07. Review: PJO universe (Camp Half-Blood Chronicles)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Songs on the mulmed:
"The Lightning Thief: The Percy Jackson Musical"

Belakangan saya lagi belajar review
Jadi, saya mau memulai dari buku favorit terlebih dulu
Semoga jatuhnya nggak fangirling

Dan saya mengusahakan untuk meniadakan spoiler

CAMP HALF-BLOOD CHRONICLES
oleh Rick Riordan

Sebagian besar pembaca mungkin lebih mengenal series ini dengan nama "PJO" atau "Percy Jackson and the Olympians"

Karena kisah ini dibuka dengan petualangan seorang demigod (anak manusia setengah dewa) masa kini bernama Perseus "Percy" Jackson

Perlu diketahui lebih dulu, mengingat kebanyakan orang mungkin sudah nonton filmnya tapi belum baca bukunya:

Film dan buku HAMPIR TIDAK PUNYA KESAMAAN APA PUN.

:.:.:

Mari kita mulai dengan

~Percy Jackson and the Olympians~

Pentalogi ini berfokus pada petualangan Percy Jackson dan kawan-kawan demigodnya dalam menghadapi kekacauan perang antara Dewa-Dewi Yunani melawan Titan Kronos. Sebuah ramalan besar menunjuk Perseus Jackson untuk menghadapi takdirnya.

1. The Lightning Thief

"Aku tak pernah ingin jadi anak blasteran. Kalau kau membaca cerita ini karena menduga kau anak blasteran juga, kunasihati nih: tutup buku ini sekarang juga."

Terlepas dari fakta bahwa saya (mungkin) bukan demigod, saya lanjut baca.

Cerita dibuka dengan perkenalan hidup seorang anak 12 tahun yang menderita disleksia dan GPPH bernama Percy Jackson. Biasanya saya skeptis dengan buku yang secara eksplisit mengenalkan karakter utama sebagai pembuka kisah, tetapi Rick Riordan punya cara penyampaian yang luwes dan khas.

Dibawakan lewat sudut pandang Percy, saya bisa langsung merasa dekat dengan hero kita yang satu ini. Hiperaktif, sarkastis, sinis—meski kadang Percy jadi terkesan lebih tua dari umurnya. Namun, karakter Percy tetap diperkuat oleh cara bersikapnya yang kekanakan dan kadang terkesan kurang ajar dengan cara yang jenaka.

Alkisah, Percy Jackson dikejutkan dengan identitas dirinya yang merupakan seorang anak dewa olympia dan dibawa ke Perkemahan Blasteran untuk diajari cara bertahan hidup. Belum tuntas sampai sana, dia dituduh mencuri petir Zeus sampai-sampai seluruh monster dan makhluk mengerikan lain dari mitos Yunani mencarinya untuk merebut senjata adikuasa tersebut. Percy dan teman-temannya mencurigai Hades sebagai si pencuri petir, tetapi rupanya ada kekuatan kuno lain yang tengah mengendalikan kekacauan dari kegelapan. Lalu, disinggunglah sebuah ramalan besar yang menjadi pangkal permasalahan. Ditemani Annabeth Chase si Cewek Bijak putri Athena, dan Grover Underwood satir sahabatnya, petualangan Percy pun dimulai.

Karakter cerita begitu beragam dan berkesan. Penggambaran latar pun patut diacungi jempol. Rick Riordan tidak melewatkan detail-detail yang mewakili tempat dan waktu yang dilalui para tokoh.

Ada banyak pengetahuan mengenai mitos Yunani dalam buku ini. Bahkan untuk pembaca awam, The Lightning Thief masih bisa dinikmati karena mengenalkan mitos Yunani secara perlahan tanpa kesan menjejalkan semua kisahnya seketika. Namun, karena gaya bahasanya yang jenaka dan menekankan kisah demigod kekinian, akurasi dan detail mitos tidak bisa ditelan bulat-bulat—kecuali kalian ingin sungguhan memercayai bahwa Cerberus si anjing neraka bisa dijinakkan dengan bola karet merah, atau Empire State Building punya lantai 600 di mana dewa-dewi kini berdomisili.

Target pembaca untuk Percy Jackson and The Olympians sendiri sebenarnya untuk anak-anak kisaran 9-12 tahun, jadi jangan kaget jika hampir seluruh konflik dituntaskan dalam beberapa chapter akhir. Penyelesaiannya sendiri khas cerita petualangan anak-anak di mana sang hero mengalahkan para musuh jahat. Tapi, tapi, tapi, ada twist yang menunggu di akhir cerita, membuktikan bahwa ramalan tidak bisa dianggap sepele di sini. Dan petualangan demigod masa kini kita masih berlanjut ke buku dua.

.:.

2. The Sea of Monsters

Kekacauan kembali terjadi. Kali ini, bencana mengerikan menimpa Perkemahan Blasteran. Pohon Thalia yang menjaga perbatasan perkemahan telah diracuni, Chiron disalahkan untuk itu, Grover si satir menghilang, dan dimulailah misi untuk mencari bulu Domba Emas yang digadang-gadang bisa menyembuhkan serta memakmurkan tempatnya berada.

Ada lebih banyak makhluk mitos yang diperkenalkan di buku dua, beberapanya mungkin sudah cukup familier, seperti hydra dan cyclops. Namun, Rick Riordan memperdalam informasi mengenai mitos-mitos dan mengaitkannya dengan budaya masa kini dengan sangat baik. Dan bikin ngakak. (PLIS! ITU HYDRA SAMA TOKO DONAT KOK BISA-BISANYA DIBIKIN NYAMBUNG SATU SAMA LAIN!)

Ehem, oke. Lanjut.

Hubungan antar karakter kian berkembang di buku kedua. Bahkan karakter-karakter yang kurang menonjol di buku pertama pun memiliki andil besar di sini. Dan saya benar-benar suka cara Rick membawakan karakter Tyson sebagai monster yang sama sekali bukan monster.

Rick Riordan mengakhiri buku ini dengan cerdas melalui cliffhanger yang mengindikasikan konflik bertambah kompleks dan petualangan Percy Jackson masih sangat panjang.

.:.

3. The Titan's Curse

Ada dua demigod baru.

Ada sekumpulan pemburu Artemis.

Ada Apollo.

Tiga hal di ataslah yang membuat buku ketiga begitu berkesan bagi saya. Terlebih, konflik utama mengenai Titan Kronos mulai memasuki level serius. Keadaan menjadi makin rumit untuk Percy karena sesuatu yang terjadi pada ending buku kedua dan absensi partner misinya dalam separuh petualangannya di buku ini.

Rick Riordan sungguh mengalami peningkatan dari segi humor serta jenis penyiksaan untuk Percy dan kawan-kawan. Kematian menjadi makin lumrah setelah dua buku sebelumnya masih tampak ramah terhadap pembaca. Twist-twist terus muncul, dan yang terbesar—lagi-lagi—terdapat pada Ending.

.:.

4. The Battle of the Labyrinth

My favorite. Ini buku yang paling saya sukai. Entahlah. Mungkin karena hubungan Percy dan Annabeth mengalami kemajuan(?) atau comedy di sini kian mengocok perut. Konfliknya kelihatan simpel: masuk ke labirin yang punya pikiran sendiri, kalahkan musuh, lalu keluar hidup-hidup. Namun, Rick Riordan lagi-lagi tidak membiarkan kehidupan Percy Jackson berjalan sesimpel itu.

Ada intrik-intrik khas remaja yang disajikan, menunjukkan perkembangan para demigod yang kini sudah tidak lagi bau kencur. Beberapa konflik bawaan buku sebelumnya mulai dituntaskan satu demi satu, hanya untuk membawa konflik tambahan. Dan Rick Riordan, dengan kebaikan hatinya, mengakhiri misi pencarian Grover dengan cara yang bikin saya sempat mewek.

Seperti biasa, ada kejutan di buku ini. Namun, ending yang diberikan cukup heartwarming. Mungkin karena Rick Riordan ingin memberi masa pendinginan sebelum menyiksa pembaca pada pertarungan akhir di buku kelima.

5. The Last Olympian

"Jiwa sang pahlawan, bilah terkutuk yang akan menghabisi."

Akhirnya ramalan besar yang terus disinggung di empat buku sebelumnya terungkap. Akan ada lebih banyak kematian, pengkhianatan yang berbalik, dan kutukan. Judulnya sendiri mengacu pada dewi yang secara personal saya favoritkan.

Buku penutup dalam pentalogi ini memperkenalkan Percy yang sepenuhnya baru jika kita membandingkan kembali ke buku satu. 15, menuju 16 tahun, Percy (harus) siap menghadapi ramalan besarnya dan menghadapi monster-monster serta Titan Kronos yang menginvasi kota tercintanya untuk menggulingkan dewa-dewi olympia. Annabeth, Grover, dan tokoh lainnya pun menampakkan perkembangan karakter yang menakjubkan.

Lagi-lagi ada kejutan. Dan di sini, semua kejutan itu menguras air mata. Entah bagaimana buku The Last Olympia, dengan segala humor khasnya, tetap bisa menjadi buku yang berkesan gloomy. Terlebih dengan semua konflik antara anak dan orang tua dewatanya. Akan ada banyak emosi yang tumpah ruah di buku final.

Akhir dari buku ini benar-benar heartwarming dan memuaskan. Kampretnya, hidup pahlawan blasteran kita cuma dikasih masa tenang yang singkat. Percy Jackson and the Olympians ditutup dengan ramalan baru yang berujung pada series baru di bawah ini.

:.:.:

Lanjut ke

~The Heroes of Olympus~

Pasca perang titan, ramalan baru turun. Tujuh pahlawan dari kedua belah pihak mitologi bersama-sama menuju akar peradaban demi menghentikan perang baru yang didalangi Gaia, sang ibu bumi sendiri.

1. The Lost Hero

Percy menghilang, Annabeth dan para pekemah melakukan yang terbaik untuk mencarinya, lalu muncul tiga demigod baru: Jason, Piper, dan Leo. Rupanya takdir mereka saling terkait.

Rick Riordan memadukan dua macam mitos di sini, menghubungkan keduanya dengan sejarah kedua bangsa sang empunya mitos: Yunani dan Romawi.

Rick Riordan menyejukkan isi kepala saya pada seri baru ini. Jika sebelumnya seluruh cerita dibawakan oleh Percy yang sarkastis dan sassy abis, kali ini petualangan disajikan dari sudut pandang orang ketiga yang berfokus pada satu karakter di setiap pergantian babnya.

Sudut pandang Jason lugas dan heroik, sudut pandang Piper ada manis-manisnya, dan sudut pandang Leo kocak luar biasa. Dengan jatah bab ini, ketiganya melalui serangkaian petualangan dengan selingan masa lalu masing-masing. Pada awalnya, saya kesulitan menyukai Piper karena terkesan Mary Sue—tipikal karakter berpenampilan tak bercela yang rendah diri dan rendah hati. Namun, seiring berjalannya cerita, saya mulai menyenangi karakternya yang tidak sesengit Annabeth, segelap Thalia, atau yang kerjaannya hanya dandan dan cekikikan seperti anak-anak Aphrodite di perkemahan. Like i said, seri ini menyejukkan isi kepala saya.

Just one thing, though. Kemunculan Festus si naga hanya diceritakan melalui karakter (Nyssa). Meski kalian mengikuti seri Percy Jackson and the Olympians dari awal, kalian tidak akan bisa mengingat kapan Festus muncul karena kejadian aslinya ada di buku tambahan berjudul The Demigod Files.

.:.

2. The Son of Neptune

Percy is back. Kali ini, hero kita muncul sambil membawa-bawa kutukan yang didapatnya dari buku The Last Olympian.

Sayangnya, entah untuk kepentingan kelangsungan petualangan atau apa, Rick Riordan seakan memutuskan untuk segera mengeksekusi masalah kutukan secara buru-buru, dan move on begitu saja ke jalan cerita yang baru.

Percy dibimbing oleh dewi kesayanganannya sampai ke perkemahan Jupiter, yang isinya penuh demigod Romawi. Di sana, dia berteman dengan Frank, yang memiliki latar belakang unik; dan Hazel, yang hidupnya memiliki sejarah panjang nan kelam.

Tidak ada terlalu banyak kejutan di buku ini, tetapi ending-nya bikin excited.

.:.

3. The Mark of Athena

Di antara semua kejahatan Rick Riordan, ending buku ini yang terbesar dan sungguh tak termaafkan.

Kenapa saya bahas ending-nya duluan? Karena cliffhanger-nya membuat saya menyesal menuntaskan buku ini tanpa menunggu buku keempat rilis.

Ketujuh pahlawan sudah berkumpul, membentuk kru Argonauts II, berisikan demigod Yunani dan Romawi (Percy, Jason, Annabeth, Piper, Leo, Frank, dan Hazel); plus satu demigod yang *ehem* sensasional. Saya tak tahu ntuh demigod unyu atu mesti dideskripsikan pakai kata apa tanpa memuntahkah spoiler. Dia bukan anggota dalam 7 kru di ramalan, but he's appearance kind of necessary. Dia punya peran yang lumayan besar di sini dan benar-benar menyajikan atmosfer yang sama sekali baru.

Nah, kembali pada petualangan ketujuh kru; sementara mereka dihadapkan pada ibu bumi yang makin terjaga, Annabeth justru dipanggil oleh misinya sendiri dari sang ibu. Tentu dari judul sudah kelihatan.

Menurut saya pribadi, buku ketiga ini yang kesannya paling WOW-UWAAAW-UWUWUUWUUUW //plak

Karena setelah dua buku sebelumnya, buku ketiga ini terasa back on track.

Dua buku sebelumnya .... I don't know. The Lost Hero, judulnya seolah-olah mengacu pada Percy yang menghilang, padahal misi utamanya menyelamatkan Hera. Sedangkan The Son of Neptune pun judulnya lagi-lagi mengacu pada Percy yang diklaim sebagai anak Neptunus sementara misi utama mereka justru membebaskan Maut.
Dalam The Mark of Athena, fokus masalah ada pada Tanda Athena yang harus diikuti Annabeth, sesuai judul—that's why saya merasa akhirnya buku ini back on track.

Saya masih mengingat sensasi setiap halaman yang dihasilkan The Mark of Athena. Mulai dari pertemuan Percy dan Annabeth, konflik para kru, serta teamwork mereka. Ada banyak pertarungan epik, kejar-kejaran keren, dan adegan kerasukan nan seru.

Dua kata: TIM LEO!!!!!!!!! //plak

The Mark of Athena 98% menyenangkan untuk dibaca, 2% sisanya adalah dendam kesumat saya kepada cliffhanger-nya.

Rick Riordan ....

Ha-ha-ha

Screw you, Uncle.

.:.

4. The House of Hades

*sigh*

Apakah saya bilang bahwa Rick Riordan menyejukkan isi kepala saya di awal review buku pertama seri ini?

Lupakan.

Petualangan para pahlawan malah bertambah gila dengan siksaan tiada ujung. Percy dan Annabeth di ujung sana, sisa kru di ujung situ, panasnya perang antara dua bangsa yang mestinya bersatu, lalu ada Bob yang bikin saya terenyuh.

Nah, perihal Bob—kalian juga tidak akan menemukan ceritanya di mana pun dalam seri Percy Jackson and the Olympians mau pun Heroes of Olympus. Cerita pertemuan pertama Percy dengan Bob ada di buku tambahan "The Demigod Files".

Dan ada sebuah KEJUTAN besar yang sengaja saya caps lock biar kalian aware. Kejutan kali ini ... berbeda. Datang dari demigod sensasional, yang saya singgung sebelumnya, yang bahkan bukan bagian dari ketujuh kru. Baru kemudian saya sadar, sudah ada clue yang dicecer sejak The Titan's Curse. But still ....

I didn't see that coming. At all.

.:.

5. The Blood of Olympus

*take a deep breath*

Oke. Buku final. Sayangnya (sedih saya bilang begini), tidak terasa seperti buku final.

Ya, ada pertarungan epik,

Ya, ada humor yang membuat mood naik.

Ya, hubungan antar karakter bikin saya makin attached dengan mereka.

Hanya saja ....

Oke, ini masih untuk anak-anak targetnya. Tapi, dengan buku final se-WOW The Last Olympians, dan alur se-UWAW 4 buku sebelumnya, saya sebenarnya menaruh ekspektasi yang amat besar untuk The Blood of Olympus.

Bukannya ini buku yang buruk atau apa, tapi Uncle Rick bisa saja lebih baik dari ini. Alih-alih, seluruh petualangan hebat para kru di lautan, di daratan, di udara, sampai di dunia terbawah terasa kurang worth it dengan adegan finalnya saat mereka menghadapi para raksasa dan sang big boss. Bagi saya pribadi, pertarungan yang lebih epik malah terjadi di House of Hades, dan petualangan yang lebih menegangkan justru ada di The Mark of Athena.

Dan sejujurnya saya kecewa karena sudut pandangan Percy tidak digunakan di sini. Saya juga merasa karakter Percy agak dijatuhkan untuk menonjolkan pahlawan lain, yang mana sebenarnya tidak perlu karena para blasteran lain sudah cukup berkesan tanpa perlu mengesampingkan peran Percy.

*cries in Greek*

Namun, Rick Riordan, seperti biasa, memberikan sebuah penawar untuk kekecewaan saya. Buku ini ditutup dengan indah dengan sebuah pembuktian bahwa sumpah tidak selalu membawa petaka jika diperjuangkan.

:.:.:

Buku tambahan lainnya

1. The Demigod Files

Buku ini berisi kumpulan cerita pendek, memuat petualangan tambahan Percy selama dan sesudah Perang Titan. Tanpa membaca buku ini, kalian masih bisa follow buku seri utamanya. Tapi jika kalian mulai fanatik dengan universe Camp Half-blood, bacalah!

- Percy Jackson and the Stolen Chariot: Percy dan Clarisse team up guys! Dan kerja sama mereka lumayan kocak.

- Percy Jackson and the Bronze Dragon: Kemunculan Festus. Ini juga momen hubungan Silena Beauregard dan Charlie Beckendorf terlihat punya kemajuan. Termasuk hubungan Percy dan Annabeth (kayaknya). AND THEY'RE CUTE!

- Percy Jackson and the Sword of Hades: Anak tiga besar—Percy, Thalia, Nico—ngumpul demi sebuah misi ke dunia bawah. What can go wrong? Di sinilah mereka bertemu Titan bernama Iapetus, yang akhirnya, gara-gara Percy, mesti ganti nama jadi Bob.

2. The Demigod Diaries

Seperti The Demigod Files, buku ini memuat cerita pendek yang setting-nya dari berbagai timeline. Tanpa membaca buku ini, kalian masih bisa follow buku seri utamanya. Tapi jika kalian mulai fanatik dengan universe Camp Half-blood, bacalah! (Iya, dua kalimat ini copast dari The Demigod Files)

- The Diary of Luke Castellan. Jika kalian tahu sekilas sejarah pertemanan Luke, Thalia, dan Annabeth, reading this one's gonna be heartbreaking.

- Percy Jackson and the Staff of Hermes. Hanya suatu hari yang biasa. Kencan Percy dan Annabeth yang biasa. Lalu, Hermes datang dengan tugasnya. You know where this is going.

- Leo Valdez and the Quest for Buford. Siapa bilang meja tidak bisa punya misi sendiri? Siapa bilang pesta hanya untuk senang-senang? Di dunia Leo Valdez, meja bisa jadi tempramental dan menyebabkan masalah. Di dunia Leo Valdez, pesta bisa berarti nyaris dibunuh oleh sekumpulan Maenads setres.

- The Son of Magic. Ada yang berbeda di sini. Tentu saja—penulisnya saja bukan Rick Riordan, melainkan Haley, anak Rick Riordan yang menjadi inspirasi awal kelahiran seri Percy Jackson. Jangan cari humornya Uncle Rick di sini, yes? Cerita ini lebih serius, dibawakan dengan memukau; menyingkap sisi lain kisah dalam seri yang seringkali disinggung Rick Riordan, tetapi tidak pernah benar-benar didalami: kabut. Setelah sekian buku seri Percy terasa seperti fantasi kekinian, Haley mampu membelokkan kita kembali pada sisi kuno fantasi dalam buku ini

3. Crossover (Carter Kane & Percy Jackson): The Son of Sobek

Jadi, kalau Percy Jackson and the Olympians berurusan dengan mitologi Yunani, buku seri karya Rick Riordan yang lainnya berjudul Kane Chronicles mengangkat mitologi Mesir. Dalam crossover ini, kedua mitologi dan dua hero dari kedua cerita dipertemukan. Jadi, tanpa membaca kedua seri, kemungkinan besar pembaca akan kesulitan mengikuti cerita.

I love it. Carter sudah kayak Annabeth dengan gender cowok, walau mungkin sedikit lebih ramah; interaksi dan hubungan pertemananya dengan Percy malah cocok 😂 Adegan pertarungannya seru, dengan detail-detail unik saat mitologi Yunani dan Mesir bertemu.

4. Crossover (Annabeth Chase & Sadie Kane): The Staff of Serapis

Masih dari Percy Jackson and the Olympians dan Kane Chronicles, kali ini yang disatukan adalah kedua heroine-nya. Annabeth sudah seperti kakak perempuan di sini, entah karena kelakuan hyperactive Sadie yang menggemaskan atau karena dia melihat Sadie sebagai Percy dalam wujud cewek yang lebih muda. They make a great team. Meski durasinya pendek, alur sama sekali tidak diburu-buru.

5. Crossover: The Crown of Ptolemy

Nah, keempatnya bertemu di sini. Percy, Annabeth, Carter, dan Sadie. Dan saya tidak bisa berhenti ngakak.
Petualangan mereka sungguh punya potensi untuk dijadikan series yang lebih panjang dan luas. Penghubungan mitologinya benar-benar menarik.

:.:.:

Buku tambahan lainnya

1. Percy Jackson's Greek Gods

Puncak kejayaan humor Rick Riordan ada di sini.

Dari sudut pandang Percy, menceritakan ulang tentang Dewa-Dewi Yunani dari berbagai sumber dan perspektifnya.

Kalian tipe yang suka bawa buku di bawah kolong meja untuk dibaca diam-diam sepanjang kelas? Saran saya: jangan bawa buku ini. Selain karena bukunya gede, humor di buku ini sungguhan gila dan kemungkinan membuat pembaca tertawa dalam level histeris. Itulah yang terjadi pada saya.

Nah sekali lagi, buku ini cocok untuk para pembaca yang ingin belajar hanya GARIS BESAR-nya dewa-dewi Yunani dengan cara yang menyenangkan, tetapi akurasi mendetailnya tidak bisa ditelan bulat-bulat karena, really, mana mungkin Gaia sang Ibu Bumi memanggil suaminya sang Langit dengan kata "Pecundang"?

2. Percy Jackson's Greek Heroes

Barangkali karena sudah terlalu ngakak di buku Greek Gods, tawa saya hanya terdengar sekali-sekali di buku ini. Pola humor dan gaya bahasa jenakanya beberapa kali terasa diulang, tetapi tentu tidak memengaruhi keseruan pengalaman membaca. Dan sekali lagi, detail akurasi tidak untuk didalami secara serius.

:.:.:

Masih ada ....

~The Trials of Apollo~

Apollo, sang Dewa Musik, Puisi, dan Panahan; dibuang ke dunia manusia. Jika itu masih kurang malang, ia pun dijadikan manusia fana. Jika itu masih kurang menghinakan, ia harus mengabdi kepada seorang bocah manusia. Bocah dengan baju belang bak lampu lalu lintas, Meg McCaffrey namanya


Berawal dari tempat sampah di pinggiran jalan New York, Apollo, dengan nama Lester Papadopoulos di SIM-nya, memulai petualangannya sebagai manusia fana

1. The Hidden Oracle

Karakter Apollo luar biasa di sini. Masih dengan ego dewata dan tingkat kekampretan tiada tara, Apollo benar-benar dalam masa penyangkalan bawah darahnya bukan lagi ichor dan badan fananya gempal dan wajahnya jerawatan. Karakter Meg menggemaskan, walau kadang saya lupa dia masih 12 tahun—galak bat.

Pola petualangan seperti biasa, hanya saja kali ini ritual ramalan tidak tersedia dengan baik. Seperti yang bisa kita lihat dari judul—The Hidden Oracle—Apollo dan Meg harus membebaskan para penutur ramalan.

What I like from this book: Setelah sekian banyak manusia dan demigod fana tersiksa, buku ini menyajikan bagaimana jika seorang dewa, yang notabene makhluk kekal, diposisikan sebagai orang yang mesti berjuang. Apollo akhirnya berinteraksi langsung dan lebih dekat dengan anak-anak demigodnya di perkemahan, bernostalgia dengan semua kisah cinta yang pernah dialami selama ribuan tahun eksistensinya, dan banyak kisah tragis yang akhirnya sungguhan dikenang olehnya. Sudut pandang dewata dalam sepatu seorang mortaland it's adorable, emotionally touching.

Meski kelihatannya konfliknya comes out of nowhere, rupanya ada clue yang pernah dicecer dari seri sebelumnya mengenai para antagonis di buku ini—mulai dari perang Titan sampai perang melawan para raksasa saat melawan Gaia.

Sayangnya, buku ini mungkin cukup sulit diikuti bagi yang belum membaca dua seri sebelumnya. Ada banyak nama karakter yang tidak akan melekatkan kesan kecuali kalian mengenalinya dari awal dan inside joke alias lelucon-lelucon yang hanya bisa dipahami bagi kalian yang sudah mengenal keseluruhan Camp Half-blood Chronicles.

.:.

2. The Dark Prophecy

Kita dibawa nostalgia dengan beberapa tokoh dari seri Percy Jackson and the Olympians dan The Heroes of Olympus di sini. Saya sempat merasa buku ini agak datar lantaran banyaknya tokoh terjejal dan pola petualangan yang terulang. Tapi saya menyukai kerjasama tim mereka.

Dan Apollo—lumayan—cute. xD Terlebih interaksinya dengan Panah Dodona.

It is a good book, but I can't find something memorable atau sesuatu yang berbeda dari buku-buku sebelumnya.

.:.

3. The Burning Maze

Saya ingin menyampaikan pujian kepada translatornya. It's a big deal menerjemahkan sebuah novel dengan banyak puisi dan ramalan berima, tanpa menghilangkan maknanya dan tetap membuatnya terdengar misterius dan khas. Terlebih pada adegan final, di mana ramalannya berbentuk teka-teki silang. WOW. Good job, Translator!

Di buku ini, ada nostalgia. Lagi. Kali ini dengan Grover, Jason, dan Piper. Like I said, karakter dalam buku ini akan kurang meninggalkan kesan kecuali kalian sudah mengikuti dua seri sebelumnya.

Karakter Apollo agak menyebalkan dalam The Burning Maze. Sisi ego dewatanya benar-benar berada di puncak. Saya malah paling suka dengan karakter Grover di sini, yang makin dewasa tapi tetap cute. Dan Grover, I like what you did to Apollo in the labyrinth 'cause he kind of deserved it.

Akhirnya, Rick Riordan mengembalikan sistem kejut dalam tulisannya. Banyak kejutan. Dari yang WOW sampai yang ... um, menorehkan luka.

Seriously. Satu detik, saya merasa nggak percaya. Detik berikutnya, hanya ada unbearable pain. And we have to deal with it for the rest of the series.

Satu hal .... The story's getting darker and darker. Dengan series sebanyak ini yang berfokus pada universe Percy Jackson, memang tidak mungkin tulisan Rick Riordan hanya stuck di ranah yang sama. Tapi tapi tapi, seluruh buku ini targetnya pembaca anak-anak dan remaja muda (atau juga semua umur), and I think Rick Riordan sudah agak sedikit terlalu jauh dengan tragedi yang ... ya, sulit (bagi sebagian besar, tidak akan pernah bisa) diterima.

Dan seri ini belum selesai.

:.:.:

Panjang, yak, review-nya :D

Secara keseluruhan, jika kalian menyukai kisah fantasi kocak penuh makna, kisah mitologi, unsur kepahlawanan anak-anak yang masih make sense, karakter unik bervariasi, dan cliffhanger, Percy Jackson and the Olympians sangat saya rekomendasikan.

Jika setelahnya kalian merasa menyukai gaya penulisan Rick Riordan dan pembawaannya dalam kisah mitologi, The Heroes of Olympus juga sangat saya rekomendasikan.

Jika kalian mulai merasa attached dengan dua seri ini, buku lainnya pun saya rekomendasikan.

.:.

E-Jazzy

Dipeluk selimut sementara di luar hujan deras, 30 Desember 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro