O

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gue nanti bakal mampir ke kantor polisi buat ngeliat perkembangan masalah kita." Sooyoung mengeluarkan kalimat tanpa melihat ke arah lawan bicaranya yang sedang duduk di sofa depan televisi.

"Mau gue temenin?"

"Nggak usah!"

Gadis itu meminum tegukan terakhir susunya. Lalu bangkit dan mengambil tas selempang yang akan ia gunakan untuk pergi bekerja.

"Lo nggak mau bareng gue?" tawar Taehyung. Karena keduanya memang akan ke lokasi pembacaan naskah.

"Gue bisa pergi sendiri!"

"Tapi gue nggak liat lokasi pembacaan naskahnya."

Sooyoung menghela napas panjang. "Punya google maps?"

"Punya."

"Oke. Selesai!"

Gadis itu melanjutkan langkahnya. Ia mengambil sepatu dari rak yang diletakkan di ruang tamu.

"Lo beneran nggak mau bareng aja sama gue?"

"Enggak!"

"Kenapa?"

"Mungkin suatu saat gue bakal naik ke mobil lo itu saat nggak ada lagi transportasi yang tersisa di muka bumi!"

"Lo ada masalah apa sih sama gue?"

"Masih perlu ditanyakan? Tinggal serumah sama lo udah jadi masalah terbesar dalam hidup gue!" Kalimat Sooyoung diakhiri dengan bantingan pintu saat ia sepenuhnya telah berada di luar.

Sebenarnya tidak ada masalah baru di antara mereka. Hanya saja persoalan tentang satu malam yang mereka lewatkan di kasur yang sama yang masih menjadi masalah.

🏡🏡

"Sooyoung, aku mau bicara serius sama kamu."

Wendy menegakkan posisi duduknya. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah kafe tidak jauh dari lokasi pembacaan naskah.

"Sebenarnya aku nerima tawaran dari produser film yang udah aku idolakan sejak lama."

"Wah, itu berita yang sangat bagus."

"Nanti dulu! Sebenarnya yang ingin aku tanyain, apa kamu bisa menghandle drama ini sampai selesai?"

"S-saya? Drama sebesar ini?"

"Kenapa? Naskah kita sudah disetujui sepenuhnya. Kamu tinggal memperbaiki atau mengubah detail kecil jika ada yang ingin diubah. Kamu juga yang paling paham dengan alur cerita ini."

"Tapi Sejeong dan Chungha?"

"Aku butuh mereka untuk membuat naskah film nanti."

Ini adalah kesempatan besar yang sudah sejak lama dinantikan Sooyoung. Tapi sepertinya resikonya juga terlalu besar.

"Kamu ingin menjadi penulis yang sesungguhnya, kan? Sekarang adalah saat yang tepat untuk menjadi batu loncatan. Selepas dari drama ini, kamu pasti bakal diperhitungkan."

"Apa Bu Wendy yakin saya bisa?"

"Tentu saja! Seratus persen!"

🏡🏡

Taehyung membuka lembaran kertas di depannya. Kertas yang berisikan naskah drama. Sedikit banyak ia sudah paham dengan dunia akting. Karena meskipun ia seorang model, tapi cita-citanya sejak dulu adalah menjadi seperti Lee Minho. Aktor legend yang sangat terkenal di kalangan emak-emak.

Pembacaan naskah yang seharusnya sudah dimulai sejak tadi, harus tertunda karena sang penulis belum juga menampakkan batang hidungnya.

Sutradara yang bertanggung-jawab untuk produksi drama ini terlihat sangat tidak sabaran. Taehyung kenal dengannya, lebih tepatnya dengan temperamennya yang terkenal sangat disiplin dan tidak ramah.

Suara decitan pintu diikuti kemunculan seorang gadis dengan gelagat gugup dan wajah pucat menarik perhatian semua orang.

Sang Sutradara yang sejak tadi duduk dalam posisi yang tidak tenang, segera berdiri dan menghampiri.

Hingga saat Sooyoung menutup pintu yang baru saja dilewatinya, suara pria paruh baya tersebut memecah keheningan.

"Mana Bos mu?"

"Maaf?" Gadis itu terlihat bertambah gugup dari sebelumnya.

"Wendy! Di mana dia?"

"Uhm, Bu Wendy... dia... dia tidak–"

"Kamu sedang bercanda? Katakan dengan benar!"

Taehyung masih memperhatikan Sooyoung dari tempat duduknya. Mencoba tidak peduli dan tetap fokus pada naskah di genggamannya.

"Bu Wendy... tidak ada."

"Bagaimana mungkin dia tidak ada? Bagaimana pembacaan naskah bisa berlangsung tanpa penulis?"

Sooyoung mencengkeram erat tali tas selempangnya. Kedua kakinya tidak bisa menyembunyikan getaran akibat gemetar.

"S-saya penulisnya."

"Kamu bukan penulis! Hanya pembantu Wendy!"

"Tapi.. Bu Wendy sudah menyerahkan t-tanggung jawab ini kepada saya."

"Saya tidak ada waktu mendengar ocehanmu! Sekarang telpon Wendy dan suruh dia ke sini SEKARANG!"

Sooyoung menggigit bibir bawahnya. Ia tidak mungkin menelpon Wendy karena wanita itu tadi berpesan untuk tidak mengganggunya. Lagipula, katanya, ia sudah membicarakan hal ini dengan Produser, dan tidak ada masalah. Tetapi kenapa Sutradara ini justru mempermasalahkannya.

"Saya tidak bisa menelpon Bu Wendy."

"Kenapa? Kamu tidak punya uang untuk membeli pulsa? Atau kamu sengaja karena ingin terkenal dengan menjadi penulis utama di drama ini? Sayangnya, saya tidak bekerja dengan amatiran seperti mu!"

Taehyung membuang napas panjang. Matanya terpejam masih berusaha menahan diri. Ia seharusnya tidak usah peduli dengan urusan orang lain. Tapi entah kenapa saat ini ia merasa sangat terganggu.

Sooyoung. Gadis itu masih berusaha menegakkan kepala. Matanya tampak jelas berkaca-kaca menerima bentakan dan hinaan. Tapi masih berusaha menjelaskan.

"Tadi bu Wendy sudah bicara dengan Sutradara tentang hal ini, dan mereka sudah membuat kesepakatan baru." secarik kertas perjanjian dikeluarkan Sooyoung dari dalam tasnya.

Sutradara tersebut bergeming dan tidak menyambut kertas yang disodorkan Sooyoung.

"Panggil Wendy sekarang juga! Dan kamu bisa keluar dari sini! Ruangan ini terlalu bagus untuk anak ingusan seperti kamu."

"Maaf, tapi sepertinya Bapak sudah berlebihan. Dia sudah menjelaskan semua yang terjadi, bahkan membawa surat yang ditandatangani kedua belah pihak," tukas pria yang saat ini berdiri di sebelah Sooyoung dan mengambil kertas dari tangan gadis itu.

Sooyoung mendongak menatap wajah pria berani di sebelahnya. Pria tinggi dan sangat tampan.

"Sebaiknya kamu tidak ikut campur dalam masalah ini!" Sutradara tersebut tetap tak mau mengalah. Tetapi sedikit menurunkan nada bicaranya.

"Bagaimana saya tidak ikut campur? Ini juga project drama saya. Jika ada kesalahan dan penundaan, itu bisa berakibat fatal bagi schedule saya yang lain. Jangan mengikuti ego Bapak dan merugikan kami semua. Mari mulai sekarang!"

Tanpa menunggu respon sutradara. Pria tersebut menarik tangan Sooyoung untuk duduk di sebelahnya.

Ya, Sooyoung menurut dan tidak menolak. Separuh hatinya bergetar melihat kebaikan dan pertolongan yang diberikan kepadanya. Ia kenal betul dengan pria di sampingnya, mungkin semua gadis juga mengetahuinya. Seseorang yang di detik ini membuat Sooyoung percaya bahwa manusia sempurna memang benar-benar ada di dunia.

Dan manusia itu diberi nama Eunwoo.

Eunwoo menjadi orang yang baru saja menyelamatkannya dari situasi sulit. Itulah yang ada di kepala Sooyoung. Meskipun sebenarnya, ada orang lain yang juga ingin melakukan hal yang sama, hanya saja sedikit terlambat.

TBC

Harusnya sih slow update. Tapi kalau ada yg komen minta up jadi kepikiran, dan akhirnya tergerak untuk nulis deh haha.

See you next chapter. Doain semoga MIH No.7 bisa update tiap minggu😅

💜💚






Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro