Menilik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Heeellllllllllllloooooooooo, Readerssssss!

Ketemu lagi dengan Nee di book ini~

Chapter baru dah tiba~

Yuk merapat

Countryhuman milik masing - masing negara

"Eta terangkanlah~": berbicara

'Tidak habis pikir': berpikir/membatin

Enjoy~

#

"Tuan indonesia terlihat berlaku aneh ya kan?"

Untuk sejenak TNI menghentikan langkah kakinya menuju bagian timur keraton dimana Tuannya itu berada. Dia memang sengaja disembunyikan disana, jauh dari lirikan mata yang terlalu ingin tahu dengan Tuannya. TNI melakukan ini hanya karena dirinya masih was - was dengan duplikat Tuannya yang katanya masih menghantui rakyat Indonesia. Tak ingin yang dulu terjadi lagi setelah mereka menantikan sekian puluh tahun hanya untuk Indonesia bangkit dari tidurnya.

"Iya"

"Menurutku dia tampak asing"

Tugas TNI hanya dua menjaga NKRI dan menjaga rakyatnya. Dia telah melakukan tugasnya bahkan sebelum namanya menjadi sekarang. Menyusup dan mengintai adalah makanan sehari - hari yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, hanya saja TNI tak akan menyangka akan menggunakannya ditempat yang menurutnya paling aman di seluruh Tanah Air.

TNI berdiri di balik pilar mendengarkan obrolan mereka yang terkesan seperti gosip pada umumnya, yang biasanya akan terlupakan dalam waktu beberapa jam saja. Namun, bukannya apa, mengguncing Tuannya adalah perbuatan tercela yang pantas dihukum mati– menurutnya.

Baru juga dia ingin menjeda dan membawa beberapa orang itu untuk diinterogasi seseorang sudah muncul duluan

"Menurutku itu mah biasa, orang baru bangun dari tidur panjangnya pastinya nggak tahu apa - apa kan?" Seseorang menyahut menenangkan suasana yang hampir saja membuat percikan api yang akan memecahkan Indonesia.

"Eh iya bener juga sih..."

TNI menghela nafas saat dia melihat KOPASSUS yang sedang menyamar menjadi abdi dalam mengatasi situasi ini dengan sangat cepat. Pemikirannya sedikit kacau. TNI hanya memberi anggukan singkat pada anggotanya yang bertugas sebelum meninggalkan tempat itu untuk bergabung dengan Tuannya.

.

.

.

.

.

.

"Anjir ku mau ngapain disini??" Manusia hidup yang sekarang jadi Indonesia lagi mengmikir. Dia itu tujuan 10 tahun kemasa lalu mau ngapain? Main hp tapi android belom ada, jangankan itu, touchscreen aja mungkin baru ditemuin, apalagi mau lihat tik tok?

Hari - harinya hanya dipenuhi oleh laporan keuangan dari kedua badan yang dari kemarin mondar - mandir di ruangannya, layaknya tempat itu adalah kantor mereka dahal Indonesia pingin menghirup oksigen bukan kertas bertulis nol pangkat delapan. Oh ya jangan lupakan juga beberapa abdi dalam yang mulai kepo untuk melihatnya sampai - sampai TNI memasang beberapa personelnya tentu saja dengan keterkagetan mereka sendiri pada saat bertemu dengannya.

Indonesia sampai bosan melihat orang menangis terharu di depannya. Melihat helaan nafas lega mereka. Merasa bahwa keberadaannya diperlukan untuk ketenangan mental mereka.

'Tapi ya kan nggak mungkin selamanya gua berada disini' Indonesia duduk dibangku taman berpikir untuk kedepannya. Dia sebenarnya tahu kalau suatu saat nanti dia akan berdiri di podium ditonton oleh rakyatnya atau bahkan seluruh dunia. Cuman ya gitu siap nggaknya ini yang dia permasalahkan.

'Untung tahun segini info nggak tersebar secepat di masa depan' Indonesia bahkan belum bertemu presiden sekarang meskipun dia tahu siapa. Dia hanya merasa aneh, TNI tak memberikan dia informasi apapun selain keadaan umum bahkan mungkin dia sengaja menyederhanakan kehidupan Indonesia seingat yang mendiang tuannya itu tahu.

'Apa aku terbangun ini memang sengaja ditutupi oleh TNI? Tapi kan, dua badan itu kok bisa tahu?, Harta Indonesia dalam bahaya sangatkah sampai mereka mendatangi ku dulu atau TNI yang sengaja memberitahu mereka?' Indonesia memegang kepalanya yang mulai puyeng. Orang yang lagi Indonesia omongin ada di belakangnya sih, sedari tadi membiarkan Tuannya berlaku nggak jelas. Kek TNI mulai terbiasa dengan tingkah laku Indonesia yang sekarang.

Si babang baru juga mau berbicara diputus dengan gebrakan dari Indonesia. Dia sampai - sampai harus memberi isyarat pada mereka yang bersembunyi bahwa itu bukan serangan sedang yang jadi objek mulai mubeng kesana kemari.

'Apa aku ketemu ama pak presiden yang sukanya bagi sepeda itu yah?'

Udah dah, tanpa pikir panjang dan tanpa rencana Indonesia asal nyeplos sambil pegang bahu TNI.

"TNI ayo kita ke Solo"

"Untuk apa Tuan?"

"Ku bosan disini"

TNI tak tahu harus berkata apa. Dia tak bisa melarang Tuannya untuk berdiam di satu tempat. Namun disisi lain, keberadaan tuannya itu belum secara official diketahui oleh para petinggi negara yang menurutnya hanya membuat rakyat sengsara.

TNI membuang nafas saat wajah Indonesia makin nampak seperti hewan yang dia didik untuk mendeteksi bom. TNI setiap kali melihat spontanitas Tuannya, ber kesimpulan. Kini dia tak lagi harus menerima perintah dari mereka. Hanya Tuannya yang bisa memerintah TNI.

Tuannya itu berjalan, tidak memberikan ruang bagi TNI untuk bertanya lebih lanjut dan dia sebagai pelindung Indonesia hanya bisa menuruti kemauannya.

"Baik Tuan"

Semak - semak di belakang mereka juga ikut bergerak.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ngapain kamu ikut?"

"Ya bosen pak"

Indonesia menatap Yogyakarta tak percaya. Dia ngerti kok maksud instansi berwujud ini.

"Kau mau lari kan dari kerjaanmu"

"Ehehehehe"

"E-he-he-he awas kau dicari Sultan"

"Eh sampun lah kados puniku[MENIKA] yah, kula ajeng[badhe] bersilaturahmi kalih[kaliyan] saudaranipun kula ugi " ("Eh jangan lah seperti itu yah, ku mau bersilaturahmi dengan saudaraku juga")

"Konon silaturahmi"

"Ehem, bapa[RAMA] kula nyukani[MARINGI] ngertos Solo?" ("Eham, Ayah haruskah aku memberitahu Solo?")

"Nggak. Ngapain juga? Nanti aku ganggu dia gimana?"

"Lah terus tujuwan bapa[RAMA] mriki napa[MENAPA] menawi sanes kepanggih Solo?" ("Lah terus tujuan ayah kemari ngapain kalau bukan ketemu Solo?")

'Oh ya bener juga'

Indonesia nggak bisa dengan seenak jidat ngomong dong kalau dia mau ketemu ama calon presiden ke tujuh ye kan? Yang ada nanti dia dapat bombastic side eyes... tapi keknya nggak ada yang berani ngelakuin itu sih (soalnya ada TNI di belakangnya yang entah kenapa makin hari makin seram) malah mungkin nanti dia dikira meramalkan arah Indonesia kedepannya.

"Err.... ku hanya ingin ngeliat keraton Solo" dan lihatlah betapa tidak percayanya kedua instansi itu padanya (termasuk TNI juga yang awalnya terlihat kagum padanya).

"Iya Bapak, Yogya badhe pados Solo rumiyin. tengga wonten ngriki mawon." ("Iya pak'e, Yogya bakal cari Mas Solo dulu. Tunggu disini aja.")

"Ben—"

Indonesia greget sendiri jadinya soalnya dia belom siap jiwa dan raga untuk bertemu orang nomor 1 RI.... di masa depan sih. Untuk sekelebat tadi dia melihat banyak reporter berdatangan ke keraton Solo dan Indo melihatnya.

'Avvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv pPk masih muda ya ternyata!'

Mohon dimaklumi Indonesia lagi sembunyi dibalik cagak sambil ngesimp ke bapak - bapak yang sedang menyambut reporter dengan ketawa renyahnya. Tentu saja TNI yang ada di belakangnya ikut juga bersembunyi, penasaran dengan apa yang membuat Tuannya jauh dari Yogyakarta kemari.

"Hmmm...."

Pastinya aksi keduanya menuai banyak mata yang melirik. Termasuk pemilik keraton yang tengah Indonesia kunjungi.

"Puniku[MENIKA] sinten koh sareng paman tni?"" ("Itu siapa kok bareng Paman TNI?")

Solo yang maunya berlalu begitu saja untuk menemui kepala pemerintahannya harus berhenti karena melihat sesuatu yang janggal.

"Sekedhap... kekipun kula tepang niku makhluk.." ("Bentar... keknya aku kenal tuh makhluk..") lama dia menatap hingga hingga sesuatu terkoneksi pada otaknya. Dengan tidak sabaran Solo menyambar lengan yang tertutupi kain batik itu lalu memanggilnya tak percaya.

"A-A-AYAH INDONESIA?!" Ucapan Solo langsung dihentikan dengan rupa tiga tangan yang membekapnya. Dua dari Indonesia dan satu dari TNI. Si badan militer bahkan menyergap Solo, menggunakan tangannya untuk menekan leher Solo sampai - sampai dia merasa oksigen tak masuk ke tubuhnya.

"Hhhstttttt!" Fokus Indonesia masih pada massa yang sibuk dengan acaranya sendiri. Dia menghela nafas lalu melirik sosok yang dengan antusias memanggil namanya hanya untuk kasihan karena wajah sosok itu memucat membutuhkan oksigen.

"TNI kasihan tuhhh. Ku tak ingin kau dikira preman"

"Preman mana bisa masuk kesini, Tuan"

"Ohiya bener juga. Hmmm nggak ingin dia tersakiti deh"

TNI akhirnya ngelepas Solo tak lupa memberikan tatapan mautnya sebelum mengucapkan maaf sangat pelan sekali sampai tak terdengar.

"Untung nggih sampean puniku[MENIKA] wangi! menawi mboten empun kula gigit sampeyan[PANJENENGAN]!" ("Untung ya sampean itu wangi! Kalau nggak udah saya gigit anda!") Si korban sedikitnya mengomel sambil meraba lehernya.

Mau tahu jawaban TNI? Yap, cuman mutar bola matanya.

"Lu ngapain sih pakek OOC segala?!"

"OOC puniku[MENIKA] punapa[MENAPA] yah?" ("OOC itu apa yah?")

"Errr.... maksudku kenapa perlu teriak?!"

"Oh... ehh... sekedhap a-anipun kula mboten supena nggih?" ("Oh... ehh... bentar A-aku nggak mimpi kan?")

Udah nggak tahan lagi kan ya, si Indonesia yang memang terkenal bar - bar selama masa kemerdekaannya itu sengaja nginjek kaki Solo.

"Adoh! Sikil kuuu!!!!" Teriakannya melengking mengalahkan hiruk pikuk reporter, malah mungkin fokus mereka bukan lagi ke pria berjas malah ke Solo yang sedang menangisi kakinya.

"Nah kan tahu kalau ini realiti!"

"Tuan"

"Nedha[NYUWUN] pangapunten[nuwun sewu] inggiling kelepatan solo, bapa[RAMA]. Rama mriki kangge[KAGEM] punapa[MENAPA]... eh sanes wiwit kala punapa[KALA MENAPA] Rama tangi[WUNGU]?!" ("Mohon maaf atas kesalahan Solo, ayah. Ayahanda kemari untuk apa... eh bukan sejak kapan ayahanda bangun?!")

"Banyak tanya. Diem bentar aku lagi mengawasi nih"

"Tuan..."

"Sampeyan nggak bermaksud untuk menguntitkan?"

"Nggak kok!"

"Tuan!" Bentakan TNI itu sukses menghentikan keduanya adu bacot lebih lanjut.

"Apa TNI?!"

Pas Indonesia noleh, kok ya kerumunan massa ikut menoleh ke dia. Maunya sih tebar pesona tapi kerumunan itu bukannya melihat kagum dari kejauhan eh malah geruduk-an menuju kearahnya. Indonesia mah tahu diri kalau sekarang dia dalam ancaman langsung kabur meninggalkan TNI dan mengeret Solo. Yang TNI lakukan? Pastinya menghadang reporter yang tiba - tiba saja memfokuskan kamera mereka pada Indonesia.

'SHIT! NGGAK SEHARUSNYA GUA KELUAR DARI ZONA NYAMAN!!!'

#

Bersambung

Sampai jumpa lagi~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro