⁴재젤; learn with you.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Nalen pulang."

Lelaki itu menaruh sepatunya di rak sepatu kemudian melangkah pelan di keheningan rumahnya. Kalau hening gini, berarti Eva ada kelas atau ngga kerja atau ngga keluyuran entah kemana.

Deritan pintu terdengar saat Nalen membuka pintu kamar Mama-nya dengan sangat pelan.

"Mama?" panggilnya dengan memunculkan kepalanya namun kepala bagian belakang terbentur saat ia tidak melihat sosok Mama di kamarnya.

"Mama?! Mama dimana?!" serunya sambil melangkah cepat ke kamar Eva dan dirinya. Hasilnya sama, kosong.

Pikirannya mulai negatif, perasaannya gelisah sampai mengacak-ngacak rambutnya seperti--

"Kenapa toh? Kayak wong stress wae."

Nalen menoleh dan mendapatkan Mama-nya baru saja keluar dari kamar mandi. Dengan cepat ia menghampirinya dan membantu mendorong kursi roda yang dipakainya keluar dari kamar mandi.

"Mama bikin Nalen panik setengah mati pas ngeliat Mama ngga ada dimana-mana," ungkap Nalen dengan mimik wajah yang samar-samar masih kelihatan panik.

"Kamu ngga cek di kamar mandi, jadi nya panik 'kan. Lagipula Mama masih bisa jaga diri, Na. Kamu jangan berpikiran negatif mulu dong," balas Mama Nala, Nalen hanya menghela nafasnya kemudian membantu Mama duduk di sofa.

"Kakak kemana?"

"Pagi tadi ada kelas, pulang sebentar terus berangkat kerja. Katanya nanti pulangnya agak maleman soalnya kafenya lagi ramai. Tapi, kamu tidur aja ngga usah nungguin. Mama udah kasih kuncinya ke Eva."

Nalen ber'oh'ria dan mengangguk pelan. Matanya fokus melihat tangannya bermain dengan jari-jari Mama Nala.

"Sana mandi dulu," suruh Mama Nala, namun Nalen tak mematuhi. Malah menyenderkan diri ke sofa dengan tangan yang masih bermain dengan jari-jari Mama.

Mama Nala menghela nafasnya, kemudian ikut melihat tangannya dimainkan, "Ada yang mau diceritain?"

"Ngga."

"Selalu begitu dari dulu. Mama juga mau tau keseharian kamu apa aja, Na" ucap Mama Nala sembari mengusap puncak kepala anak bungsunya itu dengan penuh kasih sayang.

"Nalen bakal cerita kalau ada Papa disini," kata Nalen dengan lantang kemudian ia berdiri dan menatap sang Mama Nala.

"Mama disini dulu ya, nonton TV. Mau sinetron, film india, atau film azab juga boleh. Nalen mau mandi dulu." Nalen melangkah pergi ke dalam kamarnya, sedangkan Mama Nala menghela nafasnya.

"Oh iya, Uttaran tayang lagi ngga ya?"


Asha keluar dari kamar mandi dengan mengusak rambutnya yang basah menggunakkan handuk. Setelah itu ia melakukan ritual perempuan, merawat wajahnya tapi hanya dengan krim wajah dan bedak bayi. Kemudian ia mencabut kabel charge yang menancap di ponselnya lalu keluar kamar.

"Ma, Papa belum pulang?" tanya Asha setelah mendudukki diri di sofa sebelah Mama-nya yang sedang fokus menonton acara televisi.

"Belum, katanya maleman pulangnya," jawab Mama Ersha. Asha membentuk bibirnya menjadi bulat kemudian mulai fokus bermain ponsel.

"Eh, Nalen udah sampai rumah belum, ya?"

Asha beralih ke aplikasi chatting dan mengetikan pesan di roomchat-nya dengan temannya itu.

"Hm, offline. Sama Karin aja deh, sekalian mau tanya."

Asha keluar dari roomchat-nya bersama Nalen, beralih ke kontak sahabatnya.


Asha terkekeh kecil, kemudian kembali lagi ke Nalen saat melihat notifikasi masuk dari lelaki itu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri? Kesurupan kamu ya?!" Seruan Mama Ersha membuat anak kesayangannya itu menatapnya sedatar-datarnya.

"Ih iya! Kesurupan kamu nih!" lanjutnya sambil mengunyel-unyel pipi tembam Asha.

"Enak aja! Asha senyum karena lagi chatting-an!" ketus Asha sambil menepis pelan tangan Mama Ersha.

"Chatting-an sama siapa tuh?" goda Mama Ersha dengan mencolek dagu Asha.

"Karin!"

"Halah, ngga percaya Mama."

"Liat nih!" Asha menunjukkan isi layar ponselnya didepan wajah Mama Ersha persis.

"Nalendra emoji alien. Ganti nama si Karin tah?"

Asha gelagapan, segera ia beralih ke roomchat Karin dan ditunjukkannya lagi, "Ini yang bener, tadi salah pencet."

"Idih, bilang aja si Naden naden itu."

"Nalen, Ma!"

"Tuh kan bener."

"Mama!"

"Mama motongin bahan aja, Nalen yang masak."

"Sama aja bukan Mama yang masak dong," balas Mama Nala, namun tetap mematuhi ucapan anaknya. Kebalik emang, tapi mau gimana lagi? Pergerakkannya dibatasi dengan kondisi kedua kakinya yang tidak akan bisa bergerak lagi atau lumpuh.

Ibu dan anak itu mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing. Nalen sibuk didepan kompor dan Mama Nala sibuk menyiapkan bahannya.

Ya, Nalen bisa masak semenjak Mama Nala sudah tidak bisa sebebas dulu. Ngga pinter-pinter amat sih, tapi makanannya masih bisa layak dimakan dan rasanya pun sedap.

"Mama percaya Nalen punya teman?" tanyanya memecahkan keheningan.

"Kamu punya teman?"

"Beliau ini, ditanya malah nanya balik," ucap Nalen dengan sedikit melirik Mama-nya.

"Itu Mama jawab. Dengan nada yang begitu, pasti kamu bisa nebak."

"Ngga percaya, ya?"

Mama Nala menggangguk walau tau anaknya tidak melihat, "Tapi kalau emang ada yang mau temanan sama kamu, itu bagus banget. Kamu jangan nolak, terima aja. Satu datang, nanti yang lain juga bakal datang. Kamu pasti bakal punya teman banyak, mau itu jumlahnya cuma bisa dihitung jari atau lebih dari itu."

"Tapi, Ma. People come and go, ngga ada yang come and stay."

"Mindset kamu diubah coba, Na. Pantes kamu ngga mau punya teman, pemikirannya aja kayak gitu."

"Jarang emang dapet teman yang dari hati ke hati, tapi siapa tau? Kamu mungkin dapat salah satu dari mereka yang memang benar-benar ingin berteman sama kamu," lanjut Mama Nala, tangannya terulur memberi bahan masakan yang sudah di potong.

"Dengan pikiran yang terus-terusan terbayang kesana, kamu ngga bisa berkembang. Jadi, lupain yang di masa lalu, ya?"

Nalen merebahkan dirinya dan menghela nafasnya. Pikirannya masih terngiang-ngiang dengan siraman rohani dari Mama-nya tadi.

"Apa Asha benar-benar jadiin aku temannya?"

Ting!

Nalen merubah posisinya menjadi duduk lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kecil.

"Panjang umur."

"Beneran video call dia?" gumamnya dengan sedikit terkejut layarnya menampilkan Asha menelfonnya dengan panggilan video.

"Halooo, Nalenn!" sapa Asha dengan melambai-lambaikan tangannya.

"Maaf ya, wajah gue pake ginian hehe."

"Iya, gapapa," balas Nalen padahal dia tidak melihat wajah Asha yang menggunakan masker wajah.

"Oke! Ayo kita kerjain tugasnya!" Suara sibuk terdengar dari tempat Asha. Sedangkan Nalen sendiri menyiapkan buku tugasnya dan alat tulis dengan hening.

"Cuma satu soal doang."

"Tapi ada anaknya. Bacain, Sha."

"Satu tambah sebelas sama dengan... Pertanyaan macam apa ini?!" pekik Asha setelah membaca soal nomer satu. Terlihat mimik wajahnya bingung dan kesal menjadi satu, sedangkan Nalen masih diam.

"Jawabannya duabelas."

"Lo lulus SD apa ngga, Na? Jelas-jelas hasilnya sepuluh!"

"Sepuluh dari mana?" Nalen heran, bahkan ia melirik sinis Asha yang sedang menyengir.

"Canda woy! Bener jawabannya duabelas."

Nalen menulis jawaban itu tanpa niat, kemudian beralih ke soal berikutnya.

"Sederhanakan rumus berikut, 9x - 7i > 3 (3x-7u). Ahahaha gue tau ini! Bisa kepikiran Pak Yanto bikin soal kek gini. Bentar, Na gue kerjain dulu ntar gue kasih tau," ucap Asha, kemudian mulai fokus mengerjakan soal itu.

Nalen berdehem singkat dan memperhatikan wajah Asha yang sangat fokus.

"Cantik."

"Hah?! Apa? Gue ngga denger."

"Bukan apa-apa. Gimana? Sudah selesai?" tanya Nalen yang langsung mengalihkan pembicaraan.

Asha mengangguk cepat, "Gue diktein ya."

"9x - 7i > 3(3x - 7u). Terus bawahnya, 9x - 7i > 9x - 21u. Bawahnya lagi, 9x - 9x - 7i > 9x - 9x - 21u, -7i > -21u. 7i < 21u dibagi 7 hasilnya i < 3u. Itu jawabannya."

Nalen memeriksa lagi jawaban yang diberikan Asha, lalu ia menatap gadis itu.

Seakan mengerti dengan pikiran Nalen, Asha pun tertawa kecil, "Kalo hasilnya dibaca itu jadi i love you. Itu sering dijadiin gombalan. Kayaknya Pak Yanto dapet dari gugle deh."

LUCUUU, POKOKNYA MEREKA LUCUUU!!!
maaf yaa aku lupa, harusnya tadi jam 8 tapi keasikan nge-scroll hehehe
besok aku banyakin momen nalen ama asha ya! jadi mohon dukungannya sebanyak-banyaknyaaa <333

btw...

Asha : Wajah gue udah enak dipandang belum, Na?
Nalen : Wajah kamu selalu enak dipandang, Asha. Karena kamu selalu cantik.

BYE!

•••

how to hate you.
10/04/24; learn with you.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro