3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bokuto Koutarou--Dia yang selalu mengetahui kegelisahanmu.

Bokuto terdiam, mengamati dengan intens teman masa kecilnya itu. Sudah hampir setengah jam lebih pemuda berambut dwiwarna itu mengoceh--menceritakan tentang kejadian lucu di klub volinya.

Sekitar lima belas menit pertama [Name] masih medengarkan dan merespon ceritanya dengan beberapa kalimat. Lalu sepuluh menit kemudian gadis itu mulai menjawab dengan kekehan pelan saat Bokuto meminta persetujuan pendapat. Dan puncaknya adalah lima menit terakhir ini.

[Name] melamun, menatap kosong ke arah makan siangnya. Bahkan gadis itu tidak sadar bahwa bel masuk kelas sudah berbunyi sejak dua menit yang lalu. Bokuto sudah mencoba memanggil-manggil namanya beberapa kali. Namun [Name] tidak kunjung tersadar dari lamunannya.

Tangan kanan Bokuto bergerak untuk menepuk pelan pundak gadis di hadapan. Yang ditepuk berjengit kaget. Sungguh, Bokuto merasa sangat heran. Pasalnya gadis itu tidak pernah mengabaikan sekelilingnya. Apalagi dirinya. [Name] tetap akan mendengarkan seluruh kata-kata yang keluar dari bibir pemuda itu. Dari yang penting sampai yang tidak penting seperti salah membeli rasa permen karet.

"Kau ada masalah?" Tanya Bokuto.

[Name] terkekeh kecil--berusaha bersikap seperti biasanya. Gadis itu menggeleng pelan. Masih dengan senyum yang terpatri di wajah manisnya. Pemuda berambut jabrik dihadapan mengerutkan alisnya sambil sedikit memajukan bibir--membuat ekspresi berpikir yang khas.

"Memangnya aku terlihat seperti sedang mempunyai masalah?" Tanya [Name]. Bokuto mengangguk cepat.

"Ahaha, mungkin hanya perasaan Kou-chan saja," kata gadis berambut coklat itu sambil mengibaskan tangannya. Bokuto menatapnya dalam.

"Tidak, aku yakin ini bukan perasaanku saja," kata Bokuto. Netra gold-nya menatap intens raut wajah gadis teman masa kecilnya.

[Name] terlihat sedih. Kulitnya lebih pucat dan samar-samar terlihat lingkaran hitam di bawah matanya. Ia juga tampak lebih pendiam daripada yang biasanya. Yah, walau Bokuto akui jika gadis berambut coklat itu tidak pernah seberisik dirinya.

"Kenapa Kou-chan bisa seyakin itu?" Tanya [Name], gadis itu menyumpit sepotong tamagoyaki, lalu mengunyahnya perlahan.

Angin sepoi di atas rooftop memang terasa lebih kencang. [Name] sama sekali tidak terlihat risih, padahal rambut coklatnya berkibas-kibas. Hening beberapa detik. Gadis itu melirik ke arah Bokuto, kemudian mendapati dirinya sedang di tatap lekat. Mengerjap pelan, [Name] mengalihkan pandangannya salah tingkah.

"Kou-chan, jangan menatapku begi--"

"Kau terlihat seperti sedang banyak pikiran, [Name]," sela Bokuto.

"...haha, makanya aku tanya. Kenapa Kou-chan bisa seyakin itu?"

"..."

Bokuto tidak langsung menjawab. Ia memutar duduknya 90 derajat ke arah kanan--tidak lagi berhadapan dengan [Name]. Kemudian pemuda itu merebahkan tubuhnya di lantai rooftop, dengan kedua tangan sebagai bantal. Menatap langit biru cerah berawan, ia mulai menjawab pertanyaan tersebut.

"Kau menjadi lebih banyak melamun. Tidak fokus juga jika diajak bicara. Tidak begitu memperhatikan sekitar seperti biasanya,"

Mendengar itu [Name] hanya terkekeh pelan. Gadis itu mengambil potongan tamagoyaki terakhir dan memakannya dengan pelan. Nampak mencari-cari alasan untuk membalas ucapan Bokuto. Pemuda itu meliriknya sebentar.

"Aku hanya terlalu fokus pada sesuatu, Kou-chan," balasnya.

"Tidak, [Name]. Kau itu multitasking. Bisa membaca dan mencatat pelajaran sambil mendengarkan atau menyanyikan lagu. Tidak mungkin kau bisa kehilangan fokus separah itu," [Name] tampak terdiam.

"Dari mana Kou-chan tau istilah multitasking?" Tanya [Name]. gadis itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Dari Kuroo. Dia bilang, orang yang bisa mengerjakan dua hal atau lebih diwaktu yang bersamaan disebut multitasking," jawab Bokuto dengan antusias.

"--tunggu!! Aku sedang membicarakan dirimu [Name]!" Tambahnya sambil menoleh ke arah [Name].

"Aku hanya hilang fokus sebentar. Tak perlu khawatir," Ucap [Name].

"Bohong,"

Mengerjap pelan, gadis itu sedikit terkejut mendengar celetukan pemuda berambut dwiwarna tersebut. Bokuto bangun dari posisinya, kembali menatap [Name] lekat-lekat.

"Kau bahkan tidak sadar kalau bel masuk kelas sudah berbunyi daritadi,"

Ucapan dari Bokuto membuat [Name] membulatkan netra coklatnya kaget. Gadis itu baru sadar jika suasana sekolahnya sudah tidak ramai. Tidak ada suara ribut-ribut murid dari lapangan outdoor dibawah sana.

"Tuh, kan. Kau sedang banyak pikiran," kata pemuda bernetra gold itu. [Name] menunduk. Menghindari tatapan teman masa kecilnya itu.

Bokuto mengusak rambut dwiwarnanya. Ia tampak berpikir sebentar. Kemudian kembali menatap [Name]. Kedua bahu mungil dicengkram pelan. Membuat sang gadis menengadah membalas tatapan sang pemuda.

"Begini, aku mungkin tidak bisa memberikan solusi sebagus dirimu atau Akaashi. Atau memberi kalimat-kalimat yang menenangkan seperti yang biasa kalian katakan padaku. Tapi setidaknya aku bisa jadi pendengar yang baik untukmu!!"

Mendengar itu, beban dipundak [Name] terasa ringan. Gadis itu membalas senyuman lebar Bokuto. Merasa bersyukur memiliki teman kecil seperti Bokuto Koutarou. [Name] sama sekali tidak menyesal telah membolos pelajaran. Gantinya, ia mendapatkan kalimat yang benar-benar mampu menenangkan pikirannya kembali.

"Uhm!" Gumam [Name] sambil mengangguk. Bokuto menarik tangannya dari bahu [Name]. Kemudian terkekeh.

"TUH, KAN. KAU LEBIH CANTIK SAAT TERSENYUM!!"

~~~

K--Aii : .... Apa Bokuto keliatan OOC? Semoga nggak ya. Tapi aku ngerasa disini dia kalem sekali :" 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro