Chapter five: end

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

7 months later

Minju dan Jongin sedang sibuk dengan buku masing-masing. Ujian kelulusan sudah diujung mata mereka, hanya tinggal menghitung beberapa hari menuju ujian kelulusan.

Mereka sibuk akan aktivitas masing-masing, membaca buku, membaca buku dan membaca buku. Tidak ada ponsel, mengobrol, dan jalan-jalan. Walaupun dengan terjadinya itu semua, rasa keinginan untuk bercanda selalu berada di hati mereka. Rasa ingin untuk berjalan-jalan seperi dulu lagi sangat dirasakan oleh Minju dan Jongin.

Selain dikarenakan ujian kelulusan, mereka berdua tidak di izinkan untuk saling bertemu, bahkan menyapa saja tidak boleh oleh orang tua mereka. Ya, Jiyoon sangat takut akan suatu kejadian yang akan berakibat fatal oleh anaknya.

Bahkan sekarang Minju dan Jongin sudah tidak duduk bersama lagi di sekolah. Mereka sudah terpisah jauh, Minju di kelas 12C sementara Jongin di 12G. Entah peraturan macam apa seperti itu bisa ada di sekolah Minju.

Perkataan Jiyoon pada Minju sangatlah menakuti dirinya. Walaupun sekarang Minju sudah memiliki banyak teman, tetap saja sebagian hatinya terasa hampa. Perkataan Jiyoon yang begitu menyakitkan terlalu menusuk hatinya.

“Ya! Minju-ah! Sudah berapa kali harus eomma katakan? Jangan pernah bermain dengan namja bernama Kim Jongin itu! Namja itu tidak pantas untukmu! Kalian tidak pantas untuk saling mencintai! Kulit dia hitam, kau putih! Mau merusak keturunan, hah?! Dengarkan eomma, sekali lagi eomma tau kalau kau bermain dengan Kim Jongin atau bahkan menyapanya-” Jiyoon pun menyunggingkan senyumannya, “-akan kutunjukan suatu hal yang akan membuatmu tak akan pernah mau mencintainya lagi”

Kalimat-kalimat itu memang panjang, tapi tidak untuk Minju. Kalimat itu seperti sangat pendek sehingga Minju pun dapat mengingatnya dengan jelas. Bagaimana tamparan itu mendarat mulus di pipi Minju, bagaimana cacian yang Jiyoon berikan pada Minju, tangis Yuju yang deras. Semuanya terekam jelas di benak Minju.

Jongin berjalan sendirian di koridor lantai 3, menuju tempat biasa ia memperhatikan yeoja yang ia sayangi dari kejauhan. Sejak Minju jatuh pingsan kala itu, Jongin tak dapat melihat senyumannya lagi. Selama 7 bulan ini, mereka tidak pernah mengobrol bahkan sapa-menyapa.

Yeoja manis itu sedang merapikan buku-buku dan alat tulis yang ada di mejanya. Kelaspun sudah sepi dan hanya meninggalkan seorang Jeon Minju di dalamnya. Jongin pun menatap wajah itu lekat-lekat, wajah itu sangat dirindukannya. Yeoja yang ia amat sayangi itu harus terus berdiam diri menahan semua emosinya sendiri.

Jongin menatap Minju lekat-lekat dari kejauhan, tempat duduk Minju yang tak jauh dari jendela membuat Jongin semakin mudah untuk memperhatikan wajahnya. Saat Minju hendak memasukkan buku pelajarannya itu, setitik air mata jatuh di pipinya. Air mata kesedihan itu terjatuh di pipi kekasihnya.

Dengan keberanian yang sudah terkumpul, Jongin berlari menuju kelas Minju tanpa memperdulikan orang yang mengawasi mereka. Minju sempat terkejut akan kedatangan Jongin secara tiba-tiba, sorot mata dingin itu masih berada disana menatap Jongin. Jongin yang sudah tak dapat menahan kerinduannya pada seorang Minju langsung mendekap Minju erat. Tak disangka, setelah beberapa detik berlalu Minju mengelak dari pelukan Jongin dan menatap Jongin dingin.

Minju berjalan meninggalkan Jongin, membawa tas ranselnya dan menggendongnya. “Minju-ah!” panggil Jongin. Minju tidak bergeming dan ia malah mempercepat langkahnya.

Kalian tidak pantas untuk saling mencintai!

Kalimat itu kini berputar di benak Minju. Perkataan eommanya yang benar-benar menusuk hati kecilnya membuat pertahanan Minju runtuh. Kini air mata mulai berjatuhan di pipinya.

Kau bahkan tidak tau siapa dia sebenarnya!

Minju terus berlari menjauh dari Jongin, sementara Jongin tetap mengejar Minju dari belakang. Sesak di hati Minju kian terasa. Kenangan-kenangan bersama Jongin kini teringat, berputar jelas di benak Minju.

Kau tau? Dia anak Kim Junmyeon!

Air mata itu tetap berjatuhan di pipi Minju, ketidak percayaan akan perkataan eommanya kian terasa. Sesekali Minju menoleh dan masih mendapati Jongin masih mengejarnya. Hati Minju lelah. Benar kata eomma, seharusnya dia tidak bergaul bahkan berpacaran dengan Jongin.

Minju berhenti dari larinya di sebuah pantai. Pantai ketika ia bermain bersama Jongin kala itu. Jongin ikut berhenti di belakang Minju dan melihat Minju khawatir. “Minju-ah, wae geurae?”  tanya Jongin. Sesak di hati Minju kian terasa, kenangan-kenangan 12 tahun lalu kini terputar di benaknya. Ketika ia pertama kali kesini bersama keluarganya, yang utuh.

Kini Jongin menghampiri Minju dan memegang kedua bahu kekasihnya itu. Jongin sempat terkejut melihat wajah Minju yang sudah basah akan air mata.

Minju menangis?

Minju menutupi wajahnya dan tangisnya pun pecah. Minju sangat bersalah akan perasaannya pada Jongin. Bahkan Minju sangat menyesal telah mencintai Jongin sepenuh hati, menjadi kekasihnya dan membiarkan Jongin menciumnya.

“Minju-ah, aku merindukanmu. Aku pikir kau akan bahagia setelah dapat bertemu denganku seperti ini. Tapi mengapa kau malah menangis?” tanya Jongin sembari menerawang kearah mata Minju. “Minju-ah, aku kekasihmu. Kau ingat bukan?”

DEG!

Hantaman keras menghantam hati Minju. Minju mulai berjalan mundur hendak meninggalkan Jongin. Tapi seketika perkataan yang tidak pernah ingin Minju keluarkan dari mulutnya, kini terlontar begitu saja.

“Kau bukan kekasihku! Kau-”  Minju terisak, hatinya sangat sesak. Bagaimana bisa ia mengatakan hal seperti itu di depan Jongin?

Jongin yang mendengarnya merasa sangat sakit. Hatinya menjadi sesak dan jantungnya berdegup kencang. “Wa..wae..waeyo?” ucap Jongin menahan getaran  suaranya.

Dan appamu adalah Kim Junmyeon! Kalian bersaudara! Dan namamu adalah Kim Minju!

“Kau! Kau adalah oppaku!” Air mata pun mulai membasahi kedua pipi Minju. “Kenapa oppa tidak bilang dari dulu? Ini kelewatan, oppa! Aku tau kita saling mencintai, dan rasa itu lebih dari seorang adik-kakak. Tapi ini tidak wajar, oppa! Aku tau cinta telah membutakanmu, tapi kau harus sadar akan kelakuanmu!”

“Minju-ah, aku tau ini salahku. Ini semua salahku, tapi pada akhirnya, kau juga mencintaiku lebih dari seorang oppa bukan? Kau mencintaiku bagaikan mencintai seorang namja”

“Aku tau itu, oppa! Walaupun kita kembar, tetap saja aku adikmu! Aku ini adikmu! Darah yang mengalir ditubuh kita sama, daging yang berada di tubuh kita adalah sama! Aku ini Kim Minju bukan Jeon Minju. Tak sewajarnya aku memiliki namja yang ternyata adalah kembaranku!”

Minju menghela napas, kini air matanya deras berjatuhan. Tak dapat menahan air mata ketidak percayaan ini lama-lama. Air mata ini terus mendesak Minju untuk keluar, “Oppa, neomu.. neomu saranghae. Maafkan aku harus membencimu”

Jongin terdiam, membenarkan perkataan Minju bahwa darah dan daging yang mereka punya adalah sama, berasal dari appa dan eomma  mereka, Jeon Jiyoon dan Kim Junmyeon. Tak sewajarnya mereka memiliki rasa cinta lebih dari seorang kakak-adik. Minju pun dengan kekuatan seadanya langsung berlari meninggalkan Jongin sendirian dan pulang ke rumah.

***

Flashback

12 years ago

"Oppa lihat! Ada ikan disana! Woahh menakjubkan!" sahut Yuju bersemangat.

Jongin pun tersenyum dan menghampirinya. "Banyak sekali, ne?"

Yuju pun ikut tersenyum sembari menatap ikan itu, "Oppa.. foto aku dengan ikan ini" pintanya. 

"Ikan tidak bisa di pegang, Yuju, mereka sangatlah licin" 

"Jinjja?"

Jongin mengangguk kecil dan mengusap puncak kepalanya, "Tapi oppa, aku ingin sekali berfoto dengan ikan-ikan itu" ujar Yuju lalu mengkerutkan bibirnya.

"Baiklah, tapi tidak usah di pegang, arra?" Jawab Jongin. Yuju pun kembali tersenyum sembari menatap Jongin bahagia.

“Tunggu aku! Aku ingin ikut berfoto bersama ikan-ikan itu!” sahut seorang yeoja sebaya dengan Jongin. Minju, Kim Minju, saudara kembar Kim Jongin.

“Minju-ah, ppali! Sebelum ikannya menjauh!” sahut Jongin balik.

Jiyoon dan Junmyeon melihatnya dari kejauhan, anak-anaknya sangatlah harmonis. Mereka selalu ada untuk sesama kapanpun dan dimanapun. Melihat ketiga anaknya tertawa lepas sangatlah menyejukkan hati Jiyoon dan Junmyeon sebagai orang tua mereka.

.

.

.

2 months later

“Jadi kau berselingkuh di belakangku?!” teriak Jiyoon pada Junmyeon.

“Aku bilang tidak! Sampai kapan kau akan mengerti arti dari kata tidak, hah?”

“Lalu ini apa? Ini apa, Junmyeon? Ini apa?” jawab Jiyoon sambil menunjukkan buku perkawinan antara Junmyeon dengan seorang yeoja.

“Dapat dari siapa kau buku itu? Kembalikan!”

“Oh, jadi benar? Kau menikahi yeoja bernama Sulli? Baik! Kita cerai, Junmyeon-ssi! Aku akan membawa Minju dan Yuju!”

.

.

.

Jongin menangis bersama Yuju, sementara Minju hanya terdiam duduk memperhatikan appanya yang sedang mondar-mandir di depan pintu rumah. Sorot mata akan dendam terlihat di mata Minju, Minju sangatlah membenci appanya karena akan meninggalkan eomma.

Minju memberanikan diri keluar kamar menghampiri appanya, tak memperdulikan akan teriakan dari Jongin. Dengan sorot mata yang dingin tak berekspresi, Minju berjalan menuju appanya. “Appa” panggil Minju.

Junmyeon pun menoleh kearah anaknya dengan tatapan sok hangat, “Wae geurae?” tanyanya.

Minju menarik napasnya panjang, “Aku benci appa. Aku pikir appa adalah namja yang menepati janji dan tak akan pernah meninggalkan eomma. Kalau begitu apa yang disebut janji pernikahan? Appa tidak malu mengingkari janji appa terhadap eomma? Aku tau, umurku baru 5 tahun. Aku tau aku begitu lancang berkata seperti ini pada appa, tapi appa harus tau kalau aku, Jongin, Yuju dan eomma menyayangi appa. Tapi appa malah memilih yeoja lain dan meninggalkan kami. Appa sungguh kejam!”

Minju pun berjalan kembali menuju kamarnya, membiarkan Junmyeon terpaku mendengarkan perkataan Minju yang masih berusia 5 tahun sudah mengerti hal seperti itu. Junmyeon sadar, ternyata Junmyeon memang mengkhianati janji suci di altar 6 tahun lalu pada Jiyoon. Junmyeon sadar, dia memang pantas untuk di benci oleh anaknya sendiri.

Sejak kejadian itu, Minju tidak pernah menunjukkan sedikit pun kehangatan dari mata cokelatnya, yang terpancar hanyalah sebuah tatapan dingin yang benar-benar menusuk.

Flashback end

Kau adalah oppaku!

Hati Jongin kembali sesak kian mengingat perkataan Minju tadi sore. Ketakutan yang selama ini ia pendam, kini terkuak. Minju menyadarinya.. Minju menyadarinya bahwa Jongin adalah kakak kandungnya.

Jongin memang sudah kelewatan, hatinya terlalu memaksa untuk mencintai Minju—adik kandungnya sendiri. Jongin menghela napas.

“Setidaknya, aku telah membuatmu senang, Minju-ah. Aku tau seharusnya aku yang menjagamu sebagai pengganti appa, tapi tidak seperti ini. Aku sadar, caraku salah. Mianhae”

The End.

P.s: ceritanya berakhir disiniii~ kl berkenan tolong vomment juga yaaa sekalian baca juga ff saya yang lainnya o/ terima kasiihh~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro