Masalah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Yahuuuuuuuuuuuuuuu~

Author muncul membawakan kalian chapter baru~

Iya, chapter baru!

Dibaca key~

Countryhuman milik rakyatnya

"Tentang kita dan dia": berbicara

'Utang, oh utang': Berpikir/membatin

Enjoy~

#

"TUAN INDONESIA?!?!?"

"Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa???"

Kami saling menuding. Eh, nggak ding hanya gua aja yang menuding mereka berdua.

"TUAAAAAAAAAAANNNNNNN!" salah satu makhluk itu sampai bersimpuh dihadapan Indonesia. Seperti bebannya akan diangkat padahal sih bebannya akan bertambah banyak.

"Mohon maap saya nggak kenal... kalian siapa yaq?"

JDER!

"Naq Yogya tolong, tolong banged omongin ke saya kalau Tuan Indonesia tadi lagi ngelawak"

"Lah? Kala menapa bapak pinter ngelawak?

"Sejak jaman penjajahan"

"Kita tidak membicarakan itu disini" TNI turun tangan saat kata itu mencuat dikala Tuannya sedang sensitif terkait itu.

Indonesia ma... biasa aja malah tambah bingung dengan yang terjadi sekarang. Cuman mukanya saja yang terlihat kaku macam kamu ketemu dia.

'Ini gua dah ketahuan kah kalau gua bukan Indonesia yang asli? Atau gimana?'

"Ehem, Pak. Sepertinya mereka butuh pengenalan ulang?" Yogya bertanya pada Indo.

"Ya udah suruh perkenalan aja"

"Tuan, nama saya Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)"

'Anjir lu punya nama panjang beut woey, mana bisa gua hafal dalam sekali denger' yang penting hafal singkatannya aman kan?

"TUUUUUUUAAAAAAAAANNNNNNNNNNNNNNNNNNN benar – benar melupakan saya kah? Orang yang selalu memikirkan keuangan anda tercinta ini?????"

'Gua beneran nggak tahu njir terus ngapain gua nanyak lagi???'

"Saya Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, lebih sering dipanggil BPK Tuan"

'Lu cuman jadi pemeriksa loh bukan yang megang uang!!!'

"Terus tujuan kalian kemari buat apa dah?"

"Ya tentu saja mereka kemari mau membahas tentang utang"

Mulut Indo seketika tak bisa dibuka saat mendengar kata itu keluar dari Yogyakarta.

"Tapi, PUPN belom dateng"

'Siapa lagi PUPN itu????'

"Langsung sajakah dibahas?"

'HEEEEEEEEEEEHHHHHHHHH GUA NGGAK SETUJU DITARIK KE PEMBAHASAN MASALAH UTANG! BARU JUGA GUA TERDAMPAR DI DIMENSI INI!!!'

Kedua badan negara yang bisa berbicara itu langsung saja menebar kertas – kertas tanpa mau mendengarkan jeritan hati Indonesia.

"Jan*** baru juga diomongin eh malah nongol beneran anjir lah. Emang sakral kata itu" gua ngedumel sambil ngebaca satu kalimat dari kertas putih itu. Langsung gua buang tuh kertas.

"Ughhhhh utang mengapa kau menumpuk?!!!!!"

Yang teriak ini tentu Indonesia yang berusaha menenangkan diri dengan secangkir teh, sayangnya nggak tambah tenang malah tambah kepingin kabur.

KPKNL natap Indo kasihan tapi dia juga bodoh amat. Dia ingin Indo merasakan kesengsaraan yang di milikinya. Kalau semisal Indo kerumahnya mungkin saja Indo akan berteriak histeris karena harta kekayaan Indo mau di lelang habis – habisan. Which is hartanya juga akan menghilang which is dirinya terlihat tak becus dihadapan para warga which is tidak bagus and kemungkinan terburuknya dirinya akan dibubarkan. KPKNL tidak ingin itu terjadi.

BPK baru juga ngelihat satu kertas ditangannya dah mau tepar aja. Lama – lama dia butuh terapi.

"Lihatlah Tuan... kita sudah diambangnya!" BPK mendramatisir. Ketimbang dia, KPKNL masih terlihat aman – aman saja. Iya aman – aman tapi rada mleyot.

'Bukannya pas itu kalian semua (baca: seluruh rakyat Indonesia) masih bisa survive dikala inflasi tahun 90-an yak?'

"Tuannnnnnnnnnn walaupun ini keliatan aman sepertinya ini kacau!"

'Lu bisa baca pikiran gua kah?'

"Kau jangan ngomong begitu bro, belom lagi kita menghadapi copid nanti"

"Hah? Kopid? Apa itu Tuan?"

"Sebuah sumber daya baru kah?"

"Atau musuh baru?"

"Atau---"

"Stop! Bukan apa – apa!"

Indo membungkam pertanyaan mereka. Bodohnya dirinya kelepasan bicara pandemi itu.

TNI jadi curiga dengan gerak gerik Tuannya. Dia juga melihat segimana kalutnya Indonesia selepas berkata 'Kopid'.

'Kopid? Apa itu? Hingga membuat Tuan resah?'

"Huhhhhhhhhhh jika saja Sarawak dan Sabah mau masuk dengan federasi kita. Pasti kita bisa mengatasi ini" BPK agak mengeluh dan KPKNL mengangguk.

"Sarawak dan Sabah? Apa terjadi sesuatu pada mereka?"

KPNKL reflek menampar mulut BPK sedang Yogyakarta udah keringat dingin.

'Napa dah dengan makhluk – makhluk ini? Gua kan cuman nanya biasa? Bukannya Sabah dan Sarawak itu dah jadi milik Malasyia kan? Kenapa nyambung kesitu? Mereka mau nyolong wilayah milik Negara lain? Mau nyari masalah aja nih makhluk'

TNI menghela nafas. Tak seharusnya dia membiarkan makhluk – makhluk nggak jelas peranakannya ini masuk ke ruangan Tuannya. Apalagi si Tuan baru saja sadar dari koma panjangnya

"Apa aku ketinggalan sesuatu?" tatapan Indonesia mungkin biasa saja (menurutnya) tapi keempat bagan didepannya mengambil langkah mundur langsung bertekuk lutut.

"Tuan Indonesia, maafkan kami!"

"Kita... kita melepaskan peluang pada Sarawak dan Sabah untuk bergabung dengan Indonesia. Mereka sekarang dibawah Harimau itu!"

"Hah?"

'Bentar... kok tercium bau – bau rivalry disini?'

"Pak, maksudnya BPK tadi Sarawak dan Sabah masuk wilayah Tuan Malaysia"

'Oalah jadi awalnya Sabah dan Sarawak itu dulunya federasi sendiri? Berarti....dulu seluruh pulau Kalimantan bisa jadi punya gua dong?! Aciah gua, kek dah hak milik aja... ntar... cuk kok eman banget dahal Kalimantan banyak batu bara mayan kalau nguasai seluruh wilayah Kalimantan. IKN bisa besar banget itu!'

Pemikiran ngaco-ehem maksudnya terlalu kedepan Indonesia dihentikan oleh TNI.

"Tuan...."

"Ya jelaskan saja TNI"

'Kenapa tiba – tiba nada bicara gua beda?'

Dan bukan Indonesia sendiri saja yang merasa, Yogya makin menunduk sedang BPK dan KPKNL menutup mata mereka.

TNI berdiri tegak dan mulai berdongeng-ehem maksudnya menjelaskan kronologi persengketaan Sabah dan Sarawak yang tiba – tiba langsung belok kiri pada Timor Timur yang memutuskan untuk merdeka.

Sebenarnya Indonesia tidak merasa mempunyai keterkaitan yang kuat dengan ketiga pulau/provinsi/kota/daerah ini. Janganlan begitu, dia saja nggak pernah kesana. Tapi hatinya sedikit sakit mendengar penjelasan TNI.

'Mau bagaimana lagi? Indonesia tak ada. Negara ini tak ada yang mengawal. Berjalan tanpa ada arah bagai orang buta' bisikan itu terngiang diotak Indo.

'Fiks habis ini gua harus ke apotek minum baygon'

Mereka melihat wajah Indonesia mengusut lalu menghela nafas panjang sekali kek bebannya dah bertambah

"Hah.... jika memang begitu takdirnya mau bagaimana lagi?"

Indonesia menyeruput teh nya sambil melihat cerminannya diteh itu.

'Indo... lu baru bangun dah kena mental. Kasihan banget gua ama elo... cuk gua Indonesia sekarang. Berarti gua mengasihani diri sendiri'

Frustasi lama – lama dia memikirkan nasibnya disini.

"at least mereka bahagia kan? Mereka senang dengan pilihan mereka kan?"

TNI terdiam mengingat wujud kecil yang merengek padanya.

"Kakak Indo akan membawa Timor Timur kembali kan TNI? Kakak Indo pasti akan bangun dan menarik Timor Timur dari mereka kan TNI?'"

Atau perbincangannya dengan mereka berdua.

"Jika saja Tuan Indonesia bangun, mungkin kita bisa berunding dan kami bisa menjadi salah satu bagian dari Indonesia".

TNI hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia hanya melihat Timor Timur berjalan pergi menjauh dari mereka.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak melakukan apapun saya membiarkan Timor Timur lepas" Rasanya sakit bagi TNI yang melihat rekannya, kelahiran dari daerah itu harus memilih antara Indonesia dengan keluarga mereka. Mereka yang kehilangan tempat kelahiran mereka. Dia yang melihat mereka. Dia juga yang tidak melakukan apapun.

TNI tak paham. Apakah ini salahnya? Salah presiden pada masa itu? Atau salah rakyat Indonesia yang lain yang tak bergerak melihat bagian dari mereka terpecah?

'Indonesia sendiri mungkin nggak akan bisa apa - apa jika emang ini kemauan mereka. Aku hanya bisa menjaga Indonesia sekarang dan memastikan bahwa kita survive didunia ini' Pikir gua sambil ngelirik para bagan masang wajah tertekan. Ngelebihi tadi pas rundingan utang.

"Bukan salahmu, TNI. Jika Presiden sudah berkata seperti itu, ya sudah. Presiden dipilih oleh rakyat, maka pilihan presiden adalah pilihan rakyat. Bukankah Timor Timur dulunya rakyat indonesia? Jika memang mereka menginginkan kemerdekaan maka itu hak mereka"

"Tuan..."

"Sudahhhh nggak papa, ada lagi?"

TNI menggeleng. Dia takut kondisi mental tuannya akan memburuk jika Tuannya tahu tentang persengketaan lain yang tengah dihadapi Negara ini.

#

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro