu Park Christian Jimin menjadi suami saya. Saya berjanji untuk setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan menghormatimu sepanjang hidupku."

Selesainya proses pemberkatan mereka, maka di mulailah sesi baru mereka.

Kali ini mereka menyaksikan pengucapan janji tersebut dilakukan oleh Dio dan Freya di sebuah taman yang sengaja disewa oleh keluarga Freya untuk pernikahan putri semata wayangnya. Tidak ada pesta mewah, hanya pesta sederhana yang diinginkan mereka berdua. Chris dan Yooonji menjadi tamu istimewa mereka, karena pernikahan mereka berdua menjadi pintu kembalinya mereka dan berlanjut menuju pernikahan.

"Harusnya mereka dahulu yang menikah, bukan kita." Ujar Yoonji.

"Bukannya akan tetap sama saja?" tanya Chris heran dengan ucapan Yoonji.

"Ya tentu saja berbeda, setidaknya bucket bungaku bisa ku lempar." Keluh Yoonji.

Chris tertawa, memeluk tubuh istrinya, ia sangat ingat bagaimana kesalnya Yoonji karena acara lempar bunganya tidak jadi dilaksanakan. Kekesalannya sampai terbawa saat mereka pulang ke apartemen. Sungguh, kenangan tidak mengenakkan itu pasti akan selalu terungkit Yoonji sampai kapanpun.

"Setidaknya, karena bucket bungamu mereka akhirnya menikah. Kau bisa lihat Freya bahkan sengaja meminta desain yang sama dengan bucket bungamu. Berarti kan hasil paksaannya berkesan." Jelas Chris.

"Tetapi tetap saja..."

"Bagaimana kalau kau berdansa saja denganku, dari pada menggerutu terus di kursi sedangkan yang lain bersenang-senang." Ajak Chris.

Maka, jangan salahkan situasi. Kini hanya dua pasang manusia yang sedang sama-sama berdansa menikmati romansa indahnya senja. Sama-sama akhirnya mereguk bahagia setelah badai duka menghantam mereka berulang kali. Tatapan semua tamu terarah kepada mereka yang kini berdansa dengan syahdunya, lagu Me After You benar-benar mengiringi tapak langkah mereka. Seakan menjelaskan bahwa mereka siap melangkah bersama.

Bersama dengan berakhirnya lagu pengiring mereka, maka bersamaan itulah hanya tinggal mereka berdua yang bahkan terang-terangan berdiri di sebelah pengantin. Saling melempar tawa bahagia satu sama lain. Memeluk erat, memaafkan masa lalu yang pernah menyakiti semuanya.

"Karena aku pernah merebut bucket bungamu, maka ini milikmu dan ini milikku." Ujar Freya sembari menyodorkan bucket bunga yang sama dengan yang dipegangnya.

"Mari kita lempar bersama." Ajak Freya.

Acara lempar bunga bersama sebenarnya sudah di rencanakan Freya sejak sebulan yang lalu. Tanpa meminta izin, hanya menjelaskan meminta dua bucket bunga yang sama dengan yang ia minta paksa dari Yoonji.

Bucket bunga mereka berdua sudah terlempar, dan tentu saja sebuah kebetulan yang sangat indah. Di belakang sana, sepasang kekasih yang mendapatkan bunga tersebut. Cathrina dan Key, sepasang yang merebut paksa perhatian para tamu yang hadir, menimbulkan tawa bahagia bagi dua wanita cantik tadi dan menjadi sorak hebat bagi Dio dan Chris.

"Key, lekas lamar. Nanti Cath bisa pergi tanpa permisi." Teriak Yoonji.


*** END ***


Terkadang, kamu harus berdamai dengan masa lalumu. Menerima dan memeluk mereka dengan kelapangan hati. Dengan tulus ikhlas membuka tangan kepada mereka dan memberikan mereka kesempatan, baik berdiri denganmu atau berjalan ke arah lain.

Memaafkan memang sudah seharusnya dilakukan, memberikan kesempatan memang hakmu. Tetapi percayalah, Tuhan tidak pernah diam saat kau bersedia dengan sepenuh jiwa memaafkan, maka bahagia itu akan kau reguk sekalipun di tengah badai duka.

Dari kami yang berbahagia :

Min Yoonji & ParkChristian Jimin - Freya Dupont & Do Dio Kyungsoo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro